Anggota FPI Dikepung dan Dicekik di Tempat Judi di Sumut, Ini Kata Polisi

Anggota FPI Dikepung dan Dicekik di Tempat Judi di Sumut, Ini Kata Polisi

RIAUMANDIRI.ID, MEDAN - Video yang menunjukkan sejumlah orang sedang menghadang dan meneriaki satu orang di Sumatera Utara (Sumut) viral. Polisi pun memberi penjelasan soal peristiwa tersebut.

Dalam video itu terlihat beberapa orang mengadang satu orang dan meneriakinya. Orang yang diadang tersebut terlihat sempat berusaha pergi, tapi kembali dikejar oleh sekelompok orang itu.

"Kau pikir aku kaleng-kaleng?" kata salah satu pria meneriaki orang yang diadang tersebut.


Video itu disertai narasi yang menyebut peristiwa terjadi terkait sosialisasi penutupan usaha judi tembak ikan. Berdasarkan narasi di video itu, orang yang dihadang adalah anggota FPI Binjai dan kelompok yang mengadang disebut sebagai preman.

Peristiwa itu disebut terjadi di Pasar VII, Tandam Hilir Satu, Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumut, pada Senin (4/5/2020) malam. Keributan disebut terjadi usai anggota FPI menegur agar pemilik lokasi judi menutup usahanya.

Usai kejadian itu, anggota FPI bernama Abdul Rahman yang diduga diadang kelompok warga membuat laporan ke Polres Binjai. Dalam laporan bernomor LP/329/V/2020/SPKT-A/RS.BINJAI tertanggal 4 Mei 2020, Abdul Rahman melaporkan dugaan penganiayaan. Ada dua korban dalam laporan itu.

Abdul Rahman, sebagai pembuat laporan, mengatakan peristiwa pengadangan itu berawal saat dirinya dan rekan-rekannya datang ke lokasi untuk meminta lokasi diduga tempat judi ditutup. Menurutnya, ada dua lokasi yang didatangi pada hari tersebut.

"Kami ada sekitar 17 orang, ada 10 kereta kami turun. Itu kami nggak ada mau anarkis, nggak bawa senjata juga, mau mengimbau aja. Masuklah kami ke Kampung Tanjung (Binjai). Di tempat pertama sedikit marah-marah tapi nggak ada yang cakap kotor. Di situ kami mengimbau agar ditutup aja. Masuk ke bawah, ini beda pemilik katanya. Di situ agar berdebat sedikit memang, saya di situ menjelaskan agar tolong ditutup. Saya nggak mau nanya ini pemilik siapa, tapi ini bulan Ramadhan tolong ditutup. Baik-baik, dia ditutup juga," ucap Abdul Rahman dikutip dari Detikcom.

Setelah itu, katanya, dirinya dan rekan-rekannya berpindah lokasi ke Tandam Hilir Satu. Di situlah terjadi keributan.

"Masuklah kami ke daerah Tandam, sekitar jam setengah 11 mereka udah tutup. Mungkin udah dapat informasi kami mau datang. Jadi kami berdiri ambil foto untuk dokumentasi. Terus ada satu kereta lewat geber-geber, saya bilang 'woi, jangan kayak gitu, kami ke sini datang baik baik', tiba-tiba bekeluaran ramai," ucapnya.

Dia mengaku hanya dirinya yang dikepung. Abdul Rahman mengatakan dirinya tak dipukul tapi sempat dicekik oleh orang-orang tersebut.

"Saya nggak dipukul bang, tapi leher ditarik, diceik gitu," ujarnya.

Dia mengatakan ada satu orang lagi yang menjadi korban. Dia juga mengatakan dirinya datang bersama-sama dengan orang-orang dari ormas lain hingga jemaah tablig.

"Si Aryudhi wartawan, ternyata ngikutin saya ambil ambil foto, dia dihantam ke dinding itu kayak pagar-pagar gitu," jelas Abdul Rahman.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirsan Atmaja mengatakan peristiwa dan laporan polisi tersebut benar terjadi. Dia kemudian menjelaskan soal awal mula peristiwa keributan tersebut.

"Jadi mengimbau agar gelanggang permainan tembak ikan, Gelper namanya, kadang disalahgunakan menjadi tempat judi. Gelper itu di Hamparan Perak minta ditutup selama bulan Ramadhan, namun informasi yang kita dapat dari laporan masyarakat dan korban, itu tidak ada aktivitas, memang sudah tidak ada aktivitas, kosong," kata Tatan.

Tatan mengatakan saat Abdul Rahman dan rekan-rekannya hendak kembali, tiba-tiba ada sekelompok warga yang datang. Dia menduga warga mengepung karena menilai Abdul Rahman dan rekan-rekannya hendak membuat keributan.

"Korban kan ini kan pertama seperti yang tadi saya sampaikan, ternyata kan tidak ada aktivitas apa-apa. Pada saat kembali mereka bertemu dengan kelompok pelaku yang lebih kurang sepuluh orang ini, bahasanya 'kalian mau ngeributi kampung kami?' begitu bahasanya. Cuma apakah warga kampung, nah kan ini belum tahu," ucapnya.