Aksi Puan dan Ganjar Sama-sama tak Natural

Aksi Puan dan Ganjar Sama-sama tak Natural

Oleh M. Jamiluddin Ritonga*

Aksi Puan Maharani menanam padi bersama petani di Jogjakarta mendapat reaksi dari berbagai pihak.

Ada pihak yang merasa kagum dengan kesediaan Ketua DPR RI masuk sawah. Puan dinilai menyatu dengan petani tanpa ada sekat status sosial.

Pihak lain justeru menilai negatif terhadap aksi Puan tersebut. Puan dianggap tidak pas melakonkan aksi menanam padi karena gesturnya tidak mencerminkan layaknya seorang petani.

Gestur Puan saat menanam padi memang terlihat tidak natural. Meskipun sudah dikemas dengan pakaian dan aksesori layaknya petani, namun Puan belum mampu memerankan sosok petani yang sesungguhnya.

Hal itu terjadi karena Puan dibesarkan di lingkungan elit, bukan petani. Karena itu, sangat sulit baginya untuk memerankan layaknya petani.

Gestur dan tatapannya memandang kamera semakin menjauhkan Puan dari kesan seorang petani. Kesan ingin di foto untuk pencitraan justeru lebih dominan daripada ketulusan untuk membantu petani menanam padi.

Hal seperti itu tentu menjauhkan Puan dari simpati masyarakat. Aksi demikian tidak akan mendongkrak elektabilitasnya sebagai capres pada Pilpres 2024.

Justeru peluang antipati akan lebih besar daripada simpati. Sebab, Puan bisa dinilai melakukan aksi menanam padi hanya untuk pencitraan.

Cara seperti itu juga yang kerap ditampilkan Ganjar Pranowo. Ganjar ingin mengesankan sosok yang merakyat. Namun bila jeli melihat foto-foto Ganjar di media dan media sosial, gesturnya mengesankan juga tidak natural.

Foto-foto Ganjar umumnya dikemas untuk mencuri perhatian masyarakat. Seperti gambar Ganjar naik truk untuk memeriksa muatannya. Begitu juga ketika Ganjar makan sendirian atau sedang bersepeda.

Semua foto-foto Ganjar tersebut dimaksudkan untuk pencitraan. Ganjar ingin dicitrakan merakyat, peduli dengan persoalan rakyat, dan seolah tampil apa adanya.

Hanya saja, karena Ganjar sudah kerap melakukan hal itu, sebagian masyarakat akhirnya tidak lagi kritis melihat foto-fotonya. Foto-foto yang dikemas untuk pencitraan itu akhirnya dinilai masyarakat seolah natural.

Jadi, meskipun aksi Puan dan Ganjar sama-sama tidak natural, namun dampaknya ke masyarakat berbeda. Aksin Puan cenderung mendapat respon negatif, sementara aksi Ganjar direspon positif. Hal itulah yang akhirnya membedakan elektabilitas Puan dan Ganjar. (*Pengamat komunikasi politik)



Tags Politik