Kampar Kiri Hulu Masih Menangis, Siapa yang Peduli?

Kampar Kiri Hulu Masih Menangis, Siapa yang Peduli?

Sebulan lebih saya telah mengikuti perkembangan kondisi masyarakat di tujuh desa di Kampar Kiri Hulu sejak diterjang banjir bandang dan tanah longsor, Minggu (29/11) lalu. Hampir setiap hari saya mendapatkan informasi-informasi dari dunsanak-dunsanak di sana.

Adanya beberapa nomor handphone dan kontak di bbm maupun pertemanan di media sosial facebook memudahkan saya mendapatkan informasi dari beberapa desa di Kampar Kiri Hulu. Mereka sangat aktif menyampaikan informasi kepada saya dan saya pun tak segan berbicara dengan mereka ketika saya butuh informasi.

Seperti diberita yang saya kirim ke redaksi usai kejadian, korban banjir tersebar di tujuh desa. Antara lain, Desa Deras Tajak, Tanjung Karang, Batu Sasak, Lubuk Bigau, Kebun Tinggi, Pangkalan Kapas dan Tanjung Permai.

Akibat peristiswa itu ruas jalan terputus karena tertimbun tanah longsor. Putusnya akses transportasi juga karena beberapa jembatan ambruk dan hanyut dibawa derasnya arus sungai. Saat itu banjir juga menghanyutkan 4 unit rumah. Selain itu, tercatat 73 unit rumah terendam. Ditambah Jembatan Zipur mengalami rusak berat.

Nah, sebulan lebih bencana berlalu ternyata persoalan masyarakat di sana belumlah sepenuhnya tuntas. Bukan kita tak menghargai adanya upaya pemerintah Kabupaten Kampar, pemerintah Provinsi Riau, TNI, Polri, organisasi seperti KNPI Kampar dan badan lainnya yang telah mengirimkan bantuan ke sana baik bahan kebutuhan pokok, peralatan maupun tenaga.

 Bahkan BPBD Riau terpaksa mengerahkan helikopter kesana mengantarkan bantuan bahan pangan. Namun kalau boleh jujur keadaan masyarakat di tujuh desa masih sangat memprihatinkan, dan butuh bantuan terutama dalam melepaskan daerah mereka dari keterisoliran maupun ancaman kelaparan.

Saya bukannya tak menghargai upaya beberapa pihak dan bukannya karena ada sesuatu dibalik itu. Tapi masyarakat kita di sana sangat membutuhkan upaya ekstrim dari pemerintah, agar jalan-jalan yang terputus disambung kembali.

Jalan tertimbun dibersihkan sampai benar-benar bisa dilalui kendaraan. Senin (4/1) malam, saya sempat terenyuh mendapat telepon dari salah seorang warga disana. Di Lubuk Bigau harga beras saat ini mencapai Rp30 ribu per kilogram. Kondisi ekonomi masyarakat benar-benar anjlok, karena harga karet yang merupakan komoditi unggulan hanya dihargai Rp3000 per kilogram. Sungguh sangat tak sebanding dengan harga kebutuhan pokok disana.

Pagi kemarin di desa tempat saya tinggal, ada warga asli Batu Sasak. Saya pun mengajaknya ngobrol tentang kampung halamannya, ternyata kondisi di Kampar Kiri Hulu sangat memprihatinkan. Kondisi ini pula yang menjadi salah satu berita terbit hari ini, yang saya kirim ke redaksi agar pemerintah daerah peduli dan peduli.

Nah, siapa yang peduli kepada mereka, kepada siapa mereka harus  mengadu? Kemana pemerintah kita, kemana pejabat kita dan kemana wakil rakyat kita. Kalimat itu pulalah yang saya tulis di dinding akun facebook saya yang banyak di-like teman-teman. Ayo kita bantu saudara kita di Kampar Kiri Hulu. ***