BNK Terus Kembangkan Model Therapy Community

BNK Terus Kembangkan Model Therapy Community

BANGKINANG (HR)- Berbagai upaya terus dilakukan Badan Narkotika Kabupaten Kampar memberantas peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Kampar. Mulai dari sosialisasi bahaya narkoba kepada berbagai lapisan masyarakat hingga rehabilitasi bagi korban narkoba.

Untuk rehabilitasi korban narkoba, Badan Narkotika (BNK) Kampar terus mengembangkan model therapy community, dimana para korban yang sudah sehat bersama-sama dengan residen (pasien) membuat komunitas yang saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Bagi yang sudah sembuh mengajak para residen meninggalkan narkoba.
Hal itu diungkapkan Kepala BNK Kabupaten Kampar, AKBP H Djanuarel kepada Haluan Riau, Jumat (8/5). "Model therapy Community sangat tepat dikembangkan dalam rehabilitasi korban narkoba," ujar Djanuarel.

Model Therapy Community ini mudah diterima pasien, karena yang merehabnya mereka yang tahu seluk beluk narkoba dan residen mudah memahaminya, kemudian residen dihadapkan dengan contoh saudara-saudara mereka juga bisa sembuh dari narkoba.

Dijelaskan Djanuarel, therapy community ini selain diterapkan dipanti rehab milik BNK juga dilakukan dengan home visit.
Dua hari yang lalu, BNK Kampar menerima dua residen narkoba. Kehadiran mereka ini diterima penuh kekeluargaan dan familiar. "Yang sakit datang yang sembuh kembali ke keluarga. Kita (BNK, red) akan berupaya terus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Kampar demi mewujudkan Kampar zero narkoba," ujarnya.
Disampaikan Djanuarel, saat ini kondisi di daerah sudah sampai pada tahap darurat narkoba. Dimana narkoba sudah masuk sampai ke pelosok dusun dengan korban berbagai latar kehidupan baik kaya maupun miskin, tua maupun muda.

Sudah banyak keluarga atau rumah tangga yang berantakan, karena narkoba. Tidak sedikit orang tua yang menderita, karena anaknya menjadi korban narkoba.
Seperti dialami tiga ibu di Kampar, baru-baru ini. Ibu pertama, suami meninggal mendadak, 6 anaknya menjadi yatim dan harus  menjadi tanggungan si ibu sedang anak tertuanya kecanduan narkoba.

Ibu kedua, suami bermasalah di luar daerah, sang ibu tinggal di rumah dengan satu anak perempuan, itu pun kecanduan narkoba.  Ibu ketiga, berharap anak yang gagah jadi pegawai negeri, ternyata ia juga pencandu narkoba, suami tak mengerti cara mengatasinya.
"Itu contoh dan yang ditemui, lantas hari ini, besok, lusa, lusa lagi akan terus ada. Inilah darurat narkoba. Semoga BNK Kampar mampu mengurangi derita mereka," ujar Djanuarel. (oni)