Genggam Erat Kemuliaan Rajab

Genggam Erat Kemuliaan Rajab

Oleh: Devi Novianti
Pemerhati Generasi

RIAUMANDIRI.CO - Alhamdulillah, umat Islam telah memasuki bulan Rajab. Apakah yang terpikir oleh kita tentang  Rajab? Ya, tentu rata-rata kita akan menjawab, peristiwa Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.

Sejatinya di bulan Rajab ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Tidak hanya Isra Mi'raj Nabi Muhammad. Sebelum kita urai peristiwa penting itu. Ternyata Rajab adalah salah satu dari bulan haram (suci). Sesungguhnya kemuliaan dan kesuciannya datang dari sang pencipta langit dan bumi, Allah SWT. 
Allah SWT berfirman:


"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa." (QS. At-Taubah 9: Ayat 36)

Pilihan Allah terhadap bulan-bulan haram, tentu ada maksud. Disebut bulan haram [suci], karena kemuliaan yang ada di dalamnya. Karena itu, dalam khutbah Haji Wada’-nya Nabi saw. bersabda:

Sesungguhnya harta kalian, darah kalian dan kehormatan kalian adalah haram [merupakan kemuliaan] bagi kalian, sebagaimana kemuliaan hari kalian ini, di bulan kalian ini, dan di negeri kalian ini.” [Hr. Muslim]

Karena itu, maksud bulan haram di sini adalah bulan yang disucikan, dimuliakan dan dihormati, yang wajib dijaga. Maka, dalam Q.s. at-Taubah: 36 di atas, Allah dengan tegas melarang kita melakukan kezaliman terhadap diri kita di bulan-bulan tersebut.

Jika melakukan kezaliman di bulan-bulan lain dilarang, maka penegasan Allah atas larangan melakukan melakukan kezaliman di bulan haram ini menunjukkan larangan tersebut dosanya sangat besar. Begitu juga, kita dilarang menzalimi diri sendiri, maka larangan menzalimi orang lain tentu dosanya lebih besar lagi.

Karena itu, Imam al-Baihaqi dalam kitabnya, Sya’b al-Iman, menyatakan bahwa Allah SWT telah menjadikan dosa yang dilakukan di bulan-bulan [haram] tersebut lebih besar. Begitu juga amal shalih dan pahalanya [yang dilakukan di bulan-bulan haram tersebut] juga sangat besar [al-Baihaqi, Sya’b al-Iman, Juz III/370].

Dalam hadits Muslim di atas, Nabi saw. juga menyebut bulan dan tanah haram, karena dua-duanya merupakan bulan dan tanah suci, yang berbeda dengan bulan dan tanah yang lain. Dalam hadits riwayat al-Hakim dinyatakan, bahwa ketaatan yang dilakukan di tanah haram, pahalanya dilipatgandakan 100,000 kali. Begitu juga kemaksiatan yang dilakukan di dalamnya.

Kemuliaan, kesucian dan kehormatannya haruslah dijaga oleh Islam hingga Hari Kiamat. Namun, sayang seribu kali sayang banyak kaum Muslim yang tidak paham kemuliaan, kesucian dan kehormatan bulan Rajab ini, sehingga menyia-nyiakannya, bahkan menodai kemuliaan, kesucian dan kehormatannya.

Banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di bulan Rajab. Ada moment hijrahnya kaum Muslim yang pertama ke Habasyah, tahun ke-5 kenabian. 

Rajab juga telah dijadikan oleh Allah SWT moment istimewa peralihan kiblat kaum Muslim, dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram. Menurut Imam Ahmad dari Ibn ‘Abbas, peralihan kiblat ini terjadi setelah enam belas atau tujuh belas bulan Nabi saw. hijrah ke Madinah. Itu terjadi di bulan Rajab [Ibn Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz III/252-253].

Rasulullah saw. juga menjadikan Rajab sebagai moment pengiriman desatemen ‘Abdullah bin Jahsy, yang kemudian menjadi pemicu terjadinya Perang Badar [Ibn Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz III/248-249]. Bahkan, peperangan yang sangat sulit, sehingga tentaranya disebut Jaisy ‘Usyrah pun dilakukan di bulan Rajab, tahun 9 H [Ibn Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyyah, Juz V/195].

Rajab juga telah dijadikan moment penting bagi generasi setelahnya. Abu ‘Ubaidah al-Jarrah dan Khalid bin al-Walid --radhiya-Llahu ‘anhuma—telah mengepung kota Damaskus sejak bulan Rabiul Akhir, hingga kota itu takluk pada bulan Rajab tahun 14 H/635 M.

Baitul Maqdis juga berhasil direbut kembali oleh kaum Muslim di bulan Rajab, tepatnya 28 Rajab 583 H/2 Oktober 1187 M di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi. Adzan dan Shalat Jum’at kembali dikumandangkan, dan dilaksanakan di masjid bersejarah itu, setelah 88 tahun diduduki tentara Salib. Ini terjadi setelah kemenangan Shalahuddin dalam Perang Hittin.

Begitulah kemuliaan Rajab di mata Islam dan kaum Muslim, dari dulu, kini hingga Hari Kiamat. Namun, kemuliaan Rajab yang begitu luar biasa itu seiring dengan hilangnya pemahaman dan kesadaran umat akan kemuliaan bulan ini, berangsur-angsur dari waktu ke waktu semakin memudar. Terlebih lagi setelah Islam dicampakkan dari kehidupan, sejak Khilafah ‘Utsmani dihancurkan oleh Kemal Attaturk, bersama Inggris dan Perancis, 28 Rajab 1351 H/1924 M.

Sebagai hamba Allah, tentu yakin akan pertolongan Allah, biidznillah. Kemuliaan bulan Rajab akan hidup kembali. Jangan sampai surut langkah, apalagi patah arang dan menyerah. Karena, keyakinan muslim, bahwa urusan ini adalah urusan Allah. Maka, pasti Allah akan mengurusnya. Menyampaikan urusan-Nya dan memenangkannya. Begitulah keyakinan mereka, dan begitulah keyakinan kita.

Semoga kita senantiasa bisa mengisi kemuliaan Rajab, menjaga kesucian dan kehormatannya, serta menjauhi sejauh-jauhnya kemaksiatan dan dosa yang bisa menistakan dan menodai kesucian dan kehormatannya. Aamiin.