Webinar Literasi Digital: Hidup Pintar di Tengah Internet

Webinar Literasi Digital:  Hidup Pintar di Tengah Internet

RIAUMANDIRI.CO, ROHIL - Kegiatan webinar literasi digital pada hari Senin, 23 Agustus 2021, pukul 09.00 WIB, dengan tema “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital” dibuka oleh moderator Kartika Sari. Moderator membuka rangkaian kegiatan webinar ini dengan mengucap salam, berdoa dan membawakan tagline Salam Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital. Moderator juga tidak lupa untuk mengingatkan para peserta untuk terus menjaga protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan. Acara pertama dimulai dengan memutarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.  

Kemudian, moderator mempersilahkan Dirjen Aptika KEMKOMINFO, bapak Samuel A. Pangerapan untuk memberikan sambutan. Kemudian, moderator memperkenalkan Key Opinion Leader yaitu, @tomrist_ – Moderator debat Capres- Cawapres 2019. Pada pukul 09.14.

Kemudian, moderator membacakan tata tertib dalam kegiatan webinar ini. Setelah itu, moderator memperkenalkan narasumber pertama, Ida Ayu Prasastiasih Dewi, S.I.Kom., M.P.P. – Communication Specialist, menyampaikan materi tentang “Etika Digital”. Pada pukul 09.25. Di dunia digital entah berjualan, interaksi. Kita tidak pungkiri bahwa tidak ada batasan antara dunia scince dan fiksi. Ketika kita ada di dunia digital kita harus lebih positif. Berusaha melihat perbedaan itu sebagai potensi. Dalam perubahan kita tidak menolak perubahan, terima perubahan.


Dunia digital, jika kita menerima informasi negatif dan malah tidak sengaja tersebar berarti kita menyebarkan hal buruk. Di Indonesia masih mengkonsumsi konten-konten yang masuk ke ranah privasi seseorang. Kita bicara ranking literasi digital, Indonesia berada di posisi 53 dari 62 di dunia. Kesopanannya ada di urutan 29 dari 32 negara. Era supernova adalah era dimana kita bisa memanfaatkan teknologi ke hal-hal dengan sederhana. Kehebatan sekarang, jika kita salah kesalahan akan lebih panjang lagi. Kita bisa berinteraksi yang santun di dunia digital, santun dan sopan, berkolaborasi. Kita memiliki banyak handphone dan beberapa akun media sosial. Untuk promosi, memperluas networking tapi ada juga yang menggunakan media sosial untuk komen hatespeech. Banyak akun anonym yang difikir aman padahal tidak. Sebelum kita komen sesuatu kita haru saring dahulu. Kalo kita salah menyebarkan informasi, walau hanya 2-3 orng yang terinfluence tapi 2-3 orang itu akan menyebarkannya lagi karena sudah terinfluence. Prinsip dasar cerdas bermedia sosial, dengan menimbang apakah ini benar, membantu, penting atau tidak, perlu dibagikan atau tidak dan melanggar hukum atau tidak. Selain bisa menshare yang baik jempol kita bisa menyakiti orang lain bahkan bisa menyebabkan kita terjerat hukum.

Toleransi terhadap perbedaan di dunia digital. Banyak sekali perbedaan suku bangsa, ras, dan agama yang mengharuskan toleransi. Sebaiknya kita tidka menjadi orang yang menganggap kulturnya paling bagus atau orang yang menjadi mayoritas karena bisa merangsang perkelahian. Banyak orang yang acuh di media sosial. Kita harus mampu, menghargai perbedaan, atur siapa yang di follow dan jauhi yang menyebar kebencian, mulai pahami etika berinternet yang baik dan benar, partisipasi positif, ulangi terus 4 poin sebelumnya. Melakukan promosi dan berkomentar dengan santun saat berjualan online. Ketika kita berjualan, apalagi sedang pandemi ini kita bisa berjualan online. Kita melihat Indonesia dengan penjualan online terbesar dari negara yang lain. Tapi ternyata masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan dunia digital yang merupakan potensi. Tugas Bersama kita juga, untuk menggalakan untuk menggunakan digital. Setidaknya ada setengah UMKM yang masuk dunia digital, manfaatkan advertising digital. Ada 2 strategi yang bisa digunakan untuk mempromosikan dagangan kita. Strategi subjektif dengan membangun nasionalisme berkonsumsi, membangun kemampuan konsumen untuk berfikir logis dalam memilih produk/ jasa. Strategi objektif dengan meningkatkan kualitas, penawaran harga yang kompetitif. 

Kemudian, setelah narasumber pertama menyampaikan materinya, moderator memperkenalkan narasumber kedua yaitu Koharudin, S.T – Kepala Seksi Layanan Hubungan Media, yang menyampai materi tentang “Kenali dan Pahami: Rekam Jejak di Ruang DIgital”. Pukul 09.46. Tips untuk menjaga keamanan jejak digital. Pintar dalam menggunakan internet, pengguna harus waspada, pengguna harus kuat dalam hal keamanan, bijak berinternet dan berani bertanya kepada orang yang lebih paham atau mencari referensi.

Pastinya setiap manusia memiliki Riwayat pada hidupnya seperti riwayat pendidikan. Dalam aktifitas kita sehari-hari melewati dari terbitnya matahari hingga terbenam menjadi jejak hidup kita. Semua tergantung pada diri kita si pembuat jejak. Dengan berkembangnya teknologi dan terciptanya era digital. Untuk berinteraksi pun dilakukan dengan mudah. Media sosial memberikan kemudahan untuk berinterasi dari satu dengan lainnya. Berdasarkan data, melaporkan bahwa pengguna interenet yang berusia 16-60 tahun pastinya memilki beberapa alat elektronik yang berbeda dari handphone hingga laptop. Handphone menjadi perangkat yang popular sebanyak 85 persen pengguna. Hal yang sering diakses pengguna internet Indonesia yaitu pesan instan, mencari data dan informasi, media sosial, membaca berita dan streaming video. 

Jejak digital adalah jejak data yang kita buat dan kita tinggalkan saat menggunakan perangkat digital. Contohnya yaitu unggahan foto atau status, konten blog atau vlog, komentar, Riwayat pencarian, transaksi belanja, riwayat email dan riwayat telepon dan video call. Jejak digital ada yang aktif dan pasif. Digital pasif adalah jejak digital yang tidak sengaja ditinggalkan dan tanpa sepengetahuan kita. Digital aktif adalah segala jejak digital yang tercipta atas peran aktif si pengguna. Kita tidak boleh abai tentang jejak digital. Kita harus memeriksa jejak digital jika terdapat jejak digital yang kurang baik, sebaiknya segera hapus atau sembunyikan. Bijak sebelum menulis atau mengunggahkan apapun di internet. Pelajari perangkat mobile, mempelajari aturan privasi di dalam perangkat tersebut. Bangun citra diri yang positif.

Setelah itu, moderator beralih kepada narasumber ketiga Virgo Sulianto Gohardi, SH. – Koord. Relawan Covid-19 (RCCE Indonesia), yang memaparkan materi tentang “Kecakapan Digital Selama Pandemi”. Pada pukul 10.14. Berbagi informasi benar dan resmi, dan mengingatkan lingkatan terdekat menjadi bagian edukasi.

Adanya pandemi Covid-19 dinilai mengubah pola komunikasi masyarakat. Dimana komunikasi yang biasanya dapat dilakukan secara tatap muka, kini harus dilakukan secara virtual. Munculnya berbagai macam materi dan informasi yang menyebar secara digital selama pandemi. Keterbatasan kemampuan seseorang untuk melakukan validasi terhadap informasi yang menyebar di sekitar kita. Perubahan perilaku digital, pengguna media sosial di Indonesia juga terus meningkat. Setidak terdapat 170 juta pengguna, YouTube merupakan plaform yang paling banyak diakses dikalangan 181,9 juta pengguna berusia 16-64 tahun di Indonesia, yaitu 93,8% atau lebih dari 170 juta pengguna. Setelah itu WhatsApp (87,7%), Instagram (86,6%), Facebook (85,5%), Twitter (63,6%), dan seterusnya.

Disinformasi selama pandemic, masyarakat salah memahami pandemi, berimplikasi pada salah cara menghadapi dan menyelesaikan pandemic dan terjadi 1.733 hoaks Covid-19 dan vaksin. Kecakapan menghindari disinformasi dengan bijak merespon informasi yang masuk, validasi dengan membandingkan sumber yang akurat dan dapatkan informasi dari otoritas resmi. Tujuan menghindari disinformasi dalam peperangan pandemi untuk mengembalikan kepercayaan warga, merubah perilaku warga, memberikan hak warga dan perlindungan warga.

Kemudian, moderator mempersilahkan narasumber terakhir untuk menyampaikan materinya yaitu, Agus Stiowidodo, S.Pd. – Wakil Humas SMKS BINA INSAN. Yang menyampaikan materi tentang “Budaya Digital”. Pada Pukul 10.36. Jadikan media sosial menjadi lebih produktif dengan media sosial sebagai media belajar, media sosial sebagai sarana membangun jaringan, media sosial sebagai penunjang produktivitas, dan media sosial sebagai saran pengembanan diri.

Dimasa pandemi ini kita banyak sekali dihadapkan dengan gaya baru atau model baru dalam dunia digital tapi kita mengalami ketertinggalan. Budaya yang kita pake di dunia nyata, kitatinggalan di dunia digital. Jangan sampai kita mengalami krisis moral dalam dunia digital. Jadi dalam budaya digital kita harus memiliki mindset produktif bukan konsumtif. Konsumtif adalah perilaku negatif suatu individu yang berperan sebagai konsumen membeli suatu barang dengan berlebihan dan hanya mengikuti hawa nafsu individu tersebut, yang akhirnya menimbulakan pemborosan. Perilaku individu yang konsumtif selalu membeli barang yang mereka butuhkan tanpa memperdulikan manfaat, fungsi maupun dampak dari barang tersebut, yang terpenting keinginan mereka terpenuhi. Faktor yang memperngaruhinya yaitu lingkungan tempat tinggal, pertemanan dan media sosial.

Sedangkan produktif adalah sebuah bentuk sikap yang selalu ingin terus berkarya, menciptakan sesuatu yang akan memiliki nilai manfaat baik terhadap dirinya sendiri serta dari orang lain. Orang yang produktif pada dasarnya adalah orang yang tidak akan menganggur dan membuang waktu yang ada. Dalam hal ini akan memiliki berbagai macam hal yang akan dilakukan dan tidak pernah berhenti dalam melakukan sesuatu. Ubah perilaku konsumtif menjadi produktif dengan menjadikan media sosial lebih produktif seperti yang suka traveling bisa membuka usaha travelling atau mengenalkan potensi wisata. Membuat hal-hal yang semula hobi menjadi peluang bisnis. 


 

Setelah sesi pemaparan materi selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab antara penanya dan narasumber. Ada beberapa penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan e-money sebesar Rp. 100.000,-

  1. Sella Yustika memberikan pertanyaan kepada Ida Ayu Prasastiasih Dewi, S.I.Kom., M.P.P.

Q : Apakah Etika Digital perlu dimasukan dalam kurikulum pembelajaran? Mengingat Indonesia dinilai sebagai Bangsa yang tidak sopan di ruang digital.

A : Ini menjadi salah satu inspirasi bahwa kenapa kominfo mengadakan literasi ini. Menurut saya perlu, bisa menjadi refensi guru-guru. Untuk menyadarkan literasi ini bagus untuk masuk ke kurikulum sekolah. Bisa menyisipkan literasi digital saat pembelajaran. Digital sudah masuk kepada parenting, karena paparannya bukan pas masuk sekolah tapi saat pertama dirumah. 

  1. Abdi Negara memberikan pertanyaan kepada Koharudin, S.T.

Q : Bagaimana cara memproteksi keamanan data pribadi pengguna di platform digital agar tidak terjadi penyebaran dan penyalahgunaan data pribadi?? Dan Apa Langkah preventif yang mesti dilakukan oleh para pengguna dalam beraktivitas di ruang digital agar terhindar dari peristiwa itu semua?

A : Ada beberpaa hal terkait kita menggunakan media sosial maupun bertransaksi di dunia digital. Kita bisa menjaga data kartu kita, data pribadi. Kita harus memastikan beberap platform yang harus diperhatikan. Jangan melakukan di platform yang kurang berbahaya. Buat password yang sulit, dan ganti secara berkala. Produktif di media sosial dengan tidak menggunakan data asli, gunakan password yang unik, gunakan private media sosial dan saring informasi. 

  1. Dwi Rahmatun memberikan pertanyaan kepada Virgo Sulianto Gohardi, SH.

Q : Bagaimana cara kita mengembangkan soft skill dan hard skill berkaitan dengan tren pekerjaan di era digital saat ini? Serta dimana kita bisa menemukan platform untuk meningkatkan atau melatih digital skill yang kita inginkan?

A : Jadi memang tentu kalo skill memperbanyak referensi, Latihan dan mencoba. Mungkin tentang kecakapan digital, banyak platform yang bisa kita gunakan baik berbayar atau tidak tergantung skill apa yang ingin kita latih. Ada yang sifatnya tutorial dan mencoba langsung. Jika belum bisa yang berbayar, bisa cari yang gratis. Tinggal kemampuan kita dan fokus kita mau kemana.

  1. Wulan Fitriani memberikan pertanyaan kepada Agus Stiowidodo, S.Pd.

Q : Bagaimana agar kita tidak menjadi toxic productivity dan tetap melakukan perilaku produktif yang sehat?

A : Ini lebih kepada perilaku kita yang menanggapi produktif, kalo itu baik lanjutkan saja. Kalo racun itu banyak positifnya lanjutkan saja. Produktif yang segi manfaatnya banyak, jika tidak bermanfaat jangan dilanjutkan. 

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator kembali menyapa Key Opinion Leader, yaitu @tomrist_ – Moderator debat Capres- Cawapres 2019.  Menurut beliau, setiap orang adalah guru. Walaupun saat ini saya main sendirian, hakikatnya kit aga sendirian karena pasti ada dampakna dengan orang lain. Adanya jejak digital, jejak digital memang harus diwaspadai. Dimasa pandemic atau tidak bagikan hal baik di dunia digital. Intinya, kalo tidak ingin dicubit jangan mencubit. Ketika menemukan figure yang tidak baik, jangan kasih ruang atau abaikan. Kita pilih orang-orang yang kita follow yang bisa menjadi teladan. Kemudian, setelah rangkaian acara selesai, moderator memanggil kembali para penanya terpilih lainnya yang berhak mendapat e-money sebesar Rp. 100.000,-. Setelah itu moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.