Hancurnya Hati Ibu Korban Salah Sasaran Tawuran Pondok Aren, Minta Pelaku Dihukum Mati

Hancurnya Hati Ibu Korban Salah Sasaran Tawuran Pondok Aren, Minta Pelaku Dihukum Mati

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Nunung Lesmana (38), ibu dari Dharma Lesmana pemuda 16 tahun yang tewas dalam tawuran di depan Masjid At-Takwa, Kampung Wadassari, Pondok Aren, Tangerang Selatan berharap pelaku pembunuh anaknya dihukum mati.

Nunung menyatakan, anaknya adalah warga Jalan Abadi, bukan warga di antara dua kampung yang bermusuhan dalam tawuran itu yakni Kampung Pondok Kopi dan Kampung Wadassari, sehingga kematian anaknya adalah salah sasaran.

"Saya penginnya dihukum sesuai dengan perbuatannya dia yang sudah menghilangkan nyawa anak saya, dia kok bisa gampang banget ngebacok orang, tapi saya sudah serahkan semua ke polisi. Soal maafin iya kita sebagai manusia memang harus memaafkan tapi hukum harus tetap berjalan," kata Nunung, Senin (11/5/2020).


Selain itu, dia berharap polisi segera bisa mengusut permusuhan di antara kedua kampung tersebut karena selalu terjadi berulang setiap tahun.

"Jangan sampai ada korban selanjutnya, tiap tahun katanya udah begitu suka tawuran di situ itu, kenapa ya harus bermusuhan," ucapnya.

Nunung bercerita pada Minggu (3/5/2020) sekitar pukul 11.00 WIB Dharma pulang ke rumah sehabis mengantarkan makanan untuk neneknya di rumah sakit.

Tak lama, Dharma pamit main lagi dari rumahnya di Jalan Abadi ke rumah temannya di Kampung Wedassari untuk ikut rombongan membangunkan sahur.

Nunung sama suaminya, Ahsan sempat melarang anaknya untuk pergi main, namun anaknya tetap ingin bermain malam itu.

Karena memang sudah biasa main keluar malam bersama temannya yang di Kampung Wadassari itu, perasaan Nunung biasa saja tidak ada pikiran aneh saat Dharma pamit.

Namun saat tengah sahur di rumah, satu rumah Nunung langsung terkejut mendengar teman Dharma tergesa-gesa mengetuk pintu rumah dan mengabarkan anaknya masuk rumah sakit.

"Dia bilang 'Dharma masuk rumah sakit,' 'kenapa?' 'habis dibacok' katanya sama orang, saya refleks langsung ke sana, sampai di sana keadaan Dharma udah kayak gitu, dia masih teriak merasakan sakit cuma enggak mengenali kami yang datang. Mungkin pengaruh otaknya yang geger kali ya," ungkapnya.

Nunung mengaku sama sekali tidak tahu menahu permasalahan antara Kampung Pondok Kopi dan Kampung Wedassari yang tawuran pada malam itu, sehingga anaknya menjadi korban salah sasaran akibat pertikaian antara dua kampung ini.

"Kata orang memang kedua desa itu, Pondok Kopi sama Wadas itu memang musuh bebuyutan, saya juga baru tahu ini, sudah lama tinggal di sini tapi baru tahu mereka itu saling bermusuhan antarkedua desa itu. Memang suka tawuran juga, cuma anak saya kan enggak tahu menahu dia kan cuma main ke situ mau ikut bangunin sahur sama temennya, kagak pernah ikut rusuh begitu," tegasnya.

Menurut beberapa keterangan teman Dharma, Nunung mengatakan bahwa posisi mereka saat itu benar-benar ingin membangunkan sahur, mereka semua tangan kosong, bukan berniat tawuran, sementara sekelompok pemuda dari Pondok Kopi langsung menyerang mereka dengan senjata tajam.

Akibat kejadian ini, Dharma Lesmana meninggalkan kedua orang tuanya termasuk satu kakak dan empat orang adiknya di rumah.

Saat ini, kasus tengah diusut Polsek Pondok Aren, kelompok tersangka berjumlah 20 orang, namun pelaku yang membuat Dharma meninggal sebanyak 2 orang, yakni Muhammad Rayhan (20) penyabet celurit, dan Safrizal (15) pelempar batu.

“Setelah dikeroyok korban jatuh dan terlentang di TKP. Oleh keluarganya dibawa ke rumah sakit Suyoto. Setelah 7 jam kemudian korban meninggal dunia di RS tersebut,” ungkapnya.

Atas perbuatannya, kedua tersangka dijerat pasal 170 KUHP tentang perbuatan tindak pidana pengeroyokan secara terang-terangan dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.