Penerimaan Siswa, Pengamat: Porsi Zonasi Harusnya 100 Persen

Penerimaan Siswa, Pengamat: Porsi Zonasi Harusnya 100 Persen

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Kemarin hasil PPDB online tingkat SMA/SMK se-Riau diumumkan. Pengamat Pendidikan Universitas Riau, Afrianto Daud menganggap masih ada beberapa kekurangan yang mesti diperbaiki dalam pelaksanaannya.

"Catatan besar, untuk persiapannya kemarin. Kita satu-satunya provinsi yang mundur dari jadwal PPDB yang telah ditentukan. Padahal ini sesuatu yang rutin. Kita harusnya sudah tahu harus apa, pesiapannya bagaimana, ya sudah harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Dan fatalnya, ini gara-gara anggaran. Padahal pendidikan itu amanat konstitusi. Salah satu implementasinya ya pelaksanaan PPDB ini," ujarnya kepada Riaumandiri.co, Rabu (7/7/2021).

Selain itu, Afrianto juga mengkritisi porsi penerimaan siswa. Menurutnya, porsi zonasi seharusnya diperbesar, melebihi porsi prestasi dan afirmasi. Saat ini, porsi zonasi hanya 50 persen dari total penerimaan.


"Kalau kita pakai filosofi zonasi, itu alasannya agar kita bisa sekolah di mana saja. Tidak perlu jauh-jauh. Karena mestinya di mana saja sekolah sama saja. Artinya, pemerintah juga harus memastikan kualitas antara sekolah satu dengan yang lainnya itu gap-nya tidak terlalu besar. Sehingga siswa tidak perlu mengejar sekolah 'favorit' lagi," ungkapnya.

"Satu sisi ada positifnya memang, orang jadi punya pilihan masuk menggunakan jalur yang mana. Tapi sisi negatifnya, membuka peluang untuk orang berebut di sekolah yang bukan zona dia. Masuk ke wilayah lain. Sehingga mengurangi jatah, yang dalam filosofi zonasi, berhak sekolah di dekat rumahnya. Artinya, ada ketidakkonsistenan antara semangat zonasi dengan pengurangan persentase zonasi hari ini yang hanya 50 pesen," tambahnya.

Idealnya, menurut Afrianto, sistem zonasi harus mendekati 100 persen dari porsi penerimaan sekolah. Sebab, negara memang diamanahkan untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas di tengah masyarakat.

"Itu PR-nya. Negara harus mengurangi gap kualitas antarsekolah agar tidak terlalu jauh. Jadi semua orang nyaman dan terima sekolah di mana saja. Tapi sekarang kan orang masih mengejar sekolah-sekolah 'favorit' seperti dulu," katanya.

Sementara, terkait teknologi tiap-tiap sekolah saat ini, Afrianto berharap pihak sekolah meningkatkan kualitas pelayanan berbasis internetnya. Misalnya, sekolah harus selalu up to date melaporkan kegiatan sekolah, khususnya terkait penerimaan siswa. Bahkan, lebih baik lagi apabila sekolah menampilkan link integrasi sekolah lain. Jadi apabila siswa tidak diterima di suatu sekolah, mereka dapat langsung mendaftarkan diri ke sekolah lain dari portal tersebut.

"Beberapa saya lihat ada, cuma belum maksimal. Malah masih ada web sekolah hanya akun Facebook saja. Di zaman sekarang, sebisa mungkin teknologi seperti ini diadakan. Apalagi untuk pendaftaran, alangkah baiknya dibuat informasi dalam bentuk video. Penjelasan langkah-langkahnya. Itu jauh lebih mudah dipahami. Ada memang beberapa, tapi kebanyakan sekolah belum," tutupnya.