Jangan Lewatkan Big Match di 3 Liga Eropa Akhir Pekan Ini

Jangan Lewatkan Big Match di 3 Liga Eropa Akhir Pekan Ini

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Tiga laga akbar di tiga negara, panaskan benua Eropa akhir pekan ini. Partai panas dari enam tim raksasa membakar Benua Biru.

Di Premier League, ada laga dua tim yang duduk pada posisi teratas, Liverpool versus Manchester City. Bundesliga akan menyajikan partai klasik antara Bayern Munich melawan Borussia Dortmund.

Lalu, Italia akan disajikan duel sengit antara Juventus melawan AC Milan di Turin.


Partai Liverpool versus ManCity yang paling menarik perhatian. Banyak yang bilang, ini jadi salah satu fase penting dalam persaingan gelar juara Premier League musim ini.

The Reds sementara mengungguli ManCity dengan margin enam poin. Menang, maka margin poin Liverpool dengan ManCity akan semakin jauh, menjadi sembilan.

Sebaliknya, andai Liverpool kalah, mereka pastinya jantungan karena margin poin menipis, menjadi tiga angka saja.

Liverpool lebih diuntungkan kali ini. Main di kandang lebih dulu dan kiper ManCity, Ederson Moraes, terancam tak bisa tampil usai mengalami cedera di laga melawan Atalanta, tengah pekan lalu.

"Masalah otot. Saya tak tahu, apakah dia bisa main atau tidak," kata manajer ManCity, Pep Guardiola, dilansir Metro.

Cedera Ederson tak membuat manajer Liverpool, Juergen Klopp, berjingkrak. Sebab, kondisi serupa pernah terjadi di musim lalu.

Saat Ederson dikabarkan cedera, Klopp merasa senang. Kemudian, Klopp dikejutkan karena Ederson tiba-tiba tampil di bawah mistar gawang ManCity. Ujungnya para pemain depan Liverpool pusing karena Ederson tampil apik di bawah mistar gawang ManCity.

"Tahun lalu, hal yang sama terjadi dan beberapa hari setelahnya dia main. Saya rasa, kemarin dia ditarik atas alasan pencegahan. Saya masih berpikir dia main Minggu nanti," ujar Klopp.

Keuntungan Liverpool lainnya adalah main di kandang. Teror dari suporter ke ManCity pastinya akan membantu Liverpool untuk bisa meraih kemenangan.

Namun, ManCity tak gentar. Gelandang ManCity, Kevin De Bruyne, siap menghadapi tekanan dari suporter Liverpool.

"Lebih baik, ketimbang tak ditonton orang sama sekali. Berapa pun, 50, 60, 70, atau 80 ribu orang, yang menyaksikan laga ini, akan kami hadapi. Sebagai profesional, kami dilatih untuk bisa menghadapi pertandingan yang menentukan langkah besar dalam sebuah fase," terang De Bruyne dikutip Daily Mirror.

Atmosfer sebenarnya sudah panas. Yakni, ketika Guardiola menyebut striker andalan Liverpool, Sadio Mane, gemar diving. Terutama, ketika Mane jatuh di kotak penalti dalam laga melawan Aston Villa, pekan lalu.

Klopp tersinggung dengan ucapan Guardiola. Dia membela Mane, karena memang di atas lapangan anak asuhnya selalu mendapat hantaman keras dari lawan-lawannya.

"Ini sudah keterlaluan. Saya katakan Sadio bukan tukang diving. Ada kontak kepadanya saat melawan Villa. Saya yakin 100 persen, jika hal seperti itu dialami ManCity, mereka juga akan meminta penalti. Sebab, bila ada yang menendang pemain mereka di dalam kotak, maka itu sudah pasti penalti," tegas Klopp.

Pun, rekan Mane, Georginio Wijnaldum, marah dengan pernyataan Guardiola. Wijnaldum meminta agar Guardiola berpikir ulang apa artinya VAR dalam pertandingan Premier League.

"Karena kenyataannya, ada VAR di setiap laga. Masih bisa bilang Sadio diving?" sindir Wijnaldum.

Pernyataan Guardiola sebenarnya juga bisa memicu amarah suporter Liverpool. Serangan suporter Liverpool ke bus ManCity jelang laga, bukan tak mungkin terulang.

Ya, 19 bulan lalu, sempat terjadi serangan dari suporter Liverpool ke bus ManCity saat kedua tim jumpa di ajang Liga Champions. Alhasil, Liverpool didenda oleh UEFA.


Duel Raksasa yang Turun Gengsi

Juventus versus AC Milan sejatinya selalu menghadirkan cerita. Setidaknya, fenomena itu masih bisa kita lihat hingga musim 2012/13.

Setelahnya, duel Juve versus Milan mulai turun gengsinya. Sebab, prestasi Milan mendadak merosot.

Status mereka langsung berubah, jadi tim medioker karena sering muncul di papan tengah dalam klasemen akhir Serie A.

Musim ini, tanda-tanda Milan jadi tim medioker sudah terlihat. Statistik menunjukkan, Milan musim ini begitu buruk.

Poin yang diraih Milan hingga giornata 11, delapan angka lebih sedikit ketimbang musim lalu. Mereka juga sudah kalah enam kali di Serie A musim ini. Menjadi krisis terhebat Milan setelah musim 1942/43, di mana saat itu mereka sudah kalah tujuh kali dalam 11 laga pembuka.

Milan juga punya rekor buruk melawan Juve sejak 2013. Mereka cuma bisa menang dua kali dalam 19 pertemuan. Sisanya, Juve yang menang dan tak ada hasil imbang di rentang waktu tersebut.

Satu hal yang bisa dibanggakan dari Milan adalah, merupakan tim dengan kemenangan terbanyak atas Juve sepanjang sejarah. Mereka sudah mengemas 49 kemenangan dari seluruh pertemuan dengan Juve.

"Juve adalah tim terkuat di Serie A saat ini. Pastinya sulit, tapi kami memerlukan tantangan macam ini demi kembali ke jalur kemenangan," ujar gelandang Milan, Rade Krunic, dilansir situs resmi klub.

Tugas Milan makin berat saat rekor bagus menyelimuti pelatih Maurizio Sarri. Selama berkarier di Serie A, Sarri sudah delapan kali jumpa Milan. Hasilnya, Sarri tak pernah kalah, empat kali menang dan sisanya imbang.

"Kami ini Milan, bukan Lecce. Saat Juve jumpa Lecce, hasilnya imbang. Kami harus berjuang, semangat, dan bertarung mati-matian, demi meraih kemenangan. Dengan hasil melawan Lecce, pastinya kami bisa menang (lawan Juve)," ujar gelandang Milan, Ismael Bennacer.


Bayern yang Limbung

Bayern datang dalam kondisi berbeda saat menghadapi Dortmund di laga bertajuk Der Klassiker, akhir pekan ini. Mereka sedang mengalami krisis usai kalah dari Eintrach Frankfurt dengan skor 1-5.

Kekalahan terbesar yang dialami Bayern di Bundesliga dalam kurun waktu lebih dari satu dekade terakhir. Buntut kekalahan itu, pelatih Niko Kovac dipecat.

Sampai sekarang, Bayern belum juga menunjuk pelatih. Mereka masih ditangani caretaker Hans Dieter Flick.

Beberapa nama dibidik Bayern demi mengisi pos pelatih. Salah satunya Arsene Wenger. Namun, kesepakatan tak tercapai.

Krisis yang dialami Bayern, tak membuat terkejut sang kiper andalan, Manuel Neuer. Sejak awal musim, Neuer memang sudah gelisah dengan fakta, Bayern begitu pasif dalam bursa transfer.

Dia sempat memprediksi, Bayern akan tertatih-tatih di Bundesliga. Prediksi itu jadi kenyataan saat ini.

"Bukan sebuah kejutan besar, melihat apa yang terjadi sekarang," kata Neuer dilansir Fox Sports.

Situasi ini memancing optimisme Dortmund. Saat berhasil membekuk Inter Milan, suporter Dortmund bersorak. Mereka berteriak, "Lucuti pakaian mewah milik Bayern!"

Sebuah teriakan yang tegas, meminta agar Dortmund bisa menggunduli Bayern di Allianz Arena. Modal Dortmund memang lebih baik sekarang.

Posisi mereka saat ini lebih bagus ketimbang Bayern, ada di posisi kedua. Pun, secara kedalaman skuat, Dortmund juga lebih baik. Jadon Sancho dan Marco Reus juga sedang galak.

Tapi, dari catatan pertemuan, sebenarnya Bayern lebih unggul. Dalam 10 duel terakhir, Bayern menang enam kali. Sisanya, Dortmund yang menang.

Hanya saja, kalau Bayern menang, margin skornya selalu besar. Dan itu jadi PR tersendiri bagi Dortmund.

"Kami harus mengimbangi mereka. Kami tak bisa melakukannya dalam beberapa tahun terakhir. Itu target yang jelas untuk pemain kami," kata Direktur Olahraga Dortmund, Michael Zorc, di situs resmi klub.**