Peneliti Temukan Keanehan: Orangutan Mangsa Kukang yang Beracun

Peneliti Temukan Keanehan: Orangutan Mangsa Kukang yang Beracun

RIAUMANDIRI.CO - Setelah 50 tahun Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) terdokumentasi memakan buah-buahan, dedaunan, kulit kayu, bunga, dan serangga, kini muncul jurnal baru. Yaitu, mengenai orangutan Kalimantan yang terekam mengkonsumsi kukang.

Peristiwa tersebut terekam pada 27 Desember 2017 di Stasiun Riset Orangutan Tuanan yang berlokasi di Kecamatan Mentangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.

Peneliti S2 Biologi Universitas Nasional (Unas) Kristana Parinters Makur merekam langsung orangutan jantan dewasa ‘Molong’ memangsa kukang yang terjadi pada siang hari bersama dengan Manajer kamp Mardianto dan asisten peneliti Tono. 


Hal ini kemudian, ditulis dalam jurnal ilmiah bersama tim peneliti gabungan Universitas Nasional, Rutgers University dan Zurich University. 
Setelah melalui proses yang cukup panjang, karya ilmiah itu pun berhasil diterbitkan pada 17 November 2021 di jurnal Primates yang diterbitkan oleh Springer.

Adapun peneliti yang tergabung dalam penulisan ilmiah tersebut adalah Kristana Parinters Makur, Sri Suci Utami Atmoko, Tatang Mitra Setia, Maria A. Van Noordwijk dan Erin R. Vogel. 

Menurut salah satu peneliti Dr. Sri Suci Utami Atmoko, perilaku memakan daging merupakan kejadian yang sangat langka dalam aktivitas orangutan liar. Berdasarkan data, sampai saat ini dengan jumlah waktu observasi yang sangat panjang (dapat lebih dari 70 ribu jam di masing-masing lokasi riset) dan jumlah peneliti yang cukup besar. 

"Yakni di lebih dari 5 stasiun riset orangutan (Sumatera dan Kalimantan), hanya terobservasi sekitar 12 kasus orangutan memakan daging," ujarnya seperti dikutip dari laman Unas, Senin (29/11/2021).

Dia menambahkan, sebelumnya kasus orangutan memakan kukang hanya dijumpai di Sumatera, tepatnya di Ketambe dan Suaq Balimbing, dua stasiun riset di Taman Nasional Gunung Leuser, Provinsi Aceh. Kasus di Kalimantan umumnya hanya terkait dengan memakan tikus dan tupai. 

Kukang atau Nycticebus sp. sendiri merupakan primata kecil yang cenderung aktif di malam hari dan memiliki bisa beracun. Bisa yang disinyalir dapat membuat shock hingga mematikan tersebut berasal dari kelenjar yang terletak di bawah ketiak kukang, dan diaktifkan saat tercampur liur ketika kukang menjilat ketiaknya. 

Dosen Fakultas Biologi Universitas Nasional itu mengatakan bahwa perilaku memangsa kukang oleh orangutan umumnya sama, baik di Sumatera maupun Kalimantan. Berbeda dengan kera besar Simpanse yang memang berburu primata lain, orangutan lebih cenderung hanya bila bertemu dengan kukang. 

Dikatakan, tidak semua perjumpaan orangutan dan kukang berujung pada pemangsaan. Seperti yang terjadi di Sebangau, Kalimantan Tengah bahwa tidak terjadi perilaku agresif, bahkan kukang bermain bersama dengan remaja orangutan. 

Sementara Dr. Tatang Mitra Setia, Dekan Fakultas Biologi Unas mengatakan, hasil observasi ini merupakan kasus yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut.

Adapun penelitian yang dilakukan di stasiun riset orangutan Tuanan yang berdiri sejak tahun 2003 itu, merupakan stasiun riset kerjasama antara Universitas Nasional dengan berbagai universitas dan lembaga konservasi lainnya di Indonesia. Seperti di Indonesia ada BOSF, BKSDA Kalimantan Tengah, Dinas Kehutanan/KPHL Kalimantan Tengah). Maupun luar negeri beberapa Universitas yang digandeng antara lain Rutgers University dari New Jersey, Amerika Serikat dan Zurich University dari Swiss.



Tags Nasional