Dalam Satu Jam, Satu Ton Jagung Masyarakat DMPA Perawang Barat Ludes Terjual

Dalam Satu Jam, Satu Ton Jagung Masyarakat DMPA Perawang Barat Ludes Terjual

RIAUMANDIRI.ID, PERAWANG - Hanya dalam waktu satu jam, jagung manis hasil panen masyarakat Desa Pinang Sebatang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau, habis terjual. Alhasil, para calon pembeli lain terpaksa harus berbalik arah. 

Tanaman jagung ini merupakan salah satu Program DMPA (Desa Makmur Peduli Api) PT Arara Abadi-APP (Asia Pulp & Paper) Sinarmas. 

Menurut Sulis (42), petani jagung penduduk Desa Perawang Barat, Kecamatan Tualang Perawang, Kabupaten Siak, ketika ditemui awak media di sela-sela kesibukannya memanen jagung menjelaskan, penjualan jagung pada Kamis (18/6/2020) ini merupakan hasil panen pada hari ini juga.


“Pada hari ini saya memanen jagung lebih kurang 1 ton. Hasil produksi dari lahan setengah hektare lebih ini saya mendapatkan lebih 2 ton jagung. Yang mana lahan ini saya pinjam dari lahan desa yang belum dimanfaatkan. Dari pada terbengkalai dan tidak dimanfaatkan, maka saya minta izin kepada Pemerintah Desa Perawang Barat untuk saya pergunakan bercocok tanam sejenis tanaman palawija," cerita Sulis.

Lebih lanjut ia menuturkan, sebelum tanaman jagung ini dibudidayakan, dirinya menanam palawija berupa tanaman cabai kriting.

"Jadi jagung yang saya panen hari ini adalah tanaman selingan setelah sebelumnya pada lahan ini saya tanam cabai. Karena untuk menetralkan sekaligus memutus mata rantai jika ada penyakit dari tanaman cabai, maka saya tanam jagung ini," ujarnya. 

Jika nanti, dirinya memaksakan terus menanam cabai, hasil panen cabainya kurang memuaskan. Makanya, setelah panen cabai dengan masa tanam sekitar 6 bulan, maka dirinya merotasi dan berganti (selang-seling) menanam tanaman lain yang produktif dan menghasilkan, seperti jagung manis ini, untuk memutus mata rantai penyakit. 

"Untuk membersihkan lahan ini, saya tidak melakukan pembakaran, karena selain dapat bimbingan dari Arara Abadi juga kami sadari bahwa membakar tersebut akan merusak lingkungan dan kesehatan,” tegasnya.

Menurut Sulis, masa tanam jagung ini 70 sampai 75 hari (sekitar dua setengah bulan) dan menghasilkan 2 ton per sekali masa tanam. Setelah itu kembali ditanami cabai lagi, dengan harga rata-rata penjualan Rp5.000/kg. Program ini merupakan program DMPA dari PT Arara Abadi.

Selain sebagai petani, Sulis juga sehari-hari berprofesi sebagai pedagang. Dari hasil berdagang dan bertani ini, Sulis dapat menyekolahkan dua anaknya sampai perguruan tinggi.

"Anak saya ada dua orang. Yang pertama sudah kuliah semester 6 di salah satu perguruan tinggi di Solo, Jawa Tengah pada jurusan pertanian. Sementara anak kedua saya sekolah di SMP kelas 2 di Perawang. Dengan hasil tani dan dagang ini saya menghidupi keluarga saya. Saya berterimakasih kepada PT Arara Abadi yang telah membantu saya dan masyarakat melalui program DMPA-nya. Saya dibantu mulai  dari pembibitan, pengawasan sampai kepada pemasaranya. Saya juga sampaikan terimakasih kepada pemerintah desa yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk memanfaatkan lahan kosong,” tutur Sulis.

Sementara itu pada kesempatan terpisah Koordinator Program DMPA PT Arara Abadi, Miswanto, didampingi Aep Mahmuddin, Kepala Forest Protection PT Arara Abadi Distrik Minas-Rasau Kuning menjelaskan, program tanam jagung ini merupakan bagian dari Program DMPA PT Arara Abadi-APP Sinarmas yang dimulai tahun 2017 lalu. 

Di Perawang Barat ini, kata Miswanto, ada empat kelompok yang masuk dalam program DPMA, yaitu: Kelompok Hortikultura, Kelompok UMKM, Kelompok Perikanan dan Kelompok Peternakan. 

"Sementara pak Sulis ini masuk dalam Kelompok Hortikultura, spesialis cabai kriting. Berkat saran kita, dilakukan pergantian (selang-seling) agar hasil produksi cabai maupun jagung bagus,” jelasnya.

Pada dasarnya Program DMPA yang digulirkan oleh PT Arara Abadi, katanya, adalah untuk daerah-daerah (desa-desa) yang berbatasan dengan konsesi Arara Abadi, Perawang Barat.

"Untuk penerima manfaat program ini yaitu masyarakat. Sebelum kita gulirkan, kita melakukan FGD (Focus Group Discussion), yang mana FGD itu dihadiri dan diwakili oleh masyarakat yang berminat dari keempat bidang. Yakni, holtikultura:padi, sayuran, cabe dan sebagainya, bidang peternakan di antaranya: sapi, ayam, kambing, itik dan sebagainya, kemudian bidang UKM, pembuatan kue, kerupuk usaha ekonomi kecil lainnya dan kemudian bidang perikanan, seperti, ikan tangkap dan ikan kolam," beber Miswanto. 

Di FGD tersebut, tambahnya, masyarakat bermusyarah apa yang mereka inginkan. Jadi bukan berdasarkan keinginan dari perusahaan terkait apa yang akan mereka usahakan. 

"Untuk kegiatan DPMA di Perawang Barat ini, dan desa-desa lainnya di Riau, PT Arara Abadi menyiapkan anggaran Rp200 juta sampai Rp250 juta setiap desa. Selain modal usaha, bimbingan dan juga kita bantu pemasaran,” ujar Miswanto.

Aep Mahmuddin menambahkan, salah satu masalah dalam usaha Sulis adalah terkait penjualan. Namun berkat bantuan perusahaan, masalah penjualan dapat teratasi.

"Karena tidak sampai 1 jam, jagung 1 ton yang dipanen Pak Sulis ini habis terjual dan dibeli oleh karyawan-karyawan kita (baik karyawan di pabrik/IKPP, maupun karyawan kita yang ada di Distrik). Malahan selalu tidak cukup untuk memenuhi permintaan pasar kita. Sering jika waktu panen tiba, pembeli (karyawan kita) inden (menunggu) terlebih dahulu,” pungkas Aep.



Tags Ekonomi