Pejabat Sering Korupsi, Tito Karnavian: Biaya Politik Tinggi, Antara Butuh dan Serakah

Pejabat Sering Korupsi, Tito Karnavian: Biaya Politik Tinggi, Antara Butuh dan Serakah

RIAUMANDIRI,CO, JAKARTA - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mengatakan korupsi bisa terjadi karena beberapa hal.

“Tindak pidana korupsi bisa terjadi karena greedy, serakah. Atau yang kedua karena need, situasi yang membuat itu,” katanya dalam acara Launching Sinergitas Pengelolaan Bersama Monitoring Centre For Prevention (MCP) dan Rakorwasdanas Tahun 2021, Selasa (31/8/2021).

Faktanya, hingga kini masih ada kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi. Terbaru, Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari dan suaminya ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan suap seleksi jabatan di Pemkab Probolinggo tahun 2019.


Terkait hal tersebut, Tito menyoroti adanya biaya politik yang tinggi saat pilkada. Bahkan pendapatan kepala daerah selama menjabat jika dihitung akan sulit menutupi pengeluaran biaya politik saat pilkada.

Sehingga menurutnya, kasus-kasus korupsi terjadi karena adanya sistem tersebut.

“Untuk menjadi bupati/walikota sekian besar. Untuk jadi gubernur sekian. Yang resmi saja untuk saksi, untuk kampanye, untuk alat peraga, untuk membangun jaringan, untuk promosi itu biayanya tinggi sekali. Apalagi ada yang nonteknis, untuk mendapatkan partai dan lain-lain. Kalau dihitung dengan pendapatan gaji tunjangan dan lain-lain tidak pernah bisa menutupi. Sehingga akhirnya terjadi moral hazard karena sistem, by system,” paparnya.

Tito pun mengajak semua pihak untuk memikirkan bagaimana agar dalam hal pilkada tidak perlu biaya politik yang tinggi.

“Ini yang membuat kami dulu kalau mau tangkap kepala daerah gampang sekali waktu jadi kapolri. Tapi ada persoalan. Persoalan nya adalah teman-teman kepala daerah ini banyak juga yang harus mengembalikan biaya politiknya pada saat pilkada yang harus kita carikan solusi,” ungkapnya.



Tags Korupsi