Elektabilitas PKS Terus Turun, Fahri Hamzah: Akibat Pimpinannya Seorang Feodal

Elektabilitas PKS Terus Turun, Fahri Hamzah: Akibat Pimpinannya Seorang Feodal

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS), belum aman untuk lolos ke DPR periode 2019-2024. Hasil survei pada 18-25 Januari 2019 terhadap 1.200 responden di 34 provinsi di Indonesia, elektabilitas PKS hanya sebesar 4 persen.

Menanggapi hasil survei tersebut, Wakil Ketua DPR RI dari (F-PKS), Fahri Hamzah kepada awak media di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (4/3/2019), tidak memungkirinya jika melihat dari cara elite PKS mengelola partai selama ini.

Fahri mengungkapkan, pimpinan PKS sekarang feodal, karena tidak mau dikritik, tidak terbuka, informasi dikelola secara tertutup, dan bahkan ada doktrin-doktrin yang tidak bisa diperdebatkan.


"Kalau yang dibangun kultur pimpinan PKS sekarang nih susah. Ngurus DKI saja enggak beres-beres, banyak masalah, yang enggak sanggup kerjakan akhirnya mecat-mecatin orang. Sekarang bagaimana saya mau prediksi PKS lolos threshold? Sementara menjelang pemilu ini dia lakukan dua hal," ujarnya.

Menurut Anggota DPR dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, dalam tradisi demokrasi sekarang, tidak bisa lagi ada modus seperti itu. Karenanya, harus ada keberanian untuk membuka semuanya.

"Nah, yang senyawa dengan itu semua menyebabkan terjadinya krisis kepercayaan di dalam, dan kemudian munculah anak-anak muda itu lari kepinggir-pinggir dan membangun gerakan baru. Anak-anak muda ini ingin kulturnya berubah menjadi demokratis, terbuka, egaliter. Ini mungkin dasarnya," kata penggagas Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) itu.

Menjawab pertanyaan kalau kader partai yang lari itu sebagai barisan patah hati, dengan keadaan dalam tubuh PKS, Fahri membantahnya. Sebenarnya bukan patah hati, tetapi hanya ingin meneruskan khafila dialog saja.

"Kan, mandat dari transisi demokrasi dan mandat dari reformasi kita itu harus membangun kultur yang lebih baik. Sayangnya, kalau kultur yang dibangun oleh pimpinan PKS sekarang ini, susah. Jadi bagaimana saya akan memprediksi kalau PKS itu akan lolos trashold," katanya.

Apalagi, masih menurut Fahri, menjelang pemilu saja, pimpina PKS ini melakukan dua hal. Pertama, menyuruh semua calegnya untuk menandatangani surat pengunduran diri, yang tanggalnya dikosongkan.

"Kalau Anda jadi caleg begitu, mau nggak berjuang? Anda jadi caleg, tetapi disuruh menandatangani blanko kosong pengunduran diri, yang nanti oleh pimpinannya tinggal ditulis tanggal dan diserahkan ke KPU. Langsung Anda gugur," ujarnya.

Bahkan ketika para caleg mempertanyakan, ungkap Fahri alasannya untuk menghindari kasus yang terjadi seperti diriya. Pada hal tidak bisa seperti itu, mengingat pejabat publik seperti dirinya ini dipilih rakyat.

"Nggak boleh mandatnya kemudian diserahkan kepada partai. Partai itu hanya mencalonkan, dan yang dicalonkan partai itu ada yang dipilih rakyat dan ada yang tidak dipilih rakyat. Setelah dipilih rakyat, maka dia mendapat mandat dari rakyat. Jadi tidak bisa partai menarik begitu saja," tegasnya.

Kedua, lanjut Fahri, semua kader disuruh menandatangani kesetiaan ulang. Hal ini pun menjadi pertanyaan, sehingga mereka memilih kabur dari partai.

"Padahal, partai itu memperluas basis. Nah ini kerjanya mecat-mecatin orang. Ya nggak lolos lah. berat kalau kerjanya mecat-mecatin orang. Meskipun saya percaya bahwa pak prabowo menang, karena arus bawah. Tapi PKS itu berat untuk menang," tutup Fahri Hamzah.

Reporter: Irawan Surya