Anies Selalu Teratas di Survei Cawapres, Akankah Ia Dipilih?

Anies Selalu Teratas di Survei Cawapres, Akankah Ia Dipilih?

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Survei Media Nasional (Median) yang dirilis pada Senin (23/7/2018), menunjukkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memiliki elektabilitas tertinggi sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) dengan persentase 10,5 persen. Anies di atas pesaing terdekatnya yaitu Muhaimin Iskandar (9,3 persen).

Pada urutan ketiga eletabilitas cawapres berbasis pertanyaan semiterbuka itu adalah mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dengan angka 8,1 persen. Lalu ada nama Komandan Kogasma Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di urutan keempat dengan angka 7,3 persen, dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto di urutan kelima dengan angka 4,8 persen.

Dalam survei itu, Anies menjadi cawapres potensial untuk Prabowo dengan angka elektabilitas 35 persen. Anies mengungguli Gatot, Muhaimin, AHY, dan Anis Matta. Survei Median tersebut dilakukan terhadap 1.200 responden dengan metode survei adalah multistage random sampling dan margin of error sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.


Hasil survei Median menjadi cerminan kuatnya elektabilitas Anies sebagai cawapres untuk Pilpres 2019. Sebelumnya, pada 25-31 Maret, Indikator Politik juga menggelar survei yang hasilnya menunjukkan nama Anies paling menonjol sebagai cawapres Prabowo.

Anies mendapat perolehan 15,1 persen elektabilitas dalam survei Indikator Politik. Di bawah Anies ada AHY dengan 10,8 persen. Ketiga ada Gatot Nurmantyo 10,1 persen.

"Sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo, Anies Baswedan sedikit lebih diunggulkan oleh publik," ujar Direktur Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi.

Jelang dibukanya masa pendaftaran pasangan capres dan cawapres oleh KPU pada 4-10 Agustus 2018, para elite politik sepekan terakhir telah bergerilya menggelar pertemuan. Menilik pada beberapa pertemuan yang diketahui media, kontestasi Pilpres 2019 sepertinya akan kembali terpolarisasi pada dua kubu yakni pejawat Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.

Jokowi dikabarkan telah mengantongi satu nama cawapres seusai pertemuan dengan lima ketua umum parpol koalisi pendukungnya, Senin (23/7) malam. Adapun, Prabowo pada Selasa (24/7) malam mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelum mengambil keputusan siapa cawapres yang akan dipilihnya.

"PKS berkeinginan agar Pak Anies bisa menjalankan tugasnya dengan baik sampai masa jabatannya selesai. Karena itu, saya kira Pak Anies harus lebih fokus di DKI." Presiden PKS Sohibul Iman
Tingginya angka elektabilitas, bukan jaminan bagi Anies bisa ikut dalam panggung Pilpres 2019. Apalagi, Anies tidak memiliki kendaraan politik, sementara PKS sebagai partai yang selama ini mendukungnya juga menginginkan kadernya menjadi cawapresnya Prabowo.

Pertemuan antara Anies dan Presiden PKS Sohibul Iman di Kantor DPP PKS, Jakarta, pekan lalu, menjadi penegasan dari partai dakwah itu untuk tak lagi mendukung Anies. Kepada wartawan seusai pertemuan, Sohibul bahkan secara terang-terangan meminta Anies tetap fokus sebagai gubernur sampai masa jabatannya selesai.

"PKS berkeinginan agar Pak Anies bisa menjalankan tugasnya dengan baik sampai masa jabatannya selesai. Karena itu, saya kira Pak Anies harus lebih fokus di DKI," tegasnya.

Beberapa hari setelah pertemuan dengan Sohibul, Anies tak menjawab ketika ditanya wartawan mengenai banyaknya lembaga survei yang menyatakan dirinya berpeluang masuk dalam bursa capres-cawapres pada Pilpres 2019. Anies juga tak tegas menyatakan apakah dirinya akan menerima apabila ditawari menjadi capres atau cawapres.

Ia hanya mengatakan, bahwa dirinya sedang fokus mengurus DKI Jakarta. Jawaban yang sama juga disampaikan ketika ia disebut tak pernah kalah dalam berpolitik.

"Masa sih? Perkomporan itu namanya. Saya gini aja, ini semua saya sekarang sedang fokus Jakarta," katanya.

Posisi Gerindra

Gerindra sebagai parpol utama pengusung Prabowo, saat ini bisa dibilang dalam posisi sulit dalam menentukan pilihan cawapres. Dari segi elektabilitas, idealnya Anies menjadi pilihan, namun, PKS sebagai koalisi sejati selama ini tak bisa diabaikan.

Terkini, Prabowo memiliki peluang untuk mengajak Partai Demokrat bergabung dalam barisan koalisinya. Namun, bisa diprediksi, harga dari bergabungnya Demokrat pasti adalah kursi cawapres untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) putra sulung ketum Partai Demokrat, SBY.

Anggota Dewan Penasehat DPP Partai Gerindra, Muhammad Syafii mengakui, di kalangan internal partainya, ada tiga nama yang dipertimbangkan untuk menjadi cawapres mendampingi Prabowo. Syafii mengatakan keputusan akhir siapa yang akan menjadi cawapres Prabowo, berada di tangan parpol koalisi.

"Ada beberapa nama yang paling kencang diperbincangkan di internal seperti Anies Baswedan, mantan menteri sosial Salim Assegaf, dan Agus Harimurti Yudhoyono," kata Syafii di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (17/7).

Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan, Anies Baswedan merupakan tokoh nonpartai yang elektabilitasnya tinggi. Dengan prestasinya, sangat mungkin Anies bisa dicalonkan menjadi cawapres.

"Sekarang ini mengerucut Pak Anies cawapres dari nonpartai," kata Riza, Jumat (13/7).



Tags CAWAPRES