Unri Kenalkan Potensi Pengungsi di Pekanbaru

Unri Kenalkan Potensi Pengungsi di Pekanbaru

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU – Tim pengabdian Universitas Riau mengadakan kegiatan pengenalan tentang kodisi dan potensi imigran asing atau pengungsi yang berada di Pekanbaru. Tujuannya guna mempermudah proses integrasi dan sosialisasi keberadaan mereka kepada masyarakat, namun tetap memperhatikan aturan kesehatan yang berlaku.

"Jumlah imigran yang mendekati seribu jiwa di Pekanbaru semestinya mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Apa lagi keberadaan mereka di kota ini sudah bertahun-tahun. Saat ini sebagian besar mereka dalam ketidakpastian menunggu dipindahkan ke negara yang mau menampung secara permanen," ungkap Ahmad Jamaan, ketua tim pengabdian masyarakat Universitas Riau (Unri) kepada Riaumandiri.id, Senin (14/9/2020).

Dijelaskan dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Riau ini bahwa imigran memiliki dua kategori, pengungsi dan pencari suaka. Pengungsi adalah pencari suaka yang sudah memiliki status dan didaftarkan UNHCR untuk mendapat perlindungan secara hukum. Sementara pencari suaka statusnya belum diakui lembaga PBB sebagai pengungsi. 


Dikatakan Ahmad, kegiatan pengabdiannya adalah bagian dari misi kemanusiaan mengingat imigran ini, lari menyelamatkan diri dari konflik, politik, penindasan, pembunuhan atau pembersihan etnis dan bangsa seperti terjadi di Myanmar, Syria, Afghanistan dan lainnya. 

"Mereka mengungsi ke sejumlah negara dan ditempatkan lembaga PBB UNHCR ke beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, dan Pekanbaru. Persoalannya selama bertahun-tahun mereka menunggu namun belum juga diterima di negara tujuannya," jelas Ahmad lagi. 

Ini terjadi, katanya, karena pengungsi tersebar di berbagai negara dan jumlahnya jutaan sementara negara tujuan membatasi jumlah yang mereka terima.  

Dikatakan Ahmad, imigran yang berada di manapun mengalami kejenuhan karena ketidakpastian penempatan di negara tujuan serta ketiadaan aktivitas berarti. 

"Dalam kondisi seperti ini tentu mereka mengalami tekanan yang mungkin saja berdampak pada interaksi mereka terhadap sesama imigran atau dengan masyarakat di lingkungan tinggal mereka. Oleh karena itu, upaya pengenalan ini bertujuan mengurangi dampak tersebut," ujarnya.

Dalam kondisi seperti ini diperlukan upaya agar para imigran dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan warga Pekanbaru, katanya. 

Upaya yang kami lakukan, ungkapnya, adalah bagian dari pengabdian masyarakat melibatkan mahasiswa kuliah kerja nyata (Kukerta) menjembatani agar terjadi saling memahami sehingga tidak ada prasangka negatif terhadap imigran atau juga sebaliknya. 

Manfaatkan Potensi Imigran

Menurut Ahmad, ada banyak potensi yang dimiliki pengungsi ini. Sebelum mereka menyelamatkan diri, banyak di antara mereka yang memiliki profesi dan keahlian, misalnya dosen, guru, dokter atau lainnya. Akan tetapi mereka terikat dengan ketentuan hukum tentang larangan bekerja ketika mereka berada di penampungan, terutama yang tidak merativikasi aturan internasional tentang perlindungan. Artinya, mereka tidak boleh bekerja terutama di sekotr-sektor formal karena terkait dengan status yang mereka sandang. 

Indonesia sendiri belum menjadi negara yang merativikasi Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol 1967. Indonesia juga belum memiliki sebuah sistem penentuan status pengungsi. Konsekwensinya,  pemerintah memberikan kewenangan kepada lembaga PBB UNHCR untuk menjalankan mandat perlindungan pengungsi termasuk menangani permasalahan pengungsi di Indonesia.

Dikatakannya apa yang dilakukan Unri saat ini adalah pengenalan lebih mendalam tentang keberadaan imigran. Misalnya pengenalan terkait asal mereka, jumlah dan lama mereka di Pekanbaru, apa kegiatan mereka selama di Pekanbaru, lembaga yang ikut mendampingi pengungsi, termasuk berbagai ketentuan hukum yang melekat pada mereka. 

"Bila tidak berbenturan dengan aturan hukum yang berlalu pihaknya  berazam untuk melakukan pendampingan agar aktif dalam kegiatan non formal. Misalnya  mengikuti berbagai pelatihan kewirausahaan, pengembangan kerajinan, pengenalan kuliner khas negara asal imigran dan serta karya seni," kata Ahmad.

Melalui kegiatan ini, tambahnya lagi, diharapkan masyarakat mengenal lebih jauh keberadaan pengungsi di kota ini sehingga dapat memperlancar proses interaksi dan integrasi mereka secara timbal balik. 

"Harapannya ada saling pengertian, saling pemahaman serta empati agar nilai-nilai kemanusiaan dapat dikedepankan sebagai sesama penduduk kota," harap Ahmad. (*)