Donald Trump Minta Ganti Rugi China Gara-gara Corona Porak-porandakan AS

Donald Trump Minta Ganti Rugi China Gara-gara Corona Porak-porandakan AS

RIAUMANDIRI.ID, NEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melancarkan serangan terhadap China terkait pandemi virus Corona. Dia mengatakan pemerintahannya sedang melakukan penyelidikan serius terhadap penanganan pandemi yang dilakukan China dan menyebut ia akan berusaha meminta ganti rugi.

"Ada banyak cara Anda dapat meminta pertanggungjawaban mereka atas pandemi ini," kata Trump.

"Kami sedang melakukan penyelidikan yang sangat serius. Kami tidak senang dengan China," ujar Trump.


“Kami percaya (pandemi) itu bisa dihentikan di sumbernya. Itu bisa dihentikan dengan cepat dan itu tidak akan menyebar ke seluruh dunia," tegasnya seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (28/4/2020).

Trump menanggapi pertanyaan tentang editorial surat kabar Jerman yang menyerukan agar Cina membayar Jerman USD165 miliar, yang menunjukkan ia juga akan mencari ganti rugi.

"Jerman melihat banyak hal, kami melihat banyak hal," ucapnya. "Kami berbicara tentang lebih banyak uang daripada yang dibicarakan Jerman," imbuhnya.

"Kami belum menentukan jumlah akhir," Trump melanjutkan. "Ini sangat substansial," katanya.

Kritik AS terhadap China telah meningkat selama sepekan terakhir. Selama akhir pekan media AS Politico menerbitkan rincian memo serangan partai Republik setebal 57 halaman, yang menyarankan kandidat untuk secara agresif menargetkan Beijing dalam sambutan publik mereka tentang pandemi.

China bereaksi keras, menyangkal telah menutup-nutupi wabah virus Corona. Editorial media yang didukung Beijing, Global Times, mengatakan prestasi China dalam perang melawan COVID-19 jauh lebih baik daripada AS.

"Ini adalah kebutuhan politik mendesak dari pemerintah AS yang dipimpin Partai Republik untuk memberikan tanggung jawab kepada China atas kegagalannya sendiri dalam menahan wabah, sehingga dapat memenangkan pemilu yang akan datang," bunyi editorial itu.

"Ini adalah masalah hidup dan mati, sehingga ada upaya untuk mencoreng China dan mengerahkan semua kekuatan opini publik yang mungkin untuk melakukannya untuk menutupi keegoisannya," sambung editorial tersebut.

Dikatakan AS memiliki beberapa pengikut "seperti Australia", tetapi negara-negara ini hampir tidak memiliki pengaruh terhadap China.