Rektor UIN Riau Buka Suara Soal Mangkraknya Pembangunan: Itu di Masa Pemerintahan Sebelumnya

Rektor UIN Riau Buka Suara Soal Mangkraknya Pembangunan: Itu di Masa Pemerintahan Sebelumnya

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Terkait mangkraknya beberapa pembangunan gedung di lingkungan kampus UIN Suska Riau seperti gedung laboratorium, gedung dosen, dan masjid, Rektor UIN Suska Akhmad Mujahidin membela diri dengan mengatakan bahwa kontrak pembangunan yang sekarang disepakati di masa pemerintahan sebelumnya.

"Tolong catat baik-baik. Saya jadi rektor baru 1 tahun 6 bulan. Tangan saya belum pernah tanda tangan proyek pembangunan. Bangunan yang Anda lihat itu, itu bangunan pemerintahan sebelum saya," ucapnya saat menanggapi tuntutan aksi demonstrasi oleh mahasiswa UIN Suska Riau, Kamis (5/3/2020) sore.

Salah satu pembangunan yang menjadi fokus publik selama ini adalah masjid. Masjid UIN adalah proyek sejak 2012 yang hingga kini belum selesai. Tidak sampai di situ, kini bahkan masjid ditutup sebab kubahnya dihantam angin dan berlubang beberapa waktu lalu. Eksterior masjid pun masih amburadul. Sekarang, semua kegiatan keagamaan dipindahkan ke gedung Islamic Center UIN Suska.


"Masjid itu, dalam tiga tahun anggaran (2012, 2013, 2014) menghabiskan anggaran Rp49 miliar. Tiga kali APBN, satu kali APBD. APBD-nya Rp9 miliar," jelasnya.

"Masjid yang dibangun pakai dana pemerintah, enggak sama kayak masjid-masjid lain. Kalau ada kerusakan, banyak prosedurnya. Harus lapor ke sana sini dulu. Terakhir ke menteri. Barulah menteri menurunkan tim investigasi. Sekarang, mesjid kita lagi diinvestigasi PUPR. Apakah masih layak dilanjutkan pembangunannya. Sebab kerusakannya sudah sangat parah. Makanya saya putuskan menutup masjid dan memindahkan kegiatannya ke Islamic Center. Karena waktu kena puting beliung, saya ada di situ. Saya tahu rasanya dan mikir kalau ibadah terus kerobohan kubah yang beratnya 6 ton, buat apa?" tambahnya.

Selain masjid, Mujahidin juga membahas gedung dosen di sebelah Fakultas Syariah dan Hukum. Ia mengatakan anggaran yang habis mengerjakan proyek itu sebesar Rp42 miliar.

"Ketika saya diangkat jadi rektor, proyek itu sudah ada pemenang tendernya. Saya hanya menyaksikan tanda tangan kontrak. Itu PT. Citra Prasasti Konsorindo yang mengerjakan. Tapi waktunya nambah, proyeknya tidak selesai. Dan setelah penambahan waktu pun, per 31 Maret 2019 proyek itu enggak selesai. Progresnya cuma 64 persen. Sisa dananya Rp14 miliar dan harus kembali ke kas negara. Dan sekarang, sama kayak masjid, sedang dilihat PUPR," jelasnya.

"Gedung perkuliahan di Fakultas Peternakan dan gedung laboratorium di depan ini, selesai. Tapi listriknya belum masuk sebab salah perencanaan. Dalam kontraknya ada, tapi kontraktornya enggak mengerjakan. Ini sama saja penyakitnya. Jadi praktis, selama saya menjabat, saya belum pernah tanda tangan kontrak pembangunan fisik. Kecuali rehab-rehab kecil," tambahnya.

Mujahidin mewanti-wanti agar kabar ini tidak tersebar keluar sebab ia takut menjadi fitnah. Padahal, ia tahu benar UIN sedang sterilisasi menyambut kedatangan Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan tentu saja banyak sekali pihak eksternal kampus yang mendengar ucapannya.

"Saya ngomong apa adanya. Saya buka semua. Tapi ingat, mohon ini internal ya. Cukup di dalam. Jangan habis ini kamu upload, nanti jadi fitnah lagi. Repot juga saya," ucapnya.


Reporter: M. Ihsan Yurin