Webinar Literasi Digital: Jadi Pelajar Cerdas dan Cakap Digital

Webinar Literasi Digital: Jadi Pelajar Cerdas dan Cakap Digital

RIAUMANDIRI.CO - Kegiatan webinar literasi digital pada hari Sabtu, 14 Agustus 2021, pukul 08.56 WIB, dengan tema “Menjadi Pelajar Cerdas dan Cakap Digital” dibuka oleh moderator Adnin Adinda Azmatunnisa. Moderator membuka rangkaian kegiatan webinar ini dengan mengucap salam, berdoa dan membawakan tagline Salam Literasi Digital Indonesia Makin Cakap Digital. Moderator juga tidak lupa untuk mengingatkan para peserta untuk terus menjaga protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker, dan menghindari kerumunan. Acara pertama dimulai dengan memutarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.  

Kemudian, moderator mempersilahkan Dirjen Aptika KEMKOMINFO, bapak Samuel A. Pangerapan untuk memberikan sambutan. Kemudian, moderator memperkenalkan Key Opinion Leader yaitu, @aaquina – Public Speaker, Content Creator & Enterpreneur. Pada pukul 14.07.

Kemudian, moderator membacakan tata tertib dalam kegiatan webinar ini. Setelah itu, moderator memperkenalkan narasumber pertama, Dr.Ir. Soni Trison, S.Hut., M.Si. – Akademisi IPB, menyampaikan materi tentang “Penguatan Budaya Digital di Dunia Pendidikan”. Pada pukul 09.11. Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kebijakan, dan kebijak menjadi tindakan baru.


Relevensi mendidik itu kaitannya dengan waktu, menjadi pengajar/pendidik merupakan bagian kecil dari hidup kita. Sesungguhnya kita dingatkan oleh yang maha kuasa tentang waktu. Webinar ini merupakan bagian dari kebaikan, nasihat-nasihat yang ada didalamnya. Kita harus tetap produktif dalam menjalani hidup kita, pendidikan menjadi penguat karakter. Teknologi adalah tools dalam menjalankan kegiatan kita. Kita harus kreatif, karena kalo tidak kita bisa kehilangan moment, kehilangan waktu. Mari kita belajar, karena belajar adalah investasi masa depan. Kita sebagai guru, sebagai siswa perlunya inovasi untuk perubahan kecil sampai perubahan besar. Dalam era digital ini, proses-proses pendidikan kita adanya revolusi. Guru adalah guru tidak bisa digantikan, oleh karena itu harus adanya inovasi. Diluar sana banyak ilmu, banyak ahli dan banyak yang memumpuni. 

Ternyata saat ini bukan bisa santai, tapi jauh lebih cepat. Untuk peserta didik, bagaimana murid bisa memanfaatkan sesuatu. Karena konteks kita dimasa depan kita harus berkreasi. Guru kedepan perlu belajar seperti leadershipnya. Jika guru tidak belajar, akan tergerus dimasa depan. Banyak sumber alternative saat ini, buku, modul pembelajaran offline maupun online. Pembelajaran saat ini akan terus ada dinamika, penyesuaian-penyesuain. Kita bisa melihat transformasi yang ditunjukan baik dari pengajar maupun siswa. Skill yang dibutuhkan industri di masa depan seperti complex problem solving yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya didalam dunia nyata. Social skill, kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence. Process skill, yaitu kemampuan terdiri dari: active listening, logical thinking dan monitoring self. System skill, kemampuan untuk dapat melakukan judgment dan keputusan dengan pertimbangan cost-benefit serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana sebuah system dibuat dan dijalankan. Cognitive abilities, yaitu skill yang terdiri dari antara lain: cognitive flexibility, creativity, logical reasoning, problem sensitivity, mathematical reasoning dan visualization.

Kemudian, setelah narasumber pertama menyampaikan materinya, moderator memperkenalkan narasumber kedua yaitu Irfan Sophan Himawan, SE., Ak., MM. – Dosen dan pegiat media digital, yang menyampai materi tentang “Internet Sehat”. Pukul 09.33. Apa yang dulu muat di sebuah gedung, kini muat di kantong baju anda. Yang dimaksud adalah gadget yang kita gunakan saat ini. Saat ini lebih banyak menggunakan ruang digital dibandingan dunia nyata. Karena lebih efektif, lebih efisien dan malah dikatakan jauh dari virus corona.

Saat ini kita berada di satu masa yang dikatakan dengan overload informasi. Informasi dibagi dua, yang pertama yaitu bersifat full demand yaitu buku diperpustakaan, pendidikan formal dan lainnya. Ada juga informasi bersifat push supply, yaitu televisi dan internet. Saat ini pekerjaan yang ada di 2021, ternyata tidak tersedia di tahun 2000-an. Saat ini pendidik sedang mempersiapkan siswa untuk pekerjaan yang belum ada. Saat ini dengan seiring pandemi covid sudah membuat jarak dan membuat digital menjadi dunia baru. Apakah ruang digital aman?, ada satu riset bahwa 72% orang Amerka mempercayai akun mereka aman. Padahal nyatanya dalam 2 detik terdapat peretasan, ancaman-ancaman di dunia digital.

Dunia digital kini menjadi dunia nyata kedua kita, bahkan ruang dgital sering menjadi yang pertama dari pada dunia nyata. Keamanan digital adalah upaya kita yang menjaga ruang digital kita, keterampikan yang harus dimiliki di era digital. Objek digital yang harus kita lindungi sangat sensitif yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Aktivitas manusia yang sedang melakukan kegiatan online baik akses informasi (browsing), chatting, social media, upload dan download secara tertib, baik dan beretika sesuai norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Hal-hal yang harus diperhatikan di dunia digital, yaitu tertib, baik dan beretika. Tidak melanggar hukum seperti pelanggaran hak cipta (illegal), hacking, dan mengakses konten illegal (situs dewasa), cyber bullying, body shaming. Sesuai dengan kebutuhan (sesuai dengan kriteria umur, profesi, keyakinan). Taat UU ITE. 

Keamanan digital menjadi komponen penting untuk mendukung transformasi, masyarakat diharusnya menggunakan digital dalam kehidupan sehari-hari. Handphone yang kita gunakan saat ini bukan hanya alat, tapi bagian dari kita untuk menghubungkan diri kita ke dunia digital. Digital safety harus mendorong masyarakat memanfaatkan teknologi dan internet secara sehat, kreatif, cerdas, positif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya sebagai SDM yang cakap digital harapannya SDM digital tidak mudah terpapar dari berbagai dampak negative penggunaan internet.

Setelah itu, moderator beralih kepada narasumber ketiga Dwi Agung Pangestu, A.Md. – Administration & Dopodik Operator SMK TI Al Ikhlashiyah Dumai, yang memaparkan materi tentang “Etika Digital”. Pada pukul 09.53. Beretika dengan baik di dunia digital. kita bisa menggunakan penggunaan yang baik yang benar. Menggunakan Bahasa yang baik di dunia nyata juga sama di dunia digital. menghargai orang lain dengan tidak melakukan diskriminasi maupun cyberbullying. Kontrol pada konten, jadi apa sih yang mau kita pos. Jangan overposting.

Selama ini kita dari lahir, sampai kita sebesar ini akrab dengan kata etika. Yang berasal dari Bahasa yunani yaitu ethos yang artinya adat istiadat/ kebiasaan baik. Banyak sekali etika, tapi kita akan focus pada etika teknologi informasi. Etika di dunia nyata dan dunia digital yang sama-sama harus sopan. Teknologi informasi adalah teknologi yang selalu berkembang pesat. Dengan perkembangannya muncul berbagai permasalahan dalam penerapannya di masyarakat sehingga diperlukannya suatu tata cara atau etika dalam teknologi informasi tersebut. Dengan adanya etika dalam teknologi informasi diharapkan masyarakat atau penggunaanya dapat memahami dan mengetahui bagaimana cara menggunakan dengan baik dan benar. 

Pengguna internet semakin hari semakin meningkat. Akibat pandemi, mau tidak mau kita menggunakan dunia digital. harus melek digital, itulah mengapa pengguna internetnya melonjak. Suatu survei dari Microsoft tentang netizen Indonesia yang paling tidak sopan se-asia pasifik. Ini merupakan kabar yang tidak enak terdengar. Salah satu faktornya adalah terlalu suka dengan hoax. Khusus pelajar, banyak sekali saat ini hoax itu berkembang. Kalo menerima hoax jangan disebar, cukup berhenti di kita saja. Indonesia mudah sekali terprovokasi, akhirnya muncul ujaran kebencian. Adanya diskriminasi, jadi adanya akun-akun yang sengaja dimuat untuk mendiskriminasi seseorang ataupun kelompok. 

Kemudian, moderator mempersilahkan narasumber terakhir untuk menyampaikan materinya yaitu, Ovi Letera Monalisa Sinaga, S.P.W.K. – Junior GIS Analyst. Yang menyampaikan materi tentang “Pentingnya Memiliki Digital Skills di Masa Pandemi Covid-19”. Pada Pukul 10.15. Digital skills are important because they underpin so much of how modern work is conducted. For many modern professions, digital skill are simply essential skills..

Ini adalah masa pandemi yang merubah mindset, dimana semua aktifitas kita dialihkan ke dunia digital. seperti bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan belanja dari rumah. Oleh karena itu, pergerakan kegiatan dari offline ke online membuat kita harus memiliki digital skills yang sepadan dengan perkembang digital. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS), TPAK sebesar 67,77% pada Agustus 2020, naik 1,43% dibandingkan pada Agustus 2016 yang sebesar 66, 34%. Namun peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan tenaga kerja yang berkualitas terutama di bidang industri digital.

Digital skill menjadi kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi. Konsep pendidikan digital skill terhadap sumber daya manusia menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. Kecakapan yang harus dimiliki adalah kecakapan dalam menggunakan aplikasi yang mendukung pembelajaran. Seperti google classroom, Edmodo, schoology, Microsoft terms dan lainnya. Kecakapan menggunakan aplikasi digital marketing. Seperti facebook, Instagram, youtube dan lainnya. Kecakapan menggunakan aplikasi untuk membuat konten-konten kreatif. Seperti mereview film, edukasi, fashion dan kuliner. Dan kecakapan menggunakan aplikasi bidang keuangan dan perbankan. Seperti, mobile banking, pembayaran online maupun dompet digital.

Setelah sesi pemaparan materi selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab antara penanya dan narasumber. Ada beberapa penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan e-money sebesar Rp. 100.000,-

  1. Robi Anzifa memberikan pertanyaan kepada Dr.Ir. Soni Trison, S.Hut., M.Si.

Q : Bagaimana cara menyikapi hal ini agar pelajar indonesia tetap mampu bertahan dengan budaya luhur yang ada tanpa harus terpengaruh dengan budaya dari luar yang bersifat negatif?

A :   Yang perlu kita lakukan adalah edukasi, dengan memfilter kepada pelajar. Bahwa adanya hal yang kurang relevan dengan budaya kita. Sebagai pendidik kita juga bisa memberikan alternatif-alternatif konten. Keburukan kalo terorganisir akan kuat. Kalo kebaikan tidak terorganisir akan semakin lemah. Paling tidak kita bisa mencari orang-orang yang satu frekuensi dengan kita. 

  1. Khairani Aprilia memberikan pertanyaan kepada Irfan Sophan Himawan, SE., Ak., MM.

Q : Bagaimana tips & trick agar kita tetap mengganti password secara berkala dan agar tetap ingat dengan password tersebut?

A : Langkah safety, berkala itu sebagai upaya sebagai langkah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita bisa kombinasikan dengan huruf dan angka juga simbol-simbol lainnya. Memang cara kita untuk higenis di ruang digital.

  1. Rahmat Safutra memberikan pertanyaan kepada Dwi Agung Pangestu, A.Md.

Q : Bagaimana media bisa memastikan gambar tersebut adalah faktual, benar, akurat, bukan rekayasa? Perlukah diatur etika khusus untuk gambar?

A :  Ketika kita mengupload suatu gambar, itu untuk kita tau itu rekaya atau bukannya. Google menyediakan google searching image. Contohnya berita saat ini tentang kejadian yang ternyata fotonya adalah foto lama yang bisa terdeteksi dengan google. Izinkan akses gambar, video dan lainnya. Diberikan secara terang-terangkan untuk handphone kita. Penting atau tidak tergantung keperluan diri kita.

  1. Faris Aqil memberikan pertanyaan kepada Ovi Letera Monalisa Sinaga, S.P.W.K

Q : Bagaimana cara mengatasi hal ini serta meningkatkan kecakapan anak didik dalam berdigital supaya cerdas?

A : Kita merubah mindset, merubah kebiasaan yang kita lakukan bertahun-tahun. Yang mengalami kendala bukan hanya anak didik tetapi juaga pendidik. Perlunya kerjasama antara kerjasama dan anak didik. Banyak informasi yang bisa digunakan, bisa juga menggunakan aplikasi pembelajaran. Harus ada simbiolisis, kerjasama. 

Setelah sesi tanya jawab selesai, moderator kembali menyapa Key Opinion Leader, yaitu @aaquina – Public Speaker, Content Creator & Enterpreneur.  Menurut beliau, benar adanya menggunakan media sosial harus beretika. Harus diperhatikan, saring sebelum sharing. Kemudian, setelah rangkaian acara selesai, moderator memanggil kembali para penanya terpilih lainnya yang berhak mendapat e-money sebesar Rp. 100.000,-. Setelah itu moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.