Ini Beda Erick Thohir dan Rini Soemarno Urus BUMN Menurut Juru Bicara Kementerian

Ini Beda Erick Thohir dan Rini Soemarno Urus BUMN Menurut Juru Bicara Kementerian

 

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Juru Bicara (Jubir) Kementerian BUMN Ferry Andrianto mengungkap beda gaya kepemimpinan menteri baru Erick Thohir dengan menteri sebelumnya Rini Soemarno dalam mengurus 142 perusahaan pelat merah. Erick dianggap lebih terbuka, sementara Rini dianggap cenderung lebih suka menyelesaikan secara tertutup.

"Tentu gaya kepemimpinan setiap menteri berbeda, yang tidak kalah dengan menteri sebelumnya. Pak Erick ingin bersih-bersih dan menekankan pada moralitas, dia pakai kata akhlak yang baik," ujar Ferry dalam sebuah forum diskusi di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Sabtu (14/12).


Saat ini, kemunculan Erick seolah langsung memberi 'gebrakan' bagi Kementerian BUMN dan para perusahaan negara. Ia memilih untuk langsung membersihkan pada perusahaan pelat merah dari oknum-oknum yang dianggapnya tidak bertanggung jawab.

Salah satunya yang paling jadi sorotan publik adalah ketika memberhentikan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara dari kursi Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Erick memecat Ari karena diduga bersalah atas penyelundupan komponen motor Harley Davidson bekas dan dua sepeda Brompton yang masuk ke Indonesia tanpa prosedur kepabeanan dan melalui Pusat Logistik Berikat (PLB) Garuda Maintenance Facility (GMF).

Selain itu, Erick juga mengganti beberapa petinggi BUMN di tataran komisaris dan direksi dengan tokoh-tokoh yang dianggap berkarakter 'pendobrak'. Misalnya, dengan menunjuk Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris PT Pertamina (Persero).

Teranyar, Erick mengeluarkan kebijakan moratorium pembentukan anak usaha dan perusahaan patungan bagi seluruh BUMN. Hal ini dilakukan dalam rangka mengevaluasi kinerja para perusahaan pelat merah karena dinilai sudah terlalu banyak memiliki anak, cucu, dan cicit usaha. Padahal, tak jarang bisnis anak usaha tidak sesuai dengan lini bisnis utama induk perusahaan.

Berbagai kebijakan ini pun kerap diberitahu kepada publik secara gamblang. "Komitmen Pak Erick adalah BUMN harus bersih, dibangun dengan team work dari pengurus BUMN yang kompak, dan pertimbangannya masyarakat perlu juga mengawasi. Maka semuanya dibuka dan masyarakat mungkin jadi bertanya juga," katanya.

Gaya kepemimpinan ini, katanya, cenderung berbeda dengan Rini. Ia mengatakan berbagai hal yang dilakukan Erick sebenarnya juga dilakukan Rini, namun dengan cara yang lebih tertutup dari sorotan publik.

Kendati begitu, ia menjamin gaya kepemimpinan ini bukan karena ada maksud lain. Sebab, dalam mengevaluasi kinerja komisaris dan direksi, serta memilih tokoh-tokoh yang akan ditunjuk menduduki jabatan strategis di perusahaan, kementerian melakukan seleksi ketat.

"Mungkin di periode sebelumnya dirasa informasinya belum sempurna, sehingga banyak informasi beredar di media mainstream dan media sosial yang belum utuh, belum lengkap. Padahal, (di masa Rini) kami punya seperti talent pool dan melihat dengan rekam jejak," terangnya.

Ia menduga Erick terkesan memberi banyak 'dobrakan' kepada kementerian karena mendapat tantangan yang besar dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kepala negara tak hanya memberikan tanggung jawab untuk mengurus 142 perusahaan dengan 114 perusahaan merupakan murni perusahaan yang kepemilikan sahamnya di atas 51 persen, namun juga mengurus anak, cucu, dan cicit usaha.

"Tantangannya besar dan harus ditaklukkan dengan cepat karena pada 2024, BUMN diminta sudah go global. Makanya, dalam dua bulan ini, Pak Erick setidaknya sudah keluarkan enam ketentuan ini itu untuk benahi BUMN," pungkasnya.**