TINGGI GANGGUAN HAMA

Pemanfaatan Nipah Masih Minim

Pemanfaatan Nipah Masih Minim

SELATPANJANG (HR)-Pengelolaan tanaman Nipah di Kepulauan Meranti yang dilakukan PT First Flower hingga berita ini dituliskan masih belum maksimal. Menurut pengelola, tingginya serangan hama masih menjadi kendala utama bagi perusahaan dalam meningkatkan produksi.

Asisten lapangan First Flower Hamdan menuturkan, saat ini yang menjadi musuh utama bagi kelompok penyadap adalah serangan Kera, Musang dan Tikus.

Hewan-hewan tersebut selalu berupaya merampas hasil sadapan berupa nira itu untuk diminum. Sehingga wadah penampung cairan yang menetes dari pelepah tumbuhan Nira itupun akhirnya tumpah bahkan koyak.
 
"Gangguan hewan-hewan ini menjadi kendala terbesar dalam operasional pengelolaan tanaman Nipah," aku Hamdan, Kamis kemarin.

Lebih jauh dijelaskannya untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya telah merancang jenis wadah penampung nira yang aman. Namun hal itu masih dibicarakan oleh perusahaan dan belum dilaksanakan.

Sebenarnya tanaman Nipah di Meranti kata Hamdan, sangat berpotensi untuk dikembangkan. Tinggal hanya teknis pengelolaannya dan upaya antisipasi gangguan yang perlu ditingkatkan.

Dijelaskannya, saat ini ada 7 kelompok masyarakat bentukan perusahaan untuk menyadap Nipah. Dimana hasil sadapan itu akan ditampung oleh First Flower.

Dengan jumlah masing-masing kelompok sebanyak 20 orang. Namun baru dua kelompok di Dusun Tanjung Baru Desa Darul Takzim yang sudah dilatih dan memulai proses penyadapan. Lima kelompok lainnya berada di Bagan Melibur dan masih belum berproduksi," bebernya.

Diakui Hamdan juga, jumlah produksi nira yang diolah menjadi sirup di Singapura itu belum memuaskan. Dalam 3 bulan, jumlahnya baru berkisar 1.000 liter saja. Selain gangguan hama, juga ada faktor alam yang turut mempengaruhi proses penyadapan.

Dimana dalam setahun maksimal hanya bisa beroperasi selama 4 bulan. Yakni April, Mei, Juni dan Juli. Sedangkan di bulan lainnya, tanaman endemik itu akan memasuki musim berbunga.
"Memang masih bisa disadap, cuma hasilnya tidak sebanyak 4 bulan tersebut," kata lelaki yang aktif mengembangkan potensi Nipah di Meranti itu.

Sebagaimana diketahui, PT First Flower mengantongi izin pengelolaan Nipah seluas 8.000 Ha, di Kepulauan Meranti. Namun sejauh ini baru sekira 20 hektar yang sudah dikelola.***