Korban Banjir Pilih Ngontrak Rumah dan Raup Rezeki Jual Ikan

Korban Banjir Pilih Ngontrak Rumah dan Raup Rezeki Jual Ikan

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Seminggu sudah ribuan warga Desa Buluh Cina, Siak Hulu, Kabupaten Kampar, harus meninggalkan rumahnya yang terendam banjir, akibat meluapnya air Sungai Kampar dan curah hujan yang tinggi di wilayah Riau.

Setiap tahun warga Desa Bulih Cina ini harus mengungsi ke rumah saudara dan tenda-tenda yang disediakan oleh Pemerintah. Bahkan dari ratusan warga yang mengungsi tersebut ada juga masyarakat yang terpaksa harus menyewa rumah karena kondisi tenda yang disediakan tidak memungkinkan bagi mereka untuk tinggal.

“Tenda memang ada tersedia, tapi ndak mungkin pulak seribuan warga di buluh Cina ini di dalam tenda yang tak memadai. Kalau saya tak masalah di tenda tidur, tapi yang punya anak bayi, yang punya anak balita, tak mungkin dalam tenda siang malam,” ujar Jonathan, warga buluh Cina, di sela-sela tinjauan Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim ke sesa mereka, Senin (17/12/2018).


“Kami banyak yang ngontrak di atas sini, kalau saya ngontrak satu rumah 350 ribu untuk satu bulan. Yah selama banjir ni saja, tak bisa ngontrak perhari atau perminggu jadi satu bulan. Saya punya anak bayi, dan anak kecil untuk menjaga kesehatan lebih baik ngontrak rumah di atas sini,” tambah Jonathan.

Dikatakan Jonatahan, selama berada di pengungsian, warga baru satu kali mendapatkan bantuan makanan, berupa beras dua kilogram, minyak goreng, dan beberapa makanan lainnya. Baru kali ini ada bantuan langsung dari Gubernur, dan ia berharap bantuan segera dibagikan. 

“Bersyukur kami ada bantuan ini, tapi setelah seminggu kami baru sekali dapat beras dua kilo, itupun hanya untuk makan satu hari. Mudah-mudahan bantuan yang sekarang bisa dibagikan segera. Tapi biasanya kalau kami kembali ke rumah baru dibagikan,” kata Jonathan.

Warga Buluh Cina lainnya, Fitriani, memaklumi banjir yang melanda desa mereka. Dan banjir ini selalu terjadi tiap tahun dan sudah biasa menghadapinya. Di tengah banjir yang terjadi, ia tidak mengeluh, bahkan ia bisa mendapatkan rezeki lebih dari kondisi ini. Fitriani mendapatkan rezeki dengan berjualan ikan segar, dari aliran sungai Kampar yang meluap dengan menjaring.

“Kalau banjir ini tiap tahun, tapi Alhamdulillah dari banjir ini ada hikmahnya juga. Saya menjual ikan hasil menjaring lebih banyak, dan banyak yang beli. Macam-macam ikan, seperti ikan patin, ikan selais, ikan lele, ikan puyuh, ikan Tapah. Banyak yang beli ini ikannya segar semua,” kata Fitriani, yang kerja sehariannya juga berjualan ikan di pasar buluh Cina.

Selama banjir, Fitriani menceritakan kondisi rumahnya yang sudah setinggi dada orang dewasa. Ia juga ikut mengungsi dengan warga yang lainnya di tenda yang telah disediakan. Namun ia tidak berhenti bekerja dan tetap berjualan ikan segar di lokasi pengungsian.

“Tentu saya dan keluarga mengungsi rumah saya sudah terendam, sudah sampai dada ini airnya. Nanti kalau sudah kering baru kembali ke rumah, kemungkinan dalam seminggu ini kering lagi airnya,” ungkap dia.

Reporter: Nurmadi