Pascabencana, Sejumlah Nagari Terisolir

Warga Sumbar Terancam Kelaparan

Warga Sumbar Terancam Kelaparan

PADANG (riaumandiri.co)-Belasan ribu warga Sumatera Barat korban banjir, yang berdomisili di daerah yang sulit dijangkau, terancam terisolasi. Sebagian besar akses jalan dan listrik masih terputus pascabencana banjir dan longsor awal pekan ini. Ancaman kelaparan di depan mata karena suplai makanan juga akan sulit.

Dari Kabupaten Limapuluh Kota, pejabat setempat merilis ada 10 ribu warganya di Kecamatan Bukit Barisan masih terisolasi. Camat Rahmat Hidayat menyebutkan ada ratusan meter akses jalan penghubung ke kecamatan Bukit Barisan yang ambruk atau tertimbun material longsor. Tak ada akses yang memadai untuk mencapai kecamatan paling Utara di Kabupaten Limapuluh Kota itu.


Warga sebanyak 10 ribu warga itu, kata Rahmat, merupakan warga dari tiga nagari di Kecamatan Bukit Barisan, yakni Nagari Sungai Naniang, Nagari Baruah Gunuang dan Nagari Koto Tangah.  Selain memutus ruas jalan, longsor juga memutus aliran listrik karena ada tiang listrik yang terhondoh material longsor. “Dampak terparah terjadi  di Nagari Koto Tangah. Aliran listrik masih padam,”katanya.

Sementara itu, di Solok Selatan (Solsel), sebanyak 150 KK (kepala keluarga) yang sebelumnya tersisolasi di Kompleks Karyawan PT Pekonina Baru (Uberta), telah bisa keluar. “Jalan menuju permukiman yang tertimbun longsoran setinggi satu meter lebih saat ini sudah bisa dilalui,”kata Walinagari Lubuk Gadang Selatan, Ari Hendratno.

Kepala BPBD Solsel, Editorial menyebutkan, pemerintah telah meminta bantuan warga daerah itu yang memiliki alat berat untuk membantu penanggulangan bencana, seperti melakukan penimbunan jalan nasional yang terban di daerah Liki, Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir.

Kondisi mengkhawatirkan juga diungkapkan Camat Mapat Tunggul Selatan (MTS), Kabupaten Pasaman, Lotfriedo Rama. Menurutnya, ada 4 ribu jiwa warga Nagari Muaro Sungai Lolo telah terisolasi sejak Sabtu (6/2). Akibat guyuran hujan sejak Sabtu hingga Senin kemarin, ruas jalan di MTS banyak yang amblas karena longsor atau tertimbun material longsor.

Pihaknya khawatir cadangan makanan warga akan habis jika jalan menuju Muaro Sungai Lolo tak segera dibuka.”Saya khawatir, kalau dua hari ke depan jalan belum juga bisa dilalui, masyarakat akan kehabisan makanan.” jelasnya.

Masih Tersendat
Kepala Dishubkominfo Sumbar, Amran, mengatakan, hingga saat ini kendaraan di ruas jalan Sumbar-Riau di Pangkalan, masih mengantri disebabkan jalur yang akan dilalui masih tertutup material longsor. Diperkirakan antrian mencapai 10 Kilometer.

"Kendaraan memang sudah lewat, namun yang bisa lewat itu baru kendaraan pribadi roda empat. Sementara untuk kendaraan truk dan lainnya masih belum bisa, karena kondisi jalan yang sempit," terangnya.

Darurat Bencana

Meski 10  kabupaten/kota di Sumbar dilanda bencana banjir dan longsor namun Pemprov Sumbar belum akan menaikkan status darurat banjir dan longsor. Saat ini baru empat kabupaten/kota yang menaikkan status menjadi darurat banjir dan longsor seperti Kabupaten Pasaman, Limapuluh Kota, Sijunjung dan Solok Selatan.

"Untuk Provinsi itu belum perlu," ujar Penjabat Gubernur Sumbar, Reydonnyzar Moenek melalui pesan singkatnya.

Moenek juga meminta agar fasilitas layanan kesehatan seperti Puskesmas untuk buka 24 jam.

Sedangkan Sekdaprov Sumbar, Ali Asmar mengatakan, saat ini petugas BPBD Sumbar dan Kabupaten/Kota terdampak masih melakukan pendataan pasca bencana.(h/ndi/ddg/jef/isr)