Pengamat: Pilpres Persulit Upaya Penguatan Rupiah

Pengamat: Pilpres Persulit Upaya Penguatan Rupiah

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Pemilihan presiden pada 2019 dinilai akan mempersulit upaya penguatan rupiah. Pengamat ekonomi dari Asian Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi mengatakan, salah satu upaya untuk memperkuat rupiah adalah dengan meningkatkan surplus transaksi modal dan finansial dalam neraca pembayaran.

Idealnya, menurut Eric, pemerintah dapat menarik arus modal lewat investasi langsung. Eric mengatakan, risiko arus modal keluar dari investasi langsung dibandingkan investasi portofolio. 

"Paket-paket kebijakan pemerintah sudah banyak berikan insentif, tapi keputusan investasi tetap di tangan investor asing," kata Eric ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (7/9/2018).


Akan tetapi, menurutnya, investasi langsung bisa terhambat akibat faktor pilpres. "Jadi, mungkin belum terlalu agresif tambah investasi sampai hasil akhir pilpres diumumkan," katanya. 

Selain itu, pemerintah juga telah mengumumkan kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 atau PPh impor untuk 1.147 komoditas. Hal itu merupakan upaya pemerintah untuk bisa mengurangi defisit neraca dagang dan defisit neraca transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD).

Meski begitu, menurut Eric, dampak kebijakan ini pada neraca dagang dan transaksi berjalan masih terbatas. Hal ini lantaran porsi barang-barang tersebut terhadap total impor relatif kecil. "Seharusnya bisa turunkan impor dan CAD, namun tidak banyak," kata Eric.

Dari awal tahun sampai Agustus 2018, nilai impor dari 1.147 barang tersebut bernilai sekitar 5 miliar dolar AS. Angka itu hanya sekitar empat hingga lima persen dibandingkan total impor Indonesia.

Selain berusaha mengendalikan impor barang konsumsi, pemerintah juga telah menerbitkan kebijakan terkait B20, menggenjot pariwisata, dan upaya menarik devisa hasil ekspor. Jika upaya tersebut digabung, menurut Eric, dampaknya pada CAD tahun ini juga belum signifikan

karena waktu tersisa hanya empat bulan. Eric memperkirakan, dampak dari kebijakan-kebijakan tersebut akan lebih terasa pada tahun depan.

"Untuk tahun ini proyeksi saya CAD sekitar 2,3 sampai 2,5 persen dari nominal PDB," kata Eric.