Max Sopacua: Marzuki Alie Punya Saham di Demokrat, Tak Pantas Dihina

Max Sopacua: Marzuki Alie Punya Saham di Demokrat, Tak Pantas Dihina

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Pimpinan Partai Demokrat Kongres Luar Biasa (KLB) Max Sopacua menuding Kepala Bidang Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putera sebagai sosok penjilat paripurna dengan menuding Marzuki Alie melakukan playing victim dan menyebut jabatan sekjen Demokrat sebagai pemberian Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Saudara Herzaky masuk ke dalam kelompok panjang lidah di lingkungan Partai Demokrat. Pak Marzuki Alie itu orang yang banyak berkorban untuk Partai Demokrat. Dia itu punya saham. Dari Partai Demokrat nothing menjadi something seperti sekarang," kata Max kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (22/5/2021).

Dia menyebut Herzaky baru masuk Demokrat tahun 2018 lewat Kogasma, tapu seolah-seolah merasa sebagai owner.

"Kalau mau merasakan bagaimana perjuangan dan merasakan jadi Ketua DPR seperti Pak Marzuki, Demokrat harus menjadi pemenang Pemilu. Belum lolos jadi anggota DPR saja seolah menjadi pejuang partai," sindir Max.

Menurut Max sangat pantas Pak Marzuki Alie merasa dizalimi karena selama ini berjuang banyak untuk partai dan menjadi SBY dari nobody menjadi somebody.

Dikisakan Max, Marzuki Alie selalu mendampingi SBY setiap blusukan ke daerah dengan mengorbankan jabatan direksinya di BUMN. Marzuki Alie juga selalu menjadi tameng karena saat itu SBY takut diketahui permainan politiknya oleh Megawati Soekarnoputri.

"Tapi apa balasan dari SBY? Malah menzaliminya, disingkirkan, difinah, dipecat dan digugat seperti sekarang ini," ujar Max emosional.

Max juga mengingatkan Herzaky dan juga kader Demokrat lainnya bahwa Marzuki Alie jadi Ketua DPR pada 2009 bukan hadiah dari SBY.

"Menjadi ketua DPR bukan hadiah SBY tapi keniscayaan Marzuki Alie sebagai Sekjen Partai Demokrat yang menjadi pemenang Pemilu. Wajar SBY merestuinya karena Partai Demokrat waktu itu masih dalam track yang benar sebagai partai terbuka dan untuk rakyat," kata Max.

 "Ketua umum waktu itu adalah almarhum Hadi Utomo. SBY saat itu presiden. Masa jadi ketua DPR hadiah presiden. Aya-aya wae," ulas Max.

Ditambahkan Max, ketika Marzuki Alie jadi ketua DPR juga didampingi sekjen-sekjen partai lain sebagai wakil, seperti Anis Matta (PKS) dan Pramono Anung (PDIP).

"Jadi jangan disamakan dengan sekarang hasil Kongres 2020 dimana ketua DPRD atau ketua DPD dan DPC harus disetujui  ketua majelis tinggi," ujarnya.

Max juga mengkritik partai yang sudah melenceng dari cita-cita semula. Awalnya dibangun menjadi partai terbuka tetapi kini menjadi partai dinasti.

"Mau bantah apapun saudara Herzaky, kenyataan Demokrat telah menjadi dinasti. Dari ketua umum dan majelis tinggi," ujarnya.



Tags PARTAI