Humphrey Djemat: Konflik Internal Penyebab Perolehan Suara PPP Rontok di Pemilu 2019

Humphrey Djemat: Konflik Internal Penyebab Perolehan Suara PPP Rontok di Pemilu 2019

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Rontoknya perolehan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Pemilu 2019 lalu karena konflik internal yang terjadi di tubuh partai berlambang Kabah itu.

"Kalau dilihat dari data yang ada mengenai dinamika perolehan kursi PPP untuk DPR maupun DPRD provinsi dibandingkan antara 2014 dan 2019 semua turun," kata Ketua Umum PPP versi Muktamar Jakarta Humprey Djemat dalam diskusi “Reformasi Partai Politik: Melanjutkan Agenda Reformasi dan Menyelamatkan Demokrasi" di Media Center DPR, Kamis (12/12/2019).

Bahkan daerah yang selama ini menjadi basis PPP nyaris kehilangan kursi. Dia mencontohkan di DKI Jakarta dari 10 kursi tinggal satu kursi. Di Jawa Barat dari 9 kursi tinggal 3 kursi, Kalimantan Selatan dari tujuh kursi tinggal 3 kursi.


"Total PPP kehilangan kursi di DPRD provinsi, kabupaten dan kota 41 kursi dari 131 pada Pemilu 2014 dan tinggal 90 kursi pada Pemilu 2019. Kemudian untuk perolehan suara DPR dari 39 kursi menjadi 19 kursi," kata Humprey Djemat.

Masih untung, kata Humprey Djemat, PPP masih bisa lolos memenuhi persyaratan parlementary treshold (PT) empat persen yang sudah ditetapkan UU, walaupun hampir di ambang batas.

"Untunglah ada gambar Kabah yang punya kekuatan tersendiri. Kalau kita bicara secara spiritual, memang ini mukjizat dari Allah yang meloloskan PPP untuk tetap bisa berkiprah di parlemen," ujarnya.

Mengapa suara perolehan suara PPP pada Pemilu 2019 rontok? Karena menurut Humprey Djemat, semua kader sudah capek dengan konflik yang ada di PPP. Mereka mengharapkan PPP bersatu kembali.

Pembicara lainnya dalam diskusi itu politisi PDI Perjuangan Komarudin Watubun, politisi PKS Sukamta, Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Ari Nurcahyo dan peneliti LIPI, Prof. Siti Zuhro. 


Reporter: Syafril Amir