Mariam Farid, Pelari Berhijab yang Berlari Mendobrak Penghalang

Mariam Farid, Pelari Berhijab yang Berlari Mendobrak Penghalang

RIAUMANDIRI.CO - Penampilan atlet Qatar, Mariam Mamdouh Farid, menguncang perhatian dari peserta Kejuaraan Dunia Atletik IAAF 2019. Mariam tampil berbeda dari atlet putri dari Negara lain. Jika pelari putri memakai kaus dan celana pendek, tidak demikian dengan Mariam.

Dia berlomba di lintasan tartan Stadion Khalifa, Doha, Qatar, Selasa (1/10) malam waktu setempat dengan mengenakan baju lengan panjang, celana panjang warna merah marun dan hijab hitam. Dia berlomba di heat 1 nomor 400 meter lari haling rintang.

Sayang, Mariam hanya menempati posisi ketujuh di heat 1 dengan waktu 1 menit 09,49 detik. Waktu yang ditorehkan Mariam sangat lambat dibandingkan kompetitor dari Negara lain yang lebih cepat di bawah 1 menit. "Aku bisa mengatasinya karena aku memikirkan wanita-wanita yang mungkin mengalami hal yang sama suatu hari nanti," kata Mariam.


Bukan catatan waktu yang menarik perhatian atas sosok Mariam. Penampilannya yang memakai baju menutupi aurat itu yang mengundang perhatian. Mariam bergeming. Dia tidak terusik dengan penampilannya. "Ini adalah tanggung jawab besar - Saya tidak hanya mewakili diri saya sendiri tetapi juga budaya, tradisi, wanita Qatar, wanita hijabi," tuturnya.

Seperti yang diungkapkannya, Mariam pun akan memegang teguh tradisi wanita Qatar yang wajib memakai hijab dalam segala aktivitas keseharaiannya. Pun dengan karirnya sebagai atlet lari. Dia menegaskan akan tetap mempertahankan gaya pakaiannya seperti saat ini. Dia akan terus berlari mendobrak penghalang bagi seorang atlet muslimah yang berhijab.

"Saya akan berlari untuk memecahkan penghalang dan mengubah perspektif orang-orang yang datang dari seluruh dunia yang biasanya tidak melihat kita bersaing dalam jilbab," katanya. 

"Aku bisa tahu dari raut wajah mereka bahwa mereka terkejut ketika mereka melihat kita - tetapi kadang-kadang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah mengejutkan bahwa aku berlari dengan kerudung?," papar atlet 21 tahun tersebut.

Menarik untuk mengenal sosok Mariam. Di masa sekolah, di Lycee Bonapart Doha, Mariam dikenal sosok tomboy. Ketika dia berusia sembilan tahun, ayahnya, yang ingin mendorong kecintaannya pada olahraga, membawanya berkunjung ke pemusatan latihan tim nasional Qatar. Tetapi seorang pelatih di sana mengatakan kepadanya bahwa Mariam memiliki kaki yang rata. Artinya, dia tidak boleh berpartisipasi dalam olahraga dan tidak akan berhasil dalam atletik.

Tetapi pada 2013, lima tahun kemudian, Mariam membuktikan bahwa ia bisa menjadi bagian dari pasukan nasional. Di sebuah acara atletik di Aspire Center, seorang pelatih tim nasional melihat bakatnya dan bertanya kepada ayahnya apakah dia bisa bergabung dengan mereka. Setahun kemudian, dia sudah menjadi salah satu wanita terbaik di tim Qatar.

Dua tahun kemudian, di usia 16 tahun, Farid terpilih sebagai Duta Besar untuk Kejuaraan Atletik Dunia IAAF, mewakili Qatar sebagai pembicara ketika panitia menyampaikan presentasi penawaran mereka di Monako. Kemarin, dia bertanding di hadapan publiknya untuk pertama kalinya di kejuaraan dunia.

"Saya sadar bahwa ini adalah kesempatan besar bagi saya dan saya tahu bahwa bagi sebagian orang itu adalah mimpi untuk mengambil bagian dalam acara seperti itu," katanya.

’’Sangat istimewa karena berada di Qatar, saya benar-benar merasakannya ketika orang-orang yang sebaliknya tidak akan pernah datang ke stadion, memanggil saya untuk mengatakan bahwa mereka datang untuk menonton. Meskipun saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak akan memenangkan medali. Mereka seperti, 'kami tidak peduli, kami ingin melihat Anda lari'."**