Bangun Kemajuan Peradaban Islam dengan Pendidikan yang Berkualitas Menuju MEA

Bangun Kemajuan Peradaban Islam dengan Pendidikan yang Berkualitas Menuju MEA

RIAUMANDIRI.co - Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperbaiki perekonomian menjadi lebih baik. Kondisi ini berdampak pada terciptanya pasar bebas di bidang ketenaga kerjaan, barang dan jasa, serta permodalan (investasi). Selain itu ada beberapa hambatan Indonesia dalam menghadapi MEA yaitu rendahnya mutu pendidikan tenaga kerja, kualitas infrastruktur masih kurang memadai, sektor industri yang belum stabil, dan banyaknya produk impor di Indonesia.

 

Jika hambatan-hambatan ini tidak segera diatasi maka dikhawatirkan MEA menjadi ancaman bagi Indonesia. Menyiapkan strategi yang baik dalam pasar bebas ini dapat dilakukan, salah satunya dengan cara meningkatkan mutu pendidikan dan mencetak generasi-generasi penerus yang berkualitas. Hal ini bertujuan untuk menciptakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkompeten terutama di Perguruan Tinggi Islam.


 

Secara umum AEC (ASEAN Economic Community) atau MEA dapat diartikan sebagai sebuah masyarakat yang saling terintegrasi satu sama lain, adanya perdagangan bebas antar negara-negara anggota ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja) yang telah disepakati bersama antara pemimpin-pemimpin negara-negara tersebut untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang lebih stabil, makmur dan kompetitif dalam pembangunan ekonomi antar bangsa.

 

Didik J. Rachbini mengungkapkan, bahwa pendidikan formal atau non formal merupakan investasi nasional yang perlu dikembangkan dan diarahkan. Karena sangat menentukan proses transformasi ekonomi, sosial, budaya, untuk melangkah menuju era modern. Sebagaimana dikemukakan oleh Alfred Marshall dalam bukunya, Principle of Economics dalam pandangannya, pendidikan dan investasi SDM merupakan investasi yang paling berharga (the most valuable capital) yang amat menentukan keberhasilan modernisasi ekonomi suatu bangsa.

 

Tantangan masyarakat Indonesia terutama Perguruan Tinggi Islam dalam menghadapi MEA sangat besar. diperlukan upaya-upaya yang serius dalam menyiapkan diri untuk bersaing. Untuk meningkatkan daya saing di Perguruan Tinggi Islam dapat dilakukan melalui pengembangan prodi, pengembangan kajian dan riset, program kemitraan dengan sektor industri, dan sebagainya. Sehingga Perguruan Tinggi Islam ikut berperan dalam jalannya MEA.

 

Untuk menghadapi persaingan itu, Perguruan Tinggi Islam harus menyiapkan strategi yang baik. Selain kesiapan fisik, kewirausahaan yang aktif, inovatif dan memiliki keunggulan-keunggulan strategis yang mampu memenangkan persaingan pasar sangat diperlukan terutama di era global sekarang ini. Maka mewujudkan kewirausahaan inovatif di tengah persaingan masyarakat global itu, merupakan suatu keniscayaan. Apalagi masyarakat Islam dulu pernah memasuki masa emas (the golden age) pada abad pertengahan, membangun dan menemukan kembali kejayaan yang telah lama menghilang itu merupakan suatu keniscayaan, (Muh Yunus, 2008: 3).

 

Lantas, timbul pertanyaan mengapa peradaban Islam saat ini mengalami kemerosotan? Padahal dahulu pernah mencapai masa kejayaannya di dunia. Hal ini disebabkan oleh lemahnya akidah (Tauhid) umat Islam terhadap Allah SWT. Saat ini telah banyak terjadi kemaksiatan dimana-mana, kesyirikan, takhayul, khurafat, dan perbuatan lain yang menjauhkan diri dari beribadah hanya kepada Allah.

 

Sehingga, yang terjadi sekarang adalah perintah-perintah Allah telah dinomor duakan oleh umat Islam saat ini. Umat saat ini menikmati dunia secara berlebihan, lebih mengutamakan kepentingan dunia daripada mendekatkan diri kepada Allah SWT.. Sehingga timbullah penyakit yang telah menjadi slogan pada zaman ini yaitu “Cinta Dunia dan Takut Mati”.

 

Prinsip dasar ekonomi Islam terdiri atas tiga hal yaitu prinsip tauhid, khilafah dan al-‘adalah (keadilan). Tiga hal tersebut juga merupakan tujuan dan sumber utama maqashid syariah Islam. Sehingga jika tiga hal tersebut dapat diimplementasikan terutama tauhid (akidah) dalam ajang MEA maka dapat dipastikan MEA yang sesuai harapan itu dapat terwujud. (Mushafi Miftah, dalam santrinews.com, 2015)

 

Pendidikan yang berkualitas mampu membangun kembali kemajuan peradaban Islam dengan menyempurnakan Akidah (Tauhid) dan mengedepankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan agar mendapatkan berkah dan ridha dari Allah semata serta menjauhi larangan-laranganNya sehingga apapun yang dilakukan didunia semata-mata untuk mendapat berkah dari-Nya. Sebagaimana janji Allah

 

 “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” Q.S An-Nur: 55 

 

Mutu pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dimaknai secara komprehensif. Tidak bisa dipandang dalam aspek nilai akademis belaka yang dilihat dari segi kognitif (intelektual) saja melainkan harus mengedepankan sikap dan tingkah laku serta keterampilan yang memadai. Dalam Islam hal ini dapat dibentuk melalui penyempurnaan ke Tauhidan sehingga mampu membentuk akhlakul kharimah. 

 

Upaya tersebut harus bersifat imbang dan proporsional sehingga tidak membuat seseorang tertekan. Peserta didik selain memiliki ilmu pengetahuan yang cukup harus diimbangi juga dengan akhlak yang baik. Sehingga makna pendidikan yang berkualitas itu perlu dikaji ulang. Orang pintar sangat dibutuhkan namun lebih penting lagi orang-orang yang berbudi pekerti mulia dan memiliki kecakapan hidup. (matrapendidikan.com, 2014)

 

Kontribusi pendidikan begitu besar, dalam hal mendukung terselenggaranya MEA sesuai harapan. Oleh karena itu, dalam menghadapi pasar bebas ini, Perguruan Tinggi Islam diharapkan mampu membentuk akhlakul kharimah dalam diri mahasiswa dengan memperkuat akidah yang merupakan asas dalam menjalankan seluruh ajaran umat Islam. Dengan pendidikan yang berkualitas diharapkan mampu membangun kembali kejayaan Islam yang pernah diraih.

 

Ditulis oleh: Rita, Mahasiswi Semester 1 di Sekolah Tinggi Agama Islam Sultan Syarif Hasyim, Siak Sri Indrapura. Program Studi Pendidikan Agama Islam
 
Editor: Nandra F Piliang