Sepanjang 2018 RS Bhayangkara Polda Riau Tangani 1.943 Kasus, Ini yang Paling Dominan

Sepanjang 2018 RS Bhayangkara Polda Riau Tangani 1.943 Kasus, Ini yang Paling Dominan

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Sepanjang 2018 lalu, Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda Riau menangani 1.943 kasus. Di mana kasus penganiyaan mendominasi penanganan korban yang dilakukan rumah sakit tersebut.

Demikian diungkapkan Kasubbid Dokpol Yanmed Bid Dokkes Polda Riau, Kompol Supriyanto, Kamis (7/3/2019). Dikatakannya, ribuan kasus itu terdiri dari kasus dengan korban hidup dan korban mati.

Adapun untuk kasus dengan korban mati, kata dia, berjumlah 151 kasus, yang terdiri dari otopsi dengan 72 kasus, dan visum luar 76 kasus. Sedangkan untuk korban hidup berjumlah 1.792 kasus.


"1.792 kasus itu terdiri 1.411 kasus penganiayaan, 178 kasus kekerasan seksual, dan 182 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Lalu kasus dimana korban dalam lingkup satu rumah atau rumah tangga dengan 14 kasus, sodomi 7 kasus, serta sodomi korban mati ada 3 kasus," ungkap Supriyanto.

Untuk kasus sodomi korban mati, kata dia merupakan kasus yang bermula dari kasus pembunuhan. 
"Ada kasus kematian, setelah kita periksa ada dugaan sodominya," terang dia.

Sementara pada tahun 2019 ini, pihaknya belum melakukan rekapitulasi. Kendati begitu, dirinya memperkirakan RS Bhayangkara Polda Riau telah menangani ratusan kasus.

"Tahun 2019 belum direkap. Tapi untuk estimasi, rata-rata untuk korban mati ada 12 kasus, dari Januari hingga Februari 2019. Untuk korban hidup sudah ada kurang lebih sekitar 350-an. Pemeriksaan luar saja mencapai 15 kaus," lanjut Supriyanto.

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya tidak bisa mendeteksi wilayah dominan yang ditangani RS Bhayangkara. Itu dikarenakan beberapa daerah melakukan visum di Puskesmas atau RS terdekat. 

Namun dipastikannya, untuk prosedur otopsi seluruh daerah di Provinsi Riau, dilakukan di RS Bhayangkara Polda Riau. 

"Khusus otopsi, kita menangani seluruh Riau. Jadi tak ada di Riau ini yang otopsinya dikerjakan sama orang lain, selain kita (RS Bhayangkara, red). Mengapa begitu? Karena anggarannya masuk ke institusi Kepolisian," pungkas dia.

Reporter: Dodi Ferdian