Jamu Tradisional untuk Stamina di Masa Pandemi Covid-19

Jamu Tradisional untuk Stamina di Masa Pandemi Covid-19

RIAUMANDIRI.CO - Negara Indonesia tercinta kita ini sangat kaya akan sumber daya alamnya. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia itu juga cukup banyak. Wajar saja kalau bisa dimanfaatkan sebagai bahan kesehatan di masa Pandemi Covid-19 ini. Salah-satunya adalah jamu, obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan kita.

Menurut Permenkes No 003/Menkes/Per/I/2010, jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat tradisional, adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Pembuatan jamu, berupa rimpang atau rempah-rempah yang mudah didapat dan harganya tidak terlalu mahal, yang akan diramu sedemikian rupa sehingga punya khasiat bagi tubuh, digunakan untuk menyehatkan dan menjaga kesehatan badan. Banyak orang yang tahu khasiatnya, tetapi malas dalam aplilaksi ataupun membelinya. Secara umum, jamu tidak mempunyai efek samping, karena bahannya bersifat alami dan organik.


Keberadaan jamu tetap terjaga seiring perubahan zaman. Terlebih pada zaman serba praktis dan modern ini. Tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah, jamu kini juga mulai dinikmati kalangan menengah ke atas. Oleh karena itu, tidak hanya ditemukan di desa-desa, tetapi sudah mulai merambah ke kota-kota besar (Evrina, 2013).

Sebagian besar masyarakat mengonsumsi jamu tradisioanl karena percaya memberikan manfaat yang cukup besar terhadap kesehatan. Baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun menjaga kebugaran dan kecantikan, serta meningkatkan stamina tubuh. 

Sampai saat ini, keberadaan jamu terus berkembang. Hal ini terlihat pada permintaan terhadap jamu yang terus mengalami peningkatan (Biofarmaka IPB, 2013). Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2004) mengelompokkan obat herbal menjadi tiga bentuk sediaan. Yaitu, sediaan jamu, sediaan herbal terstandar dan sediaan fitofarmaka. 

Persyaratan ketiga sediaan berbeda, yaitu untuk jamu pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman, sediaan herbal tersandar bahan bakunya harus distandarisasi dan sudah diuji farmakologi secara eksperimen. Sedangkan sediaan fitofarmaka sama dengan obat modern, bahkan harus distandarisasi dan harus melalui uji klinik (Badan POM, 2004). 

Jaga Stamina 

Dari hal di atas perlu dilakukan penjelasan kepada Remaja Pulau Oneo yang ada di Desa Pulau Payung, agar membuka cara berpikir dan menambah wawasan tentang jamu tradisonal, bersifat alami. Pembuatannya tidak sulit, karena bahan-bahannya mudah didapat di alam, dari pekarangan, pasar. Dari semua dimulai dari menakar bahan baku, khasiat dan cara mengolahnya. Sehingga, dapat menjaga stamina/kesehatan  keluarga atau pribadi pada masa Pademi Covid-19 saat ini. 

Bisa dibuat sendiri atau pesan dengan penjual jamu yang ada di sekitar lingkungan desa tersebut. Dalam pemasarannya jamu tradisonal disajikan dalam bermacam-macam jenis. Di antaranya, jamu kunir asem, jamu pahitan, jamu beras kencur, jamu kunyit suruh, jamu cabai puyang, bisa serbuk seduhan, pil dan cairan dan buat sendiri untuk keperluan pribadi karena lebih sehat dan bersih. Karena, bahan yang kita olah tau kualitasnya (segar dan baru). Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 2 sampai 10 macam, bahkan bisa lebih. 

Tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Juga harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu (Suharmiati et al., 2006). Jamu tidak diawetkan dan diedarkan tanpa penandaan. Pengolahannya dilakukan dengan cara merebus seluruh bahan atau dengan mengambil sari yang terkandung dalam bahan baku, kemudian mencampurkannya dengan air matang. Dibuat dalam skala rumah tangga yang menggunakan peralatan sederhana dan memanfaatkan tenaga manusia pada pengolahannya. 

Jamu merupakan salah-satu obat tradisional yang sangat diminati masyarakat karena selain harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu juga mudah dijumpai di mana saja. Bisa dikomsumsi  pada semua kelompok umur, laki-laki dan perempuan, baik di pedesaan maupun perkotaan pernah mengonsumsi jamu untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan karena sakit. Ini merupakan bagian dari pengobatan tradisional yang telah diterima oleh masyarakat. Seandainya produk ini mau dijual perlu diperhatikan sekaligus pembuatnya  dalam mengolah harus higiene karena kebanyakan masih kurang memperhatikan faktor higiene, sebagai indikatornya adalah masih adanya cemaran mikroba pada jamu tradisonal. 

Penulis: 

Dosen FKIP Universitas Islam Riau
Dra Suryanti M.Si    
Dr Sukarni, M.Si         
Tengku Idris S.Pd.M.Pd.            
Sepita Ferazona S.Pd.M.Pd.     
Said Muhammad Alabrar     



Tags Kesehatan