Begini Cerita Prabowo Saat Koreksi Rezim Soeharto

Begini Cerita Prabowo Saat Koreksi Rezim Soeharto

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Capres Prabowo Subianto kembali mengatakan Indonesia dalam kondisi sakit. Prabowo menyebut hal ini disebabkan karena kekayaan Indonesia mengalir ke luar negeri.

"Yang saya yakini adalah negara kita sedang sakit. Inti dari penyakit Indonesia bahwa kekayaan bangsa Indonesia tidak tinggal di Indonesia. Ini adalah kunci inti masalah. Ini sudah terjadi puluhan tahun," kata Prabowo ketika menghadiri Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni & Aktivis Kampus Indonesia, di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (5/4/2019).

Dia mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya para akademisi untuk mengoreksi situasi Indonesia saat ini. Prabowo mengatakan kegagalan bangsa Indonesia adalah kegagalan bersama. Prabowo mengakui dirinya merupakan bagian dari kegagalan itu.


"Maaf kita harus koreksi diri. Harus kita akui kegagalan elite Indonesia. Kegagalan kita semua. Saya ikut. Karena saya bagian dari elite. Saya dulu jenderal. Saya elite tentara dulu," ujarnya.

Prabowo mengatakan dirinya dulu merupakan elite tentara di era kepemimpinan Presiden RI ke-2, Soeharto. Dia mencontohkan dirinya yang kala itu mendukung reformasi, di mana akhirnya Soeharto mengundurkan diri. Padahal, lanjut Prabowo, Soeharto merupakan mertuanya.

"Saya bagian dulu dari suatu rezim yang berkuasa. Saya berusaha mengoreksi rezim itu dari dalam. Kami berusaha, melancarkan, dan mendukung gerakan reformasi. Meski pemimpin rezim saat itu adalah mertua saya sendiri," kisah Prabowo.

"Pada saatnya saya harus ambil keputusan. Apakah membela keluarga, atau membela suatu kesetiaan yang lebih tinggi dari sekadar kekeluargaan. Yaitu setia pada bangsa dan rakyat Indonesia," lanjut dia.

Dia menyebut saat itu menyarankan Soeharto mundur. Alasannya, Prabowo terlalu mencintai Soeharto.

"Waktu itu saya ikut menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Bukan karena saya tidak loyal ke Pak Harto. Tapi karena saya loyal. Karena saya cinta ke Pak Harto. Ibarat kita cinta kepada orang tua, dari segi fisik, sudah saatnya orang tua kita istirahat. Daripada mengemudi di depan, mungkin berikan kepada yang lebih muda. Inilah sesuatu yang saya alami sendiri," tuturnya.