Masyarakat Riau Keluarkan Petisi Terkait Bencana Asap Akibat Karhutla

Masyarakat Riau Keluarkan Petisi Terkait Bencana Asap Akibat Karhutla

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dalam dua bulan terakhir ini sudah sangat merugikan masyarakat, khususnya di Riau. Tidak hanya dalam bentuk materil secara ekonomi, juga non materil, seperti meningkatnya penderita ISPA, hancurnya ekologi lingkungan sampai kepada sektor pendidikan dengan diliburkannya siswa.

Hal ini mengundang keprihatinan Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR), yang telah melakukan musyawarah dan mengeluarkan petisi yang akan disampaikan kepada berbagai pihak terkait.

Rusli Effendi sebagai Ketua Umum Persatuan Masyarakat Riau Jakarta (PMRJ) juga ikut menyuarakan keresahan dan ketidakberdayaan masyarakat Riau ini dengan ikut langsung memimpin para mahasiswa dan masyarakat Riau di Jakarta dalam bentuk aksi "Selamatkan Rakyat Riau dari Bencana Asap", Ahad (15/9/2019) pagi.


"Situasi Riau sudah sangat darurat. Korban ISPA sudah puluhan ribu orang, aktivitas ekonomi terganggu dan ada juga penerbangan ke Riau yang dialihkan ke Batam. Harus ada satu gerakan bersama dalam memberantas kabut asap ini," kata Rusli Effendi.

Rusli yang juga merupakan salah seorang ketua DPP PPP ini lebih lanjut menyatakan, saat ini tidak waktunya mencari ini kesalahan siapa, karena kalau itu dilakukan maka daftarnya akan sangat panjang dan akan membuang energi.

"Yang dibutuhkan adalah tindakan bersama agar kabut asap segera hilang dari Bumi Lancang Kuning dan ke depannya tidak terjadi lagi, hanya itu yang diinginkan masyarakat Riau," tegasnya.

Masyarakat Riau, kata Rusli, adalah masyarakat yang bertamaddun, berbudaya tinggi, tidak menginginkan perselisihan dan keributan.

"Tetapi sampai berapa lama ini bisa dipertahankan, apa lama-lama tidak akan meledak juga? katanya dengan beretorika seraya sangat mengapresiasi kesabaran masyarakat Riau.

"Saya akan terus menggalang aksi simpatik seperti ini, pendidikan kepada masyarakat dalam bentuk membangun kesadaran bersama dalam menyelesaikan masalah bersama jauh lebih penting seperti kata pepatah bersatu kita teguh bercerai kita runtuh," ujarnya dengan sedikit berapi-api.

Dia juga berpesan kepada para mahasiswa Riau yang ada di Jakarta agar timbalah ilmu sebanyak-banyaknya. 

"Jalankan amanat orang tua dan daerah jadilah generasi cerdas nan tangguh untuk membangun Riau ke depan," tutupnya sambil menyerahkan petisi dengan enam point tuntutan:

1. Menetapkan kejadian kabut asap di Provinsi Riau sebagai bencana nasional.

2. Segera mengerahkan lembaga, tenaga, dan sumberdaya yg mungkin, baik yg dibawah kendali nasional maupun dengan meminta bantuan internasional untuk upaya memadamkan karhutla.

3. Mengusut penyebab dan para pihak yg telah menimbulkan bencana kabut asap di Provinsi Riau dan membawa permasalahannya ke pengadilan.

4. Menetapkan kebijakan mitigasi, khususnya yg berkaitan dengan kebijakan publik dan menangani dengan sebaik-baiknya permasalahan sosial ekonomi yang muncul.

5. Menunjuk suatu tim kebijakan yang didukung tim kerja kerja pada tingkat nasional untuk mencari jalan keluar dari permasalahan bencana kabut asap secara kebijakan dan operasional, baik di Provinsi Riau maupun daerah lainnya.

6. Mengajukan RUU yang baru dan merevisi segala ketentuan perundangan yang dianggap perlu untuk mencegah terjadinya karhutla.

"Saya menyerahkan petisi ini adalah atas nama FKPMR dan dalam rangka mengamplifikasi gaung dari keinginan serta harapan dari masyarakat Riau," tutupnya.

Aksi ini diikuti oleh puluhan mahasiswa dan masyarakat Riau yang ada di Jakarta dan berhasil mengumpulkan tanda tangan dan dukungan masyarakat sebanyak 324 orang dalam waktu satu jam.