Webinar Literasi Digital: Konten Positif Siap Viral

Webinar Literasi Digital: Konten Positif Siap Viral

RIAUMANDIRI.CO, ROHIL - webinar literasi digital pada hari Selasa, 10 Agustus 2021, pukul 08.57 WIB, dengan tema “Konten Positif Yang Siap Viral” dibuka oleh moderator Sahira Zahra Ghassani. Moderator membuka rangkaian kegiatan webinar ini dengan mengucap salam, berdoa dan membawakan tagline Salam Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital. Moderator juga tidak lupa untuk mengingatkan para peserta untuk terus menjaga protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan. Acara pertama dimulai dengan memutarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.  

Kemudian, moderator mempersilahkan Dirjen Aptika KEMKOMINFO, bapak Samuel A. Pangerapan untuk memberikan sambutan. Kemudian, moderator memperkenalkan Key Opinion Leader yaitu, @aaquina – Public Speaker, Content Creator & Entrepreneur. Pada pukul 09.11.

Kemudian, moderator membacakan tata tertib dalam kegiatan webinar ini. Setelah itu, moderator memperkenalkan narasumber pertama, Ulez Hulaesuddin – Founder @makanhalalbogor, Co-Founder @bril_story, menyampaikan materi tentang “Membongkar Rumus Konten Viral”. Pada pukul 09.15. Bagaimaana bisa menyebarkan manfaat, jika manfaat itu tersebar bisa menjadi amal jariyah kita. Lebih dari sekedar viral. Quotes dari Lichtenstein, kita tuh hidup untuk mengekpresikan diri kita, jangan mikirin apa yang di bilang orang. Jangan nyari perhatian orang, tapi buat orang mencari kita. Yang dibutuh kan saat ini adalah konten viral yang positif.


Beberapa konten yang viral seperti video baby shark yang dilihat 9 miliar penonton. Dimulai dari instargaam seperti es kepal milo dan dimulai dari twitter dan diangkat ke film yaitu KKN desa penari. K bisa konten-konten tersevut sampai segitunya?. Ada rumus VIRAL = V (visibility)+ I (ingenuity)+ R (relate) + A (adaptable) + l (luck). Visibility, tentukan kontennya mau diupload dimana. Yang banyak orang liat, saat ini mungkin tiktok. Kedua ada youtube dan ada Instagram juga twitter, semuanya orientasinya adanya mobile, platform dan konten yang dbuat. Ingenuity, konten yang cerdik. Seperti contohnya kopi dalgona. 80% orang menggunakan bahan yang sama. Apa yang sedang ramai di konsumen. Relate/relevant, yang sempat ramai saat itu brush challenge. Semakin relate, melibatkan orang lain akan semakin seru dan viral. Berikutnya membuat konten kita, adaptable. Singkatnya, konten kita mudah di adaptasikan, mudah di modifikasikan oleh orang lain. Jadi saat kita membuat konten jangan takut konten kita dicopy. Luck disini kuadrat karena ini merupakan tawakalnya, butuh banyak doa disini. Tidak semua bisa sukses, beberapa bisa gagal. Belajar dari pengalaman, apa yang membuat mereka melikes post kita dan lainnya. 

Kemudian, setelah narasumber pertama menyampaikan materinya, moderator memperkenalkan narasumber kedua yaitu Dionni Ditya Perdana, M.I.Kom – Akademisi dan Penggiat Literasi Digital, yang menyampai materi tentang “Kenali dan Pahami Rekam Jejak di Ruang Digital”. Pukul 09.35. Berekspresi melaui konten positif yang informative, edukatif, inspiratif dan juga menghibur.

Jejak digital, apapun yang kita tinggalkan saat kita menggunakan digital. Kejamnya, dimasa mendatang jejak digital akan membangun citra pribadi kita. Situs web yang kita kunjungi, email yang kita kirim dan lainnya adalah bentuk digital. Rekam jejak aktif adakah apa yang kita tinggalkan secara sadar. Apa yang kita like, kita mereview produk, memfollow orang. Ada juga jejak pasif, yang merupakan apa yang kita tinggalkan di dunia digital tanpa sadar. Apa yang kita tinggalkan browser salah satunya, mengklik tautan juga merupakan jejak pasif. Bisa juga melakukan produk tertentu dengan marketplace. Disatu sisi kita terbantu, di satu sisi kita terprogram dengan salah satu jenis produk tersebut. Kita berharap, rekam jejak digital kita yang positif yang membangun image/ reputasi yang baik. Tanpa kita ketahui itu menjadi rekam jejak kita yang tersimpan. Atau kita membuat anonim, tapi suatu saat kita dicari itu dapat teridentifikasi rekam digital. Netizen Indonesia bermaksud untuk mengekspresikan diri di dunia digital. Tapi karena mereka tidak paham maksudnya malah menyebar kebencian. 

Melindungi privasi dan keamanan data, rekam jejak berpotensi dicari, diliat, disalin, diproduksi dan lainnya. Rekam jejak digunakan sebagai terror atau pembunuhan karakter dan email/app yang diretas dan disalah gunakan. Amankan perangkat, koneksi, sandi, tautan dan kebijakan privasi. Perhatikan perangkat yang di install. Baca review sebelum install, bisa berupa identitas pembuat aplikasi, jumlah unduhan, rating dan lainnya. Pilih aplikasi tersertifikasi. Membaca syarat dan ketentuan. Perhatikan pengaturan ‘third-party’ atau ‘app permission’. Hindari penggunaan koneksi internet (WIFI) di tempat sembarangan. Jangan sembarangan membuat sandi, gunakan kombinasi huruf dan angka/karakter, beragam, ganti berkala, tidak memberi tahu sandi ke orang lain apalagi sampai menyebarkan ke media sosial dan aktifkan verifikasi 2 langkah. Berhati-hati dengan URL yang dipersingkat dan jangan klik link/ tautan dari sumber yang tidak dikenal atau untuk kepentingan yang tidak dijelaskan.

Setelah itu, moderator beralih kepada narasumber ketiga yaitu Dra. Hj. Rahmawati, M.Pd.I – Kepala Sekolah MAN 1 Rokan Hilir, yang memaparkan materi tentang “Etika Digital: Bahaya Ponografii”. Pada pukul 10.00. Mengantisipasi dengan terapkan peraturan dan disiplin dikeluarga sedini mungkin, beri pondasi agama yang kuat, batasi penggunaan internet untuk anak dan isi hari-hari dengan kegiatan positif.

Karena sebagian besar anak-anak di Indonesia, setiap harinya menggunakan atau membawa gadget sehari-hari. Tapi adanya kekhawatiran, tentang adanya ponografi memenuhi laman-laman media. Namun ada beberapa yang memang sudah di block kominfo. Pada umumnya saat ini, menggunakan gadget yang lebih besar dari pada penduduk. Jadi satu orang penduduk bisa memiliki 2-3 gadget.  Berdasarkan kasus, kasus anak selama januari 2020-Juni 2021. Paling besar sebanyak 37 % merupakan korban kekerasan seksual, 22% nya kriminalisasi kebebasan berekspresi, anak berkonflik dengan hukum sebanyak 30 % dan akses pendidikan 11%.

Ponografi adalah sebuah istilah untuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Jangan sampai ponografi ini menjadi konsumsi publik.

Potensi ponografi anak usia sekolah dan remaja Indonesia, memulai handphone dan internet, social network, online storage, dan lifestyles, pengawasan orangtua, BLAST (bored,lonelym angry-afraid, stress, tired). Sumbernya bisa dari film, iklan di tv, majalah dewasa, video klip, website, media sosial, dan games. Tahapan prose kecanduan ponografi, yang pertama tidak sengaja melihat. Lalu merasa tidak nyamn tapi otomatis penasaran, selanjutnya pelepasan dopamine di dalam otak, kecanduan atau adiksim tidak peka lagi atau desensitisasi, peningkatan level porno, dan acting out atau melakukan apa yan dilihat. Dampaknya, selain dapat mengacaukan kehidupan, membuat adanya penyakit menular seksual dan bunuh diri, ponografi bahkan dapat merusakotak pada bagian PFC (prefrontal cortex).  Jika PFC rusak dapat mengalami penurunan konsentrasi, sulit memahami benar atau salah, sulit mengendalikan diri, sulit berfikit kritis, sulit menunda kepuasan dan sulit merencanakan masa depan.

Kemudian, moderator mempersilahkan narasumber terakhir untuk menyampaikan materinya yaitu, Yusra Nurvita, S.I.Kom. – Konsultan Manajemen Aset. Yang menyampaikan materi tentang “Mengubah Mindset Konsumtif Jadi Produkti“. Pada Pukul 10.22. Saat ini yang bisa kita lakukan adalah rebahan sambal baca buku, membuat konten, menonton video tutorial atau pengembangan diri, mengkuti webinar dan pelatihan online, maksimalkan jaringan, dan belajar buat personal branding, kembangkan ide dan konsep.

Generasi yang lahir setelah tahun 1980-an, jadi saat lahir mereka sudah dihadapkan dengan digital. Yang lahir setelah 1990, generasi Z akrab dengan teknologi serba online sangat menyukai hal praktis serba multitasking. Digital native saat ini, mengerjakan berbagai pekerjaan dalam satu waktu atau multitasking sangat memungkinkan. Hits jaman now, kita mungkin sudah cukup akrab dengan siapa generai millennial saat ini. Rata-rata dari mereka menggunakan internet perhari adalah 3 jam. Perilaku millennial tidak bisa jauh dari menonton video secara daring. Memahami perilaku millennialyang kecanduan internet, mudah berpaling ke lain hati, kerja cepat dan kerja cerdas, liburan kapan saja dan dimana saja, bisa apa saja dompet tipis, cuek dengan politik, suka berbagi, dan tidak harus memiliki.

Generasi rebahan, stigma negative yang disematkan ke dalam kaum rebahan adalah mereka yang malas, tidak produktif, melewatkan kesempatan, tidak mempunyai target, serba instan, dan tidak menghasilkan apa-apa, menjadi poin krusial untuk mengecap istilah kaum rebahan. Tantangan kala pandemim sebelum dan sesudah lockdown berbagai negara memilih untuk lockdown/ di Indonesia sendiri namanya pembatasan PSBB-PPKM, sosial distancing di sekolah, event, jualan yang dilakukan secara daring atau online. Apapun yang dilakukan saat ini dapat menggunakan satu genggaman yaitu handphone. Lahir dan dibesarkan pada saat gejolak ekonomi, politik dan sosial melanda Indonesia membuat para millennial tumbuh sebagai generasi yang open minded, kritis, menjunjung tinggi kebebasan dan berani. 

 

Setelah sesi pemaparan materi selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab antara penanya dan narasumber. Ada beberapa penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan e-money sebesar Rp. 100.000,-

  1. Rutmeri memberikan pertanyaan kepada Ulez Hulaesuddin.

Q : Fenomena otang yang viral secara negatif lalu diundang ke televisi, apakah hal itu perlu?

A : Mungkin itu bukan gejala yang baik, nanti bisa dijadikan contoh. Fokus kepada apa yang kita lakukan, bagaimana kita bisa membuat konten postif yang bisa mengimbangi konten negatif. 

  1. Yuliani memberikan pertanyaan kepada Dionni Ditya Perdana, M.I.Kom.

Q : Peran orangtua dalam literasi digital, bagaimana cara yang tepat bagi orang tua untuk membimbing anak yang sedang belajar dalam pengguna teknologi?

A : Peran orangtua, kita bisa menggunakan fitur-fitur yang ada diaplikasi. Bisa mengatur dan memilih apa yang anak-anak tonton atau mainkan sudah diatur oleh aplikasi tersebut yang seharusnya tidak digunakan. Pertama, dibatasi seperti gunakan berapa lama diluar jam pelajaran. Kedua, aplikasi apa saja yang digunakan. Ketiga, orangtua mengarahkan apa yang dia gunakan dan apa yang seharusnya dia lihat.

  1. Maulana memberikan pertanyaan kepada Dra. Hj. Rahmawati, M.Pd.I

Q : Bagaimana solusinya ketika anak-anak sekolah yang belajar menggunakan internet agar tidak terjerumus ke ranah ponografi?

A : Paling penting adalah saat kondisi saat ini, perhatian orangtua. Banyak kasus anak-anak yang memilih caranya sendiri, hidupnya sendiri karena kurangnya perhatian orangtua. seandainya itu ditemui, ajarkan anak untuk berkata tidak. Anak harus tau ponografi perlahan akan membunuh. Peran orangtua sangat penting, tanamkan nilai agama.

  1. Ahmad Albar memberikan pertanyaan kepada Yusra Nurvita, S.I.Kom.

Q : Bagaimana peran orangtua dalam menangani seorang anak yang sudah terkena candu dengan dunia digital?

A : Berbicara soal kecanduan tidak ada acara pencegahan, tapi lebih kepengobatan. Pengawasan orangtua ketika anak sedang bersama gadget. Buatlah jadwal, berikan kegiatan lain selain gadget tersebut. 

 

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator kembali menyapa Key Opinion Leader, yaitu @aaquina – Public Speaker, Content Creator & Entrepreneur.  Menurut beliau, ada 2 jenis di dunia digital yaitu positif influencer dan negatif influener. Yang penting itu tujuan kita sejak awal jangan bandingkan dengan orang lain. Kita harus bisa juga diundang ke tv tapi dengan konten yang positf . Kemudian, setelah rangkaian acara selesai, moderator memanggil kembali para penanya terpilih lainnya yang berhak mendapat e-money sebesar Rp. 100.000,-. Setelah itu moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.