JH Indonesia Korban Musibah Mina

“Kami Diajak Lontar Jumrah di Luar Jadwal”

“Kami Diajak Lontar Jumrah di Luar Jadwal”

MINA (HR)-Teka-teki tentang adanya Jamaah Haji asal Indonesia yang ikut menjadi korban dalam musibah saat melontar jumrah di Mina, Kamis (24/9), akhirnya terjawab sudah. Mereka ikut terjebak dalam musibah itu, karena diajak melontar di luar jadwal yang telah ditetapkan petugas haji Indonesia.

Tidak hanya itu, rute yang mereka tempuh juga tidak sesuai dengan rute yang biasa ditempuh para JH Indonesia.

Para jamaah yang ikut dalam rombongan itu percaya saja dengan ketua rombongan karena sudah 13 kali melaksanakan ibadah haji.

Pengakuan itu dilontarkan Sri Haryati (57) dam suaminya Muhammad Djuhdi Ibrahim (59). Keduanya adalah JH INdonesia asal Pontianak, Kalimantan Barat, yang ikut menjadi korban luka-luka dalam musibah Mina yang terjadi di Jalan Arab 204, 1,6 kilometer dari lokasi pelemparan jumrah.

Setelah selamat dari musibah, Sri dan suaminya sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Mina. Keduanya akhirnya ditemukan di lokasi pelemparan jumrah aqabah, saat sedang duduk akibat kelelahan.

Keduanya mengaku sangat bersyukur bisa selamat dari tragedi Mina. Namun perjuangan mereka untuk selamat tidaklah mudah. Mereka harus melawan lautan manusia dari benua Afrika yang melawan arus.

Dituturkan Judi, ia bersama rombongan BTH 14 dari Maktab 1 Mina Jadid, ikut melontar jumrah di luar jadwal yang telah ditetapkan petugas haji Indonesia. Seharusnya, mereka melontar jumrah pada Kamis (24/9) sore pukul 17.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Namun, entah apa alasannya ketua rombongan berubah pikiran dan mengubah jadwal secara sepihak sehingga prosesi melempar jumrah dilakukan pada pagi hari.

Djuhi mengaku tidak mempermasalahkan, karena ketua rombongan itu sudah 13 kali melaksanakan ibadah haji. Mereka akhirnya berangkat setelah sarapan.

Dari maktab, rombongan menelusuri Jalan Raya King Fahd dari arah RS Mina Al-Wadi. Sesampainya perempatan pertemuan antara Jalan Raya King Fahd dengan jalan di bawah Jalan Raya King Abdullah (Jalan 25), rombongan berbelok kiri. Padahal, jalur JH Indonesia ke lokasi jamarat seharusnya tetap lurus ke depan ke arah Jembatan King Khalid.

Baik Sri maupun DJuhdi hanya mengikuti arus yang dikomandoi sang ketua rombongan. Mengetahui ustaz ketua rombongan sudah 13 kali naik haji, jamaah pun tak ada yang protes. “Kita tidak tahu jalan, ustaz itulah yang lebih hafal. Semua ikut saja,” kata Djuhdi.

Djuhdi melanjutkan, semula rombongan akan melontar jumrah pada sore hari. Namun jadwal berubah karena ketua rombongan mengajak jamaah melontar pagi hari itu juga atau beberapa jam setelah jamaah baru tiba di Mina dari Muzdalifah.

Menelusuri Jalan 25, rombongan berbelok ke kanan di Jalan Arab 204. Jalan yang mirip gang besar ini dihimpit jamah lain dari India, Mesir, Palestina, dan sejumlah negara Afrika.

Setelah melewati kantor pemadam kebakaran di pertigaan Jalan Arab 204 dan Jalan 217, Djuhdi kelelahan. Dia pun tertinggal dan hanya ditemani sang istri. Keduanya pun tertinggal rombongan.

Dia sempat melihat ada rombongan jamaah haji Indonesia dari daerah lain melintas di hadapannya. “Sekitar 5 sampai 6 orag berkelompok jalan menuju jamarat. Ada beberapa rombongan,” kata Sri.
 


Dari Arah Berlawanan

Setelah beristirahat, pasutri warga Jalan H Rais A Rahman, Kelurahan Sungai Kawi, Kota Pontianak itu melanjutkan perjalanan. Tak lama, keduanya melihat ribuan jamaah bertubuh hitam besar merangsek dari arah berlawanan.

Ketika itulah awal dari musibah itu terjadi. Arus jamaah dengan postur tubuh yang sama juga deras mengalir dari Jalan 223. Padahal, arus jamaah dari arah mereka datang juga tak kalah padatnya. Ribuan jamaah pun bertabrakan di pertigaan Jalan 204 dan 223 dengan kondisi saling memaksa mencari jalan.

“Orang-orang hitam besar itu menabrak seperti kereta. Semua berteriak, panik, berjatuhan dan kemudian saling menginjak,” kata Sri.

Sri menangis dan berteriak sambil memegangi Djuhdi. Mereka berdua memilih menepi di pinggir jalan. Di hadapannya ratusan jamaah terinjak-injak. “Ada ibu jamaah kita sedang membawa suaminya dengan kursi roda terpental dan terinjak-injak. Suaminya itu kakinya langsung patah dan meninggal. Mereka dari rombongan Jawa,” ujar Sri.

Setelah aksi saling injak dan histeria mulai mereda, Sri dan Djuhdi melihat ratusan jamaah terkapar tak berdaya. Bahkan, di antara mereka yang tak bergerak di jalan ada juga petugas keamaan berseragam.

“Petugas itu sepertinya pingsan. Banyak petugas yang juga pingsan. Banyak yang sudah meninggal di dekat kami,” kata Djuhdi.

Beruntung, tiga orang tenaga kerja Indonesia yang berasal dari Jawa segera menolong Djuhdi dan Sri. Djuhdi digotong dengan tandu dan dibawa ke tempat tinggal para TKI di sekitar lokasi insiden.

Mereka pun berada di sana sampai sore hari dengan sekitar 20 korban lainnya. Setelah itu, seorang warga Arab kaya menjemput mereka dan dibawa ke rumah yang lebih layak.

Keduanya dijamu dan diberi makan layaknya tamu istimewa. “Mereka baik sekali. Semua makanan tersedia sampai saya lupa punya penyakit batuk dan minum jus-jus yang enak itu,” ujar Djuhdi.

Sekitar satu jam kemudian, Djuhdi dan Sri dijemput petugas kesehatan dan dibawa ke sebuah klinik. Di sanalah Djuhdi mendapatkan perawatan dan diinfus lantaran dinilai kekurangan cairan.

Selain Sri dan Djuhdi, ada enam jamaah haji asal Jawa Barat yang mendapatkan perawatan di klinik tersebut. “Tapi malam hari mereka dijemput teman-temannya setelah berkomunikasi lewat telepon,” kata Sri.

Sri dan Djuhdi yang sudah mengganti nomor telepon tidak bisa dihubungi dan berkomunikasi dengan orang luar. Djuhdi yang pensiunan Kementerian Pekerjaan Umum lupa mengisi pulsa.

Merasa tidak bisa berbuat banyak, Djuhdi mengajak Sri meninggalkan klinik dan melepas jarum infus dari tanganya. Tujuan mereka adalah lokasi jamarat.

“Saya yakin nanti bertemu dengan orang Indonesia di jamarat. Kami berdua pergi dari klinik sekitar pukul 01.00,” ujar Djuhdi.

Sekitar pukul 03.00, wartawan Republika pun menjumpai keduanya sedang kelelahan di dekat jumrah aqabah. Sri dan Djuhdi pun akhirnya sampai ke Kantor Urusan Haji. (bbs, rol, dtc, ral, sis, ara)