Seniman Tolak Pembangunan Quran Center di Bandar Serai Pekanbaru

Seniman Tolak Pembangunan Quran Center di Bandar Serai Pekanbaru

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Pemerintah Provinsi Riau berencana memulai pembangunan Quran Center pada 2021 ini. Lokasinya di Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai), tepat di tempat seniman Riau berkumpul dan berkarya. 

Diketahui, Pemprov Riau telah mengalokasikan APBD sebesar Rp17,9 miliar untuk proyek ini. 

Menanggapi hal itu, Ketua Asosiasi Seniman Riau (Aseri), Marhalim Zaini mengaku mendukung pembangunan Quran Center. Namun, bukan di kawasan yang juga dikenal dengan nama Purna MTQ itu. 


"Tentu saja kita sebagai muslim dan seniman Melayu setuju sama pembangunan ini. Tapi ini soal tata kelola tempat. Kesannya jadi tumpang tindih kalau di lokasi kesenian dibangun juga Quran Center," ungkapnya kepada Riaumandiri.co, Rabu (20/1/2021).

"Kita mendukung pembangunan Quran Center itu di tempat yang seharusnya, seperti di Islamic Center kita di Tenayan Raya atau di Masjid An Nur," tambahnya. 

Pengakuan Marhalim, ketika Aseri mendatangi Dinas PUPR Provinsi Riau untuk mengajukan pernyataan sikap, diketahui awalnya Quran Center memang direncanakan akan dibangun di Masjid An Nur. Namun, tanpa alasan yang pasti, tiba-tiba dipindahkan ke kawasan kesenian Purna MTQ. 

"Mereka sudah ukur-ukur semua itu di Masjid An Nur," katanya. 

Setelah mendatangi PUPR, dalam minggu ini Aseri berencana melakukan audiensi dengan BPKAD Provinsi Riau, juga menyampaikan pernyataan sikap. 

"Sebenarnya mau audiensi langsung sama gubernur, hanya kondisi kesehatan gubernur saat ini belum memungkinkan," ungkapnya. 

Sementara, pendiri sekaligus komposer Riau Rhythm, Rino Dezapati meminta pemerintah mengkaji ulang rencana pembangunan Quran Center di kawasan kesenian. Ia menyarankan Quran Center dibangun di lokasi yang direncanakan akan dibangun Riau Town Square. 

"Mending di sebelah (kanan Purna MTQ). Daripada lokasinya terbengkalai enggak tentu arah, mendingan di situ. Berdampingan dengan Art Center, tapi tidak mengganggu," paparnya. 

Rino menjelaskan, maksud mengganggu bukanlah dalam konotasi negatif. Ia menganalogikan, tidak mungkin dan tidak pas membangun pentas musik di halaman Masjid An Nur. Begitu juga sebaliknya, tidak elok jika seandainya ada kegiatan di Quran Center, tetapi di halamannya seniman sedang berkegiatan. 

"Sudah 4 gubernur sampai Andi Rachman, sejak tahun 2000 menetapkan Bandar Serai Ali Haji (atau Purna MTQ) ini sebagai Art Center, pusat kesenian. Bahkan mau dijadikan tempat alternatif wisata Pekanbaru," jelasnya.

Selain itu, Rino maupun Marhalim menyayangkan narasi-narasi yang terbangun bahwa seniman menolak pembangunan Quran Center. Menurut mereka, yang ditolak hanya pembangunan yang dicampuradukkan di lokasi kesenian. 

"Ini yang kita sayangkan. Narasi-narasi ini. Kami menolak ketidakpasan tempat pembangunan ini. Bukan menolak Quran Centernya. Bagaimana kalau misalnya di dalam Masjid An Nur itu dibangun studio musik? Kan tidak pas," ungkap Rino. 

"Kecuali di Bandar Serai atau Purna MTQ ini dibagun musala. Kami dukung. Karena dari dulu kami minta enggak pernah dibangun sama dinas terkait. Cuma ada surau dari papan hasil sumbangan dari seniman saja," tutupnya.


Reporter: M Ihsan Yurin