Kicauan Kontroversial Staf Khusus Presiden yang Berujung Permintaan Maaf

Kicauan Kontroversial Staf Khusus Presiden yang Berujung Permintaan Maaf

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gracia Billy Mambrasar menjadi sorotan karena frasa 'kubu sebelah' dalam kicauan akun Twitter-nya. Dia memang sudah meminta maaf, namun kontroversi tetap menggelinding.

Billy lewat akun Twitter @kitongbisa mencuitkan kerja-kerja stafsus, yakni membahas sosialisasi Pancasila untuk konteks kekinian. Warganet menyorot, Billy kembali mencuit. Dalam cuitan 30 November itu, dia menggunakan istilah 'kubu sebelah megap-megap' untuk menggambarkan dinamika warganet.

Billy mengatakan tak bermaksud tendensius ke kelompok masyarakat mana pun. Dia juga telah menghapus tweet tersebut. Dia meminta maaf atas kicauan yang telah dihapus itu.


"Assalamu'alaikum dan salam sejahtera untuk kita semua. Saya pertama memohon maaf atas kesalahpahaman yang muncul karena salah 1 cuitan saya yang menggunakan kata yang menimbulkan multitafsir, yaitu kata: 'Kubu'," kata Billy kepada detikcom, Ahad (1/12/2019).

"Saya dengan ini memohon untuk dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya karena kesalahpahaman tersebut," ujarnya.

Billy kemudian menjelaskan dia terlahir dari keluarga dengan perpaduan dua suku dan agama. Ayahnya adalah orang asli Papua dan beragama Nasrani dari wilayah adat Saireri, sementara ibunya berasal dari Surabaya, dengan latar belakang keluarga muslim.

"Adapun saya mengakui bahwa sebagai pejabat publik saya bertanggung jawab untuk bekerja bagi seluruh masyarakat Indonesia. Mohon dukungannya agar saya bekerja secara amanah, objektif, dan jujur untuk seluruh bangsa Indonesia, apa pun agamanya dan sukunya. Mohon doanya dan maafkan kekhilafan saya," pungkas Billy yang menambahkan hashtag #StafsusRasaBuzzeRp di cuitannya.

Reaksi politik muncul. Anggota DPR dari Partai Gerindra Andre Rosiade menyampaikan saran agar stafsus dari kalangan anak muda itu berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan. Kubu-kubuan pemilu sudah usai, maka tak perlu di ungkit lagi. Namun demikian, dia memaklumi bahwa Billy anak muda yang kadang masih emosional.

"Saya menyarankan berhati-hatilah berkomentar. Sekarang saatnya kita bersatu, bersama membangun bangsa. Bukan lagi bicara kubu-kubuan. Pemilu sudah selesai. Saatnya bekerja dan tunjukkan kualitas kerja sesuai amanah rakyat," kata anggota Fraksi Gerindra DPR RI, Andre Rosiade, kepada wartawan, Ahad (1/12).

Ada pula rekan Billy sesama stafsus yang berkomentar. Dia adalah Ketum PKPI yang juga menjabat Stafsus Jokowi, Diaz Hendropriyono. Dia mengimbau warganet agar memberikan saran yang membangun, bukan sekadar nyinyir.

"Masyarakat silakan saja mencermati kinerja para stafsus milenial. Namun jangan hanya 'nyinyiran' saja yang diberikan. Berikan mereka ruang dan kesempatan untuk belajar. Mereka adalah pekerja keras dan mampu beradaptasi dengan cepat," ucap Diaz kepada detikcom, Ahad (1/12).

Badan yang menggawangi urusan ideologi Pancasila berbicara. Ada Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo yang menasihati agar Billy lebih bijak.

"Dia harus bijak, karena dia menjadi teladan dalam mengaktualisasikan Pancasila. Dia harus mampu menjadi negarawan, dan negarawan tidak tergantung usia," kata Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo kepada wartawan, Ahad (1/12).

Benny membantah anggapan bahwa tugas BPIP telah diambil alih oleh para stafsus milenial Jokowi, yang Billy ada di dalamnya. BPIP justru terbuka bila para stafsus bekerja sama dengan BPIP untuk mengurusi ideologi negara ini.

"Intinya dalam mengarusutamakan Pancasila, butuh sinergi. Ini karena ideologi Pancasila bisa diwujudkan dalam kebijakan dengan mewujudkan kesejahteraan lewat gotong royong," tutur Benny.

Kontroversi seputar Billy akhir-akhir ini berawal dari unggahannya melalui Twitter-nya @kitongbisa pada Jumat (29/11). Melalui akun @kitongbisa, Billy mencuit dan mengunggah foto bersama para stafsus milenial lainnya yang duduk melingkari meja di dalam ruangan. Mereka bicara soal implementasi Pancasila dengan konsep kekinian. Netizen menganggap itu adalah pekerjaan BPIP, bukan stafsus milenial.

"Stafsus milenial kok ngumpulnya bareng. Emang nga ada tupoksi ya? Sampai kerjaan BPIP kalian embat juga?" tulis salah satu netizen. 

Billy pun menjelaskan unggahannya itu. Dia mengatakan, dengan satu posting-an itu, bukan berarti hanya hal tersebut yang mereka kerjakan. Billy sebetulnya tidak mempersoalkan nyinyiran di media sosial. Sebab, menurutnya, pro dan kontra akan selalu ada meski apa pun yang dilakukan.**