Dituduh Lakukan Serangan Pribadi, Taiwan Tuntut Dirjen WHO Minta Maaf

Dituduh Lakukan Serangan Pribadi, Taiwan Tuntut Dirjen WHO Minta Maaf

RIAUMANDIRI.ID, TAIPEI - Taiwan menuntut Direktur Jendral Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta maaf. Pasalnya, kepala WHO itu menuduh Taiwan telah memprakarsai serangan-serangan pribadi terhadap dirinya dan respons WHO terhadap pandemi virus Corona.

Seperti dilansir AFP, Kamis (9/4/2020), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan persatuan untuk memerangi virus Corona (COVID-19). Pernyataan itu dia sampaikan usai WHO dikritik oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bukan hanya melontarkan kritik, Trump juga mengancam akan memotong pendanaan untuk WHO.

Selama konferensi pers, Tedros berbicara tentang pelecehan -- termasuk penghinaan rasial -- yang kerap ditujukan padanya sejak wabah Corona ini dimulai.


Tedros sebisa mungkin menghindari menyebut nama Trump. Namun dia justru memilih menyebut pemerintah di Taipei, Taiwan yang telah dibekukan dari WHO setelah tekanan politik dari Beijing.

"Tiga bulan lalu, serangan ini datang dari Taiwan," kata Tedros kepada wartawan di Jenewa.

"Mereka tidak menjauhkan diri mereka (dari serangan-serangan). Mereka bahkan mulai mengkritik saya di tengah-tengah semua penghinaan dan cercaan itu, tetapi saya tidak peduli," ungkap Tedros.

Komentar itu memicu kemarahan di Taiwan. Taiwan menilai komentar Tedros itu tidak berdasar.

"Negara kami tidak pernah mendorong publik untuk melancarkan serangan pribadi terhadapnya atau membuat komentar diskriminatif rasial," kata Juru Bicara kementerian luar negeri, Joanne Ou kepada wartawan, Kamis (9/4).

Joanne menuntut Tedros memberikan klarifikasi atas ucapannya. Menurutnya, itu merupakan fitnah yang tidak bertanggung jawab.

"Pemerintah kami menuntut klarifikasi segera dan permintaan maaf dari Direktur Jenderal Tedros atas tindakan fitnah yang sangat tidak bertanggung jawab," tambahnya.

Untuk diketahui, hubungan antara WHO dan Taiwan memang telah memburuk sejak pandemi ini dimulai. Bahkan ketika para pakar kesehatan memuji Taiwan atas kesigapannya dalam menghadapi virus Corona.

Taiwan hanya memiliki 379 pasien COVID-19 dan lima kematian. Padahal, Taiwan dekat dan memiliki hubungan dagang dengan China.

Taiwan dulu bisa mendapatkan status pengamat pada pertemuan tahunan WHO. Namun tekanan diplomatik dari Beijing dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong Taiwan keluar dari badan internasional utama, termasuk WHO dan ICAO - badan penerbangan PBB.

Partai Komunis China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan pada suatu hari berjanji untuk merebut pulau itu - dengan kekerasan jika perlu.