Jabat Wapres, Ini Cerita Ma'ruf Amin soal Ujian Pertama dari Jokowi

Jabat Wapres, Ini Cerita Ma'ruf Amin soal Ujian Pertama dari Jokowi

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Ma'ruf Amin mengaku mendapatkan ujian dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) di hari pertama sebagai Wakil Presiden. Ma'ruf ditugaskan ke Jepang untuk menghadiri penobatan Kaisar Jepang Naruhito serta bertemu sejumlah pejabat negara sahabat.

"Rupanya Pak Jokowi menguji saya, 'Kuat apa tidak Pak Kiai ini?' Malam pulang (dari Jepang), besok paginya pelantikan menteri, berikutnya langsung sidang kabinet. Tadi pelantikan wakil menteri. 'Wah rupanya Kiai kuat apa tidak ini?'" kata Ma'ruf saat menghadiri Silaturahmi dan Tasyakur atas pelantikan Ma'ruf Amin sebagai Wapres Periode 2019-2024 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (25/10/2019).

Ma'ruf mengatakan kunjungannya ke Jepang pada Senin (21/10) hingga Selasa (22/10) merupakan kunjungan kerja pertamanya. Itu dilakukan kurang dari 24 jam setelah pelantikan.


Di Jepang, Ma'ruf juga melakukan pertemuan bilateral dengan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Al-Mustafa Billah Shah Ibni Almarhum Sultan Haji Ahmad Shah Al-Musta'in Billah dan juga mantan Perdana Menteri Jepang Fukuda.

"Tidak bernapas lagi, langsung pergi. Sampai di sana tidak bernapas juga, datang malam, pagi ketemu dengan Yang di-Pertuan Agong, habis itu ke tempat penobatan, pulang, shalat zuhur, asar, ketemu Pak Fukuda, langsung habis itu ke airport balik lagi (ke Jakarta)," kata Ma'ruf.

Ma'ruf lantas meminta doa kepada seluruh relawan yang mendukungnya pada Pilpres 2019 agar menjalankan tugas wapres dengan sebaik-baiknya. Tugas wapres menurut Ma'ruf lebih berat dibandingkan tugas memenangkan Pilpres.

"Sebenarnya justru sekarang ini, yang saya hadapi itu, jauh lebih berat daripada memenangi Pilpres-nya karena sekarang memikul tanggung jawab untuk melaksanakan amanah yang telah diberikan," ujarnya.

Sejumlah menteri kabinet Indonesia Maju hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.