Kasus Kematian Anak di Indonesia Akibat Covid-19 Tertinggi di Asia Bahkan Dunia

Kasus Kematian Anak di Indonesia Akibat Covid-19 Tertinggi di Asia Bahkan Dunia

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengumpulkan data anak yang meninggal akibat COVID-19 di Tanah Air. IDAI menyebut kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia saat ini tertinggi di Asia, bahkan di dunia.

"Nah ini data kita sebetulnya sejak Maret kami kumpulkan. Data ini sebetulnya lebih sedikit dari data yang ada di Kemenkes ataupun di Gugus Tugas. Ini data yang dikumpulkan dari teman-teman kita yang merawat. Jadi kalau kita lihat, yang meninggal baik yang PDP maupun yang konfirmasi meninggal ini 200-an," kata Ketua PP IDAI dr Aman Pulungan dalam rapat di Komisi X, Kamis (25/6/2020).

"Makanya kita bisa mengatakan untuk saat ini, yang meninggal untuk anak ini, kita paling banyak di Asia bahkan mungkin di dunia saat ini, untuk dalam masa pandemi yang terkait dengan COVID, direct atau indirect," imbuhnya.


Menurut dr. Aman, kesadaran di masyarakat bahwa anak bisa sakit dan meninggal akibat COVID-19 masih kurang. Anak-anak yang meninggal akibat COVID-19 disebutnya paling banyak berusia di bawah 1 tahun atau di bawah 5 tahun.

"Datanya ini juga cukup menyedihkan. Yang paling banyak meninggal lagi di bawah 1 tahun dan di bawah 5 tahun. Jadi mereka ini yang tidak sempat ulang tahun pertama atau ulang tahun yang kelima," ungkapnya.

dr Aman mengatakan stunting dan malnutrisi bisa mempengaruhi daya tahan tubuh anak. Jika terlambat ditangani, anak-anak yang terjangkit COVID-19 bisa meninggal dunia.

"Stunting dan malnutrisi, kita tahu bahwa prevalensi kita memang menurun sampai 30 persen, tapi yang kurang gizi sekitar 18-19 persen. Jadi kombinasi kedua ini ketika kelompok anak ini terinfeksi COVID, tentulah daya tahan tubuh mereka kurang baik. Dan lebih parah, dan kalau terlambat tentu akan meninggal," ujar dr. Aman.

"Kami dapat laporan dari teman-teman di seluruh cabang IDAI, kita tidak dapat kesempatan lama merawat anak-anak ini, ada yang tidak sampai 24 jam, tidak sampai 48 jam, tidak sampai 72 jam. Jadi ada keterlambatan untuk mereka dirujuk," imbuhnya.

Selain itu, angka obesitas yang tinggi, diabetes, asma, dan TBC akan menjadi komorbid atau penyakit penyerta jika anak positif COVID-19. Diare pada anak disebut dr. Aman juga masih tinggi, sehingga anak bisa berpotensi menularkan kepada orang lain.

"Angka diare kita cukup tinggi. COVID pada anak, ada di beberapa rumah sakit laporannya, 4 dari 5 anak itu dia datang dengan gejala saluran cerna. Mual, muntah, dan diare. Jadi harusnya setiap anak diare ini kita PDP-kan. Jadi bisa dibayangkan kalau anak diare, dan dia ke sekolah, bagaimana potensinya untuk menularkan," tuturnya.



Tags Corona