Politik; Antara Ilmu dan Praktis

Politik; Antara Ilmu dan Praktis

Kata politik tentu tidak asing lagi bagi sebagian besar rakyat Indonesia, populer dan terkesan elit namun sebagian yang memahami dan mengerti tentang politik. Jangan heran jika banyak orang mengatakan politik itu kejam, jahat dan seterusnya. Padahal sebagai sebuah ilmu tentu tidak demikian. Yang namanya ilmu pasti baik, karna bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia, berlaku universal, dengan metodologi didukung teori-teori. Sebagai ilmu, pasti sudah teruji, dapat dipelajari, diamati dan konkrit.

Berbicara tentang politik berarti berbicara tentang kekuasaan. Namun demikian pembatasan-pembatasan oleh pakar tentang definisi politik terdapat perbedaan redaksional namun intinya tetap sama. Kita kutip definisi DR Deliar Nur, “ Ilmu politik adalah pengetahuan mempelajari keberadaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara”. Jelas sekali bahwa politik itu tidak berkonotasi negatif. Ilmu politik ternyata mempunyai banyak turunan seperti, pendidikan politik, aktifitas politik, wawasan politik, sistem politik, geo politik, keputusan politik, kontrak politik, ekonomi politik, pelaku politik, etika politik, dan banyak lagi. Begitulah sedikit tentang ranah politik secara ilmu.

Politik Praktis
Politik praktis yaitu aktivitas politik yang diperankan oleh pelaku politik dalam rangka memcapai tujuannya. Dalam politik praktis kita akan menemukan karakternya sebagai berikut. Pertama, sulit ditemukan hal-hal atau kata-kata, sebaiknya, seharusnya, sepantasnya. Kedua, politik praktis bermain tidak dalam konteks benar atau salah tapi sering bermain pada kuat atau lemah.

Ketiga, enak dianalisis, tidak putus-putus karna tidak bermain hitam putih justru bermain abu-abu. Keempat, jika mengatakan “tidak” berarti “mungkin” Jika mengatakan “mungkin” berarti “iya” Jika mengatakan “Iya” berarti bukan politisi. Kelima, suka bermanuver, kadang-kadang memuakkan, mengejutkan, dan megecewakan. Hari ini teman, besok menjadi lawan. Keenam, konflik selalu mengintai, tarik menarik kepentingan merupakan kesehariannya.

Kemudian, senang berjanji, langsung dilupakan. Suka berdebat, malah sampai konflik tapi ujung-ujungnya kompromi. Demikian karakter politik praktis pada umumnya.

Di Indonesia semenjak reformasi, isu politik mendominasi dan sangat dominan dibanding hukum, ekonomi dan pendidikan. Posisi politisi sangat strategis dan sangat prestisius. Akses kekuasaan terbuka lebar, sehingga lembaga politik menjadi lembaga super. Posisi tawarnya sangat kuat, ditambah pula kesejahteraannya diluar kepatutan. Jangan heran orang berlomba-lomba menjadi politisi tanpa melihat kemampuan dan pemahaman tentang politik.

Disinilah muncul politik uang untuk mendapatkan tempat sebagai legislator. Tidak heran pula jika yang muncul menjadi politisi yaitu : orang-orang kaya “bodoh”, penganggur “intelektual”, preman “berpengaruh”, malah artis dan  pelawak pun tidak ketinggalan.  Barangkali disinilah cerita atau opini masyarakat mengatakan bahwa politik praktis itu jahat, kejam, angkuh. Adalah akibat kualitas dan perilaku sebagai politisi yang seharusnya belum pantas. Tentu ada yang baik, ada yang berkualitas, berilmu dan berintegritas.

Oleh sebab itu, jelas jika disebut politik jangan langsung divonis jahat, kotor atau kejam apalagi sebagai sebuah ilmu pasti baik, tujuannya kesejahteraan. Walapun politik praktis tujuannya sama yaitu kesejahteraan, tapi sulit untuk sampai kesitu karena penuh manuver-manuver, tarik menarik kepentingan dan nyatanya kesejahteraan selalu kalah oleh kepentingan pribadi atau kelompok. Kesejahteraan hanya sebuah janji dan langsung dilupakan. Kita butuh politisi yang dipandu oleh keilmuan sekaligus dibingkai dengan moral dan integritas. ***



Berita Lainnya