Tompi dan Film Selesai yang Dinilai Seksis

Tompi dan Film Selesai yang Dinilai Seksis

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Film berjudul Selesai menjadi kontroversi setelah tayang di situs bioskoponline.com. Pasalnya, sejumlah orang menilai film itu cenderung seksis, plot cerita yang berantakan, hingga 'kuning' yang menghiasi sepanjang film tersebut.

Sutradara Selesai, Tompi menjelaskan perihal tidak adanya keterlibatan perempuan dalam menggarap konsep film Selesai saat mendiskusikan film tersebut, Kamis (19/8/2021) malam lewat fitur Spaces di Twitter, yang diselenggarakan akun @cinemalinea.

Tompi menjelaskan dirinya selalu tertarik membuat film soal perempuan, dan tidak merasa perlu melibatkan perempuan dalam merancang konsep dan naskah.


"Bukan, sebenarnya bukan enggak per... bukan enggak perlu... enggak per... enggak bukan... gue enggak pernah bilang enggak akan pernah perlu, gitu. Semuanya kan sesuai kebutuhan," kata Tompi.

Ia lebih jauh mencoba menjelaskan kepada pemirsa film Selesai yang menganggap filmnya itu problematik.

"Kalau misalnya informasi sudah cukup, ya sudah, gitu. Ya enggak sih? Jadi, bukan masalah banyak bertanya biar tidak sesat di jalan, bukan. Kayaknya itu tidak bisa diterapkan di semua hal deh."

Tompi mengaku untuk film Selesai, ia sudah memiliki informasi yang dibutuhkan sehingga tidak melibatkan perempuan.

"Dari perspektif apa perlu nanya perempuan? Memang ada informasi yang kita tidak dapat? Karena informasi itu sudah kita lihat sendiri. Kecuali misalnya gua tidak tahu bagaimana respons, rasanya, ini kan enggak," katanya.

Tak sampai di situ, Tompi juga mencontohkan informasi yang sudah didapat lewat pengalaman Ariel Tatum yang pernah mengalami masalah kesehatan mental. Dalam Selesai, Ariel memerankan Ayu yang mengalami gangguan mental.

"Jadi, kita tidak bertanya, tapi karena kebetulan asetnya sudah powerful, sudah tahu harus ngapain, ya sudah, gitu. Jadi, bukan berarti enggak mau nanya itu kayak kita sudah paling jago sendiri tahu semuanya, bukan. Kebetulan aja untuk topik ini informasinya sudah cukup," katanya.

Film Selesai menjadi perbincangan terutama di Twitter karena dinilai salah menggambarkan perempuan, dan tidak melibatkan perempuan dalam penggarapan cerita.

Seorang pengguna Twitter @Pramudito27 menekankan pentingnya representasi perempuan dalam penggarapan film tentang perempuan.

"Tolong laki-laki yang mau buat film tentang perempuan, kalau bisa 60 persen dari kru kalian itu perempuan. Kalau gabisa, minimal setiap kepala departemennya itu perempuan. Dan WAJIB menurutku penulisnya perempuan/co writernya perempuan," tulis akun yang akrab disapa Galih itu.

"Karena apa? ya biar ga ada pemandangan seksis/ merendahkan perempuan lagi gan. Sumpah aku pengen tampar filmmaker laki-laki yang bilang "ini sesuai fakta kok", ya terima aja dlu fakta kalau kau film kau banyak seksinya. itu aja, gan," tambahnya.

Galih menilai hal itu penting karena memberikan ruang diskursus bagi orang-orang yang terlibat saat pembuatan film.

"Ini bukan cuma bicara soal representasi. Tapi bagaimana pemilihan artistik si sutradara laki-laki dalam memilih pemilihan karakter si perempuannya pasti bisa dipertanyakan lagi kalau misalnya problematik ama kru perempuannya. Gitu sih," tutur Galih.

Ia juga mengatakan jika kru pembuatan film tentang perempuan tak memungkinkan didominasi oleh perempuan, paling tidak co writer atau team development diisi oleh perempuan.

"Kalau gabisa lagi, si sutradara harus riset dalam soal perempuan, coba kasih naskahnya ke kolega perempuannya dan pastikan apakah karakter yg ia buat udah sesuai ama relevansinya. Kalau gabisa lagi, ya wallahuallam, ga usah buat film kau lagi," pungkas Galih.



Tags Film