Niat Sejahterakan Petani, Batas Kopi Hadir Sebagai Wadah

Niat Sejahterakan Petani, Batas Kopi Hadir Sebagai Wadah

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Kancah dunia perkopian Pekanbaru kembali kedatangan 'pemain' baru. Bertempat di perbatasan antara Pekanbaru dan Kampar, tepatnya di Jalan Manunggal, 100 meter dari kampus UIN Suska Riau, Batas Kopi hadir sebagai pilihan tempat nongkrong lintas kalangan yang asyik.

Batas Kopi direncanakan launcing pada 2019, tapi pandemi Covid-19 menyebabkan Batas Kopi baru bisa dibuka September ini. Pemilik Batas Kopi, AH Simatupang, mengaku Covid-19 telah membuat agendanya jadi kacau.

"Sebenarnya aku mau buka ini dari akhir 2019 kemarin. Makanya di-design cup-cup sekarang ada tulisan 2019-nya. Gara-gara Covid-19 inilah jadi semuanya diundur. Akhirnya baru bisa buka September 2020 ini," jelasnya kepada Riaumandiri.id, Minggu (20/9/2020).


Sebelum Batas Kopi, AH Simatupang telah menjalani berbagai profesi dan usaha. Namun, tidak ada satu pun yang dirasa cocok dengan kepribadian dan jiwanya.

"Dulu 3 tahun jadi pelaut, kerja di kapal. Terus pernah usaha ternak ayam potong juga. Baru satu kali panen, langsung vakum karena mertua mendadak meninggal. Dan terakhir kemarin coba-coba bisnis kurma. Juga enggak ketemu feel-nya," papar Simatupang.

"Terus mikirlah. Kita punya lahan di pinggir jalan, dekat kampus. Mau usaha apa, gitu? Akhirnya kepikiran bukak makanan, cuma aku enggak suka. Pusing mikirin belanja, masak, dan segala macamnya. Mau buka kedai sembako, juga pusing hitung-hitungannya. Seiring kebingungan itu, aku dikenalkan sama seorang barista di Pekanbaru ini. Sama dialah dijelaskan kenapa harus kopi. Karena kebetulan aku juga suka nongkrong, akhirnya setelah berembuk sama keluarga, aku memutuskan buka kafe ini. Tapi sebelum sampai di keputusan itu, aku belajar dulu. Mendalami dulu perkopian ini. Sampai benar-benar paham," tambahnya.

Soal harga, Simatupang mengaku tidak terlalu muluk-muluk. Sebab, ia punya banyak keuntungan dari kepemilikan lahan dan tempat sendiri. Selain itu, ia juga tidak segan menjual kopi-kopi tubruk "warungan" pada umumnya meskipun signature drink di Batas Kopi adalah kopi ala coffee shop.

"Yang bikin aku semangat dan memastikan diri untuk buka kafe ini, karena teman-teman nanya, apakah aku punya lahan dan gedung sendiri. Kata mereka, kalau punya sendiri, silakan lanjutkan. Makanya, soal harga, aku enggak terlalu mematok. Aku enggak terlalu berharap cuan dari situ. Sebab aku udah enggak perlu mikirin sewa tempat. Cuma, ya aku harus punya etika. Makanya harga minuman di Batas Kopi harus menyesuaikan sama coffee shop lain. Ya antara 8 sampai 15 ribu. Nanti kalau aku samaratakan 10 ribu semua, teman-teman usaha kopi lain pada marah," ungkap mantan pelaut ini.

"Ada teman yang nanya, karena lihat bentuk kafe kita yang kayak gini. Apakah kami jual teh es? Jual kopi kayak di warung-warung biasa? Ada es kosong? Ada, semua kami ada. Aku enggak yang idealis-idealis kali harus kopi ala-ala semua. Aku mau tempat ini jadi tempat semua kalangan. Kalau mau kopi ala-ala, ada. Teh es, ada. Kopi biasa pakai gula, ada," paparnya.

Simatupang optimistis kafe barunya akan ramai pengunjung. Sebab, ia punya menu yang harus dipertimbangkan penikmat kopi untuk tidak dilewatkan. Selain itu, menurutnyanya, kualitas dan bahan-bahan kopi bisa dibeli, tapi tidak untuk pelayanan alias customer care.

"Kalau tempat lain, biasanya kebanyakan aturan. Pesan di sini, bayar di sini, inilah, itulah. Nah kalau di Batas Kopi, sistem cowboy aja. Pesan, mau duduk di mana, ngobrol-ngorbol, bayar di sini sama aku aja, atau anggota aku. Enggak perlu banyak-banyak SOP-nya. Juga kalau misalnya kita udah kenal, terus kau enggak bawa uang, yaudah bawa aja dulu. Nanti gampanglah itu. Kalau di coffee shop pakai struk-struk, mana bisa kayak gitu," jelasnya.

"Bahan bagus, kualitas premium, bisa dibeli. Teknik bikin kopi bisa dipelajari. Di Youtube banyak. Tapi yang enggak bisa, customer care. Itu kuncinya. Nanti, kalau kafe ini sudah bisa autopilot, aku bakal pindah dari meja ke meja. Aku mau bikin orang nyaman lama-lama di sini. Customer care yang aku utamakan di sini. Makanya di belakang, ada sofa, ada ruangan istirahat, kamar, untuk kawan-kawan aku yang misalnya mampir ke Pekanbaru tapi nanggung mau ke hotel, yaudah nginap di belakang aja, ada kok kamar khususnya," jelas pria yang biasa dipanggil Adul ini.

"Cuma, kita ya tetap ada signature drink. Satu bocorannya ya, udah pernah minum kopi kurma, kopi herbal, teh herbal? Nah aku enggak mau keluarin signature drink semuanya. Nanti angsur-angsur. Keluarkan dulu satu, nanti dua minggu setelahnya satu lagi," tambahnya.

Hanya Permulaan

Batas Kopi diakui AH Simatupang hanya sebagai permulaan. Ada banyak rencana di benaknya yang akan dilakukan seiring berjalannya waktu. Salah satunya adalah cita-citanya membuat koperasi kopi, yang akan membuat semua pihak pada sirkulasi usaha kopi diuntungkan, termasuk petani kopi.

"Income aku taruh di nomor sekian. Aku mau kafe ini jadi tempat, jadi wadah. Misalnya ada orang mau belajar, mau bikin kafe juga, punya keinginan, tekad belajar, silakan datang ke sini. Silakan belajar kalau waktu lengang. Aku enggak takut ilmu aku akan ditiru. Usaha bisa ditiru, tapi rezeki masing-masing. Terus, aku juga sering bingung kalau diminta sama orang kampungku di Sipirok sana. Biasalah, kalau aku pulang, nanti ada yang nawarkan anaknya biar bisa diajak merantau. Nah sekarang aku udah ada wadah. Jadi kalau ada yang niat betul-betul mau merantau, ya bisa ke sini. Bisa aku bawa kerja di sini," paparnya.

"Aku juga dari dulu punya cita-cita gimana caranya anak-anak jalanan itu bisa bekerja sesuai hobinya. Suka otomotif, kerja di bengkel. Suka masak, kerja di warung makanan. Cuma gimana? Ya harus ada wadah. Harus ada yang bikin wadah. Nah, mungkin Batas Kopi inilah permulaan yang akan aku lakukan.  Dan ke depan, aku punya rencana bikin koperasi kopi. Jadi nanti petani bisa jual ke aku aja di sini. Nanti semua pihak jadi diuntungkan, sejahtera. Biasanya kan harga di petani murah kali, sampai di coffee shop mahalnya selangit," lanjutnya.

Mengenai design kafe miliknya, AH Simatupang mengaku terpaksa merombak desain awal yang dikonsep kakak iparnya. Dulu, desain Batas Kopi akan dibuat mirip Kedai Kopi Tiam, kedai kopi cina yang biasa didatangi kalangan berusia lanjut.

"Dulu awalnya mau dibikin kayak Kopi Tiam. Tua gitu. Makanya aku langsung rombak. Karena tujuannya biar semua kalangan bisa masuk. Ke depannya nanti akan dibuat konsep outdoor, banyak taman-taman bunganya. Jadi orang tua, mahasiswa, dan segala segmen bisa nyaman di sini," jelasnya.

Dua Makna

Selain itu, nama Batas Kopi diambil berdasarkan dua makna, yaitu sebab lokasinya tepat di perbatasan antara Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru, dan sebab AH Simatupang berusaha menjaga batas-batas yang ada dalam dunia perkopian.

"Dalam dunia kopi, sebenarnya ada batas-batas yang enggak boleh dilanggar. Tapi sekarang banyak sekali yang main tabrak aja demi tren. Nah makanya itu yang mau kita jaga di sini," tambahnya.

Batas Kopi buka setiap hari mulai dari pukul 10.00 WIB hingga 03.00 dini hari. Selain minuman, Batas Kopi juga menyediakan cemilan seperti mi rebus, mi goreng, ubi goreng, dan lainnya.

"Kita fokus minuman. Cuma ya kalau minum aja, nanti lapar susah juga kan? Makanya kita juga menyediakan nugget goreng, ubi goreng, mi rebus, ya makanan ringanlah. Makanya kita perlu saran. Semua saran akan kita tampung, cuma belum bisa sekalian. Berangsur-angsur. Kalau ada yang rasanya kurang, silakan bilang," tutupnya.

 

Reporter: M Ihsan Yurin 



Tags Ekonomi