Darmayanti Lubis: MTQ Meneguhkan Ukhuwah dan Persatuan Nasional

Darmayanti Lubis: MTQ Meneguhkan Ukhuwah dan Persatuan Nasional

RIAUMANDIRI.CO, MEDAN - Wakil Ketua DPD RI, Darmayanti Lubis menilai pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) dan seni membaca al-Qur’an merupakan manifestasi budaya Islam yang telah hidup mengakar dan tumbuh subur dalam masyarakat di Indonesia. 

“Kita lihat MTQ telah membudaya di masyarakat, mulai tingkat lokal, daerah, hingga nasional. Kemeriahan pelaksanaan MTQ Nasional yang diadakan bergiliran di berbagai daerah, tidak saja menguatkan syiar ajaran al-Qur’an, namun juga meneguhkan persatuan nasional dan ukhuwah Islamiyah, serta jalinan integritas antara pemerintah pusat dan daerah,” kata Darmayanti usai menghadiri pembukaan MTQ Nasional ke-27, di Medan, Sumatera Utara, Minggu (7/10/2018).

Senator dari Medan itu menjelaskan, seni membaca al-Quran (tilawah) tidak bisa dilepaskan dari perkembangan masyarakat Islam di Sumatera Utara. Menurut dia, dalam penelitan yang dilakukan LPTQ Nasional tahun 1994, Sumatera Utara memiliki jasa besar dalam perintisan budaya seni baca al-Qur’an di Tanah Air. 


"Ini terbukti dari catatan bahwa lomba membaca al-Qur’an pertama kali diadakan di Asahan Sumatera Utara tahun 1946. Ustadz Muhammad Ali Umar, pimpinan Persatuan Islam Kampung Bunga Asahan dalam memeriahkan maulid Nabi, melaksanakan lomba baca al-Qur’an yang dihadiri 300 orang," jelasnya. 

Selain itu, kata dia, Radio Republik Indonesia (RRI) Medan dan RRI Makassar, sejak tahun 1960-an rutin menyelenggarakan Pekan Tilawatil Qur’an (PTQ), yang biasa berlangsung pada bulan Ramadhan. 

Dari rintisan PTQ inilah, MTQ Nasional mulai pertama kali diselenggarakan di Ujungpandang, Sulawesi Selatan pada tahun 1968. Sejarah juga mencatat, bahwa Provinsi Sumatera Utara bersama Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat, menjadi motor sejarah lahirnya pelembagaan MTQ Nasional pada tahun 1976," jelasnya. 

Darmayanti berpendapat bahwa pemerintah tak lagi bisa melihat MTQ dalam perspektif pembinaan kehidupan beragama semata. Karena pada kenyataannya, MTQ ikut memberikan pengaruh signifikan dalam peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan, khususnya di daerah. Tidak heran jika banyak daerah yang mengajukan diri menjadi tuan rumah pelaksanaan MTQ Nasional. 

“MTQ bukan sekedar lomba, tapi keinginan kuat umat Islam dan pemerintah untuk meneguhkan semangat kebangsaan atas nilai-nilai keimanan dalam kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat,” kata Darmayanti. 

Menurutnya, nilai-nilai sosial keagamaan dan persatuan nasional yang melekat dalam MTQ, akan mendorong upaya bersama membangun Generasi Emas 2045. Yakni generasi yang dibangun di atas pondasi keimanan dan ketakwaan, keluarga yang kokoh, kehidupan berbangsa yang demokratis, egaliter, dan jauh dari kekerasan, serta pondasi pendidikan yang berkarakter, yang mampu membentuk generasi jujur, amanah, toleransi, dan bertanggung jawab.

Darmayanti juga mengimbau Sumatera Utara sebagai tuan rumah pelaksanaan MTQ Nasional yang untuk kedua kali itu menyukseskannya dengan menyambut para kafilah yang datang dari seluruh provinsi di Indonesia. Sumatera Utara pernah menjadi tuan rumah MTQ Nasional ke-4 tahun 1971.

“Sungguh membahagiakan bagi masyarakat Medan dan Sumatera Utara. Lama kita menantikan momen ini. Karenanya mari kita tunjukkan bahwa kita bisa menjadi tuan rumah yang baik dalam menyambut dan melayani kafilah dari seluruh provinsi,” ajak Darmayanti Lubis. 


Reporter: Syafril Amir