Webinar Literasi Digital Menjadi Mahasiswa Cerdas Digital Kota Pekanbaru

Webinar Literasi Digital Menjadi Mahasiswa Cerdas Digital Kota Pekanbaru

RIAUMANDIRI.CO, Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau kembali bergulir. Kali ini dengan mengusung tema Menjadi Mahasiswa Cerdas Digital.

Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (19/6/2021) pukul 09.00-12.00 WIB ini mengupas tentang kiat-kiat menjadi mahasiswa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga cerdas secara digital.

Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan  kognitif-nya untuk  mengidentifikasi hoax serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.


Kegiatan yang  secara nasional telah dibuka oleh Presiden Jokowi ini dilaksanakan secara simultan di semua daerah dengan target 10 juta partisipan mengikuti webinar dan tersentuh oleh literasi digital.

Pada webinar yang menyasar target mahasiswa sukses dihadiri oleh 778 peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Muhamad Ikbal, akademisi dan Master Mentor SIGAP UMKM, Aulia Siska, CFO PT Digital Solusi Entrepreneur, Assyari Abdullah, Dosen Ilmu Komunikasi UIN Suska, dan Ridwan Hasbi, Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin UIN Suska. Selain itu, hadir juga penggiat media sosial yang juga seorang News Anchor TvOne, Tysa Novenny bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya. Hadir pula selaku Keynote Speaker, Samuel A Pangerapan, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo.

Pada Sesi Pertama, Muhamad Ikbal, memberikan materi Kemampuan Digital dalam Pembelajaran Online. Ia mengatakan kegiatan belajar mengajar di era pandemi ini telah mengubah cara berpikir dan cara pelaksanaannya. Penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh akan memiliki peran strategis dalam pemerataan akses pendidikan di Indonesia di era Revolusi Industri 4.0. 

Pemerintah meluncurkan program Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA) untuk meningkatkan pembelajaran yang bermutu di Perguruan Tinggi. 

"Disrupsi membawa perubahan paradigma dalam pembelajaran. Orientasi kurikulum perlu diperbarui, agar para lulusan akademis bisa kompetitif. Tidak hanya cukup literasi lama (membaca, menulis, dan matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat. Para mahasiswa harus meningkatkan literasi data, kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital. Selain itu, literasi teknologi atau memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, dan engineering principles), dan literasi manusia (humanities, komunikasi, dan desain)," ujarnya.

Pembicara kedua, Aulia Siska, dengan materi Fitur Keamanan di Berbagai Aplikasi Pembelajaran Online. Ia memaparkan bahwa hasil survei Group Chief Economist dalam kemitraan dengan Forum Ekonomi Dunia (WEF) platform online pada Juni 2020, membuktikan penggunaan alat digital oleh anak muda Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) meningkat 87 persen selama pandemi COVID-19. 

"Selama kita di dunia digital, hal apa saja bisa terjadi. Kita harus rajin memperbarui aplikasi kita. Buatlah kata sandi yang kuat. Juga lakukan autentikasi dua faktor seperti kirim kode verifikasi ke ponsel kita. Yang termasuk aset kita adalah data perangkat, data aplikasi, dan data akun platform," jelasnya. 

"Tips aman menjaga privasi saat menggunakan wifi publik adalah menyambungkan wifi secara manual, perhatikan nama jaringan wifi, hindari mengakses informasi sensitif, perhatikan HTTPS atau kode gembok, gunakan enkripsi kata sandi, aktifkan firewall, dan memasang antivirus," tambahnya.

Selain itu, ada juga pembicara ketiga Assyari Abdullah dengan tema Cerdas Digital Kaum Intelektual. Ia menjelaskan, hasil survei membuktikan para pengguna internet bisa menghabiskan waktu lebih dari delapan jam dalam sehari untuk berselancar di dunia digital. 

"Yang diharapkan pemerintah, mahasiswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas secara digital. Karena mahasiswa sebagai kaum intelektual merupakan duta keluarga dan duta masyarakat. Fungsi mahasiswa, yaitu: iron stock (penerus estafet pembangunan negeri); agent of change (agen perubahan); guardian of value (perawat yang menjaga nilai-nilai luhur di tengah masyarakat); moral force; dan social control. Cerdas digital kaum intelektual tidak hanya dengan kemampuan organisasi dan ilmu yang ditekuni, melainkan juga dengan kemampuan digital," katanya.

Terakhir, pembicara keempat yakni Ridwan Hasbi mengisi webinar dengan materi Budaya Digital Junjung Budi Pekerti. 

"Budaya merupakan hal-hal yang bersangkutan dengan cara hidup yang selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Budaya kegiatan pendidikan berubah di era digital ini. Adat istiadat digital pun juga memiliki budaya dan budi pekerti. Budi pekerti adalah bagian yang paling mahal dari diri kita. Jika hendak mengenal orang yang berbangsa, lihatlah kepada budi dan bahasa. Indonesia terkenal dengan budaya timur yang sopan santun. Budaya rukun berdigital yaitu, untuk menyelesaikan masalah cari puncaknya, untuk menyelesaikan sengketa cari simpulnya, untuk menyatukan orang cari kesamaannya, untuk memelihara silaturahmi mana yang sama dijadikan tali, dan saling menghormati walaupun berbeda pendapat," katanya.

Tysa Novenny sebagai Key Opinion Leader dalam webinar kali ini menuturkan bahwa mahasiswa membutuhkan mata kuliah khusus, yaitu literasi digital. Karena semua berubah, seperti psikologi dan pola komunikasi. 

"Gunakanlah dunia digital secara bijak. Kontrol emosi itu sangat penting. Jika kita kurang teliti, pisahkanlah antara gawai yang bersifat privat, Sebelum mencerdaskan orang lain, kita harus mencerdaskan diri kita sendiri. Mana yang boleh dan mana yang tidak. Yang bisa menjadi perisai adalah diri kita sendiri," ungkapnya.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber.  

Salah satu peserta, Zulia Safitri bertanya apakah pembelajaran secara online ini mempengaruhi ekonomi para pengajar dan orang tua? 

Narasumber Aulia Siska menjawab pasti akan berpengaruh. Karena akan ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk melakukan pembelajaran secara online ini, seperti pembelian kuota internet, komputer, handphone, dan lainnya. 

Pemerintah sudah membagikan kuota gratis dan wifi gratis ke masyarakat, akan tetapi para pelajar harus tetap berhati-hati untuk menyambungkan jaringannya ke wi-fi gratis.

Webinar ini merupakan satu dari rangkaian 60 kali webinar yang diselenggarakan di Kota Pekanbaru. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan datang. Webinar berikutnya akan diselenggarakan pada 21 Juni 2021.