Zapin Api

Tarian Magis Pulau Rupat "Hipnotis" Kunjungan Gubri

Tarian Magis  Pulau Rupat

(riaumandiri.co)Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Ratusan pengunjung, baik warga Rupat maupun wisatawan berduyun-duyun menuju Pantai Pesona, Desa Teluk Rhu, Kecamatan Rupat Utara, tempat digelarnya Festival Pantai Rupat.
Pengunjung semakin ramai ketika Gubernur Riau Gubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman dan Bupati Bengkalis, Amril Mukminin dan rombongan tiba. Tarian Zapin PUlau Rupat pun tampil hingga "menghipnotis" kunjungan tersebut.
 Tanpa dikomando, mereka rela berdiri membentuk lingkaran. Terlihat dari raut wajah mereka ada rasa penasaran dan sedikit tegang.
Wajah tegang dan penasaran pengunjung, termasuk Gubernur Riau semakin terlihat ketika sabut api mulai dibakar, tanda dimulainya pertunjukan Zapin Api. Apalagi sebelum pertunjukan dimulai, sang khalifah (pemimpin Zapin Api), memperingatkan pengunjung untuk tidak menyalakan api dalam bentuk apapun selama pertunjukkan berlangsung (termasuk merokok), guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.  
Zapin Api baru 3 tahun terakhir dimainkan kembali oleh masyarakat Rupat, setelah sempat 40 tahun vakum. Tradisi budaya ini hanya diperagakan pada hari-hari besar atau acara keadatan.
Menariknya, para penari sama sekali tidak merasa panas meski menari mengelilingi api yang membara. Para penari begitu menikmati tarian dengan mata terpejam sambil menendang dan memegang bara api.
Memang, kondisi ini tidak dapat dicerna logika, terlebih api yang panas itu tidak mampu melukai kulit para penarinya. Tidak dipungkiri, tarian Zapin Api sarat akan nuansa mistik. Pasalnya, sebelum atraksi dimulai, para penari yang terdiri dari lima orang bertelanjang dada ini mengintari kemenyan yang dibakar.
Pertunjukan tari yang menggunakan mediator bara api dari sabut kelapa itu dimulai dengan membacakan mantra dan diiringi lantunan kompang dan gambus yang dipimpin oleh seorang khalifah.
Diiringi oleh musik yang berasal dari petikan dawai gambus, gendang dan marwas seolah menjadi mantra pemanggil arwah. Suasana semakin mencengkam ketika sang khalifah mengeraskan hafalan doa-doa.
Sementara itu lima orang yang sudah bersiap, mengitari piring kemenyan dan mengambil posisi bersila. Kelimanya melakukan gerak layaknya orang tengah membasuh tubuh. Kedua tangannya meraih asap kemenyan dan menyapunya ke seluruh tubuh. Se olah ingin menelan asap kemenyan, kelima orang ini mendekatkan wajah mereka mendekati piring berisi kemenyan tersebut.
Di tengah lapangan, api sudah mulai menyeruak dari sabut kelapa kering yang dibakar. Tanpa komando, salah satu dari lima orang tersebut, kemudian berdiri dan bergerak perlahan mengikuti alunan gendang. Pada tahap ini mereka sudah terlihat kerasukan dan mendekati kobaran api yang sudah disiapkan.
Ia mengambil sabut kelapa yang terbakar dengan kedua tangannya dan melemparkannya ke udara. Sontak saja, bunga api bertebaran kemana-mana dan akan sangat menyakitkan jika terkena kulit. Namun tidak demikian dengan penarinya, ia layaknya tengah mengambil air di sungai disiramkan ke tubuhnya untuk mandi. Tanpa kepanasan, atau luka sedikitpun.
Tidak lama berselang penari yang sudah bercengkrama dengan api ini kemudian memanggil empat temannya yang lain. Salah satu dari mereka kemudian melebur ke dalam api layaknya melebur ke dalam sungai, tanpa sakit atau terluka kepanasan sedikitpun.
Meksi terkesan simpel, namun ada banyak aturan dalam pergelaran ini. Alunan musik Zapin harus terus dimainkan untuk mempertahankan penari agar tetap menari. Jika musik berhenti, maka para penari akan berhenti menari dan lemah. Terlebih jika ada yang menyalakan api, maka pertunjukan tidak dilanjutkan lagi.(man)
Setelah sadar, penari terlihat terkulai lemas tanpa tenaga. Salah satu penari mengatakan jika ia tidak mengingat aktivitas selama menari. Yang ia ingat hanya bertemu dengan seorang putri cantik dan menari mengelilingi taman bunga.
Pertahankan Tradisi
Tradisi Zapin Api ternyata hanya ada di Pulau Rupat. Jumlah khalifah atau pemimpin pertunjukan, saat ini hanya berjumlah dua orang. Itupun usianya sudah lanjut dan mem butuhkan penerus agar budaya ini tetap eksis.
Gubernur Riau yang rela bermalam di Rupat untuk menyaksikan pertunjukan pertunjukan Zapin Api, mengaku takjub. Menurutnya, tradisi budaya yang sudah ada sejak puluhan tahun ini harus diwariskan hingga ke anak cucu.
"Kita cukup apresiasi dengan penampilan tadi, meskipun penarinya tidak lengkap tapi penampilannya sudah bagus," ujar Gubernur Riau usai menyaksikan pertunjukan Zapin Api.
Peran Pemerintah Daerah tentu sangat dibutuhkan dalam upaya pelestarian warisan budaya ini. Selain mempertahankan yang masih ada, Pemkab Bengkalis juga diharapkan mengajak generasi muda untuk melastarikan Zapin Api.
Sebagai panduan bagi wisatawan yang ingin melihat pertujukan tari Zapin Api ini, lokasinya bisa ditempuh dari Pelabuhan Dumai sekitar tiga jam perjalanan. Pantai ini juga bisa diakses dari Kota Pekanbaru dengan naik kapal penumpang yang menyusuri Sungai Siak dan berhenti di Bengkalis. Kemudian dari Bengkalis, pengunjung bisa menyewa speed boat menuju Pulau Rupat Utara.
Selama di Rupat Utara pengunjung bisa beristirahat di wisma dan homestay atau rumah-rumah milik warga. Harga per kamar untuk homestay di sini terbilang murah, yakni mulai dari Rp50 ribu hingga Rp150 ribu. ***