UNTUK PEMBATAS LAHAN PERKEBUNAN

Masyarakat Solsel Terkendala Bibit

Masyarakat Solsel Terkendala Bibit

Padang Aro (HR)-Kelompok Konservasi Mandiri (KKM) yang dikelola oleh masyarakat Bangun Rejo, Kabupaten Solok Selatan (Solsel), Sumatera Barat, terkendala bibit untuk menanami batas lahan perkebunan mereka dengan Taman Nasional Kerinci Sebelat.

Ketua KKM Bangun Rejo Abdul Hadi di Padang Aro, Rabu (26/8) menyebutkan penanaman batas tersebut telah dilakukan sejak 2009 yang direncanakan sepanjang tujuh kilometer secara swadaya.

"Pada 2001, batas tersebut sudah kami tanami dengan pinang sepanjang tujuh kilometer, tapi tidak bisa tumbuh dengan baik. Kemudian kami ganti dengan pohon surian dan durian," katanya.

Penanaman yang dimulai dari batas PT Mitra Kerinci sampai Jorong Bukit Malaintang Barat tersebut baru mencapai dua kilometer karena terkendala kondisi ekonomi masyarakat saat ini.

Ia menyebutkan, penamaman batas tersebut dilakukan dalam tiga baris dengan ukuran 5x5 meter. Untuk baris batas pertama, merupakan batas yang tidak boleh diganggu sama sekali oleh masyarakat karena langsung berbatasan dengan kawasan TNKS.

Kemudian batas kedua, akan disumbangkan sebagai aset jorong (dusun) yang nantinya dikelola dalam bentuk kas jorong. Sementara untuk baris batas ketiga, merupakan aset kelompok.

"Ini sudah menjadi kesepakatan secara tertulis kami bersama 20 orang anggota kelompok konservasi ini," katanya.

Kendati direncanakan secara swadaya, namun pihaknya tidak menolak jika ada uluran bantuan dari pelbagai pihak baik dalam bentuk bibit atau lainnya.

"Kami setiap bulan sekali rutin melakukan gotong royong untuk membersihkan jalur batas tersebut," katanya.

Ia menyebutkan, masyarakat Jorong Bangun Rejo telah sadar akan arti penting hutan untuk kehidupan mereka sehingga harus dijaga.
"Menurut kami, hutan (TNKS) ini bukanlah paru-paru dunia, melainkan paru-paru kami karena kami yang langsung menikmati. Dengan terjaganya hutan, kami sampai kini tidak kesulitan air baik untuk kehidupan atau mengolah sawah," katanya.

Bukan saja menjaga dari perambahan, sebutnya, namun KKM Bangun Rejo juga turut melestarikan habitat fauna TNKS yang dekat dengan daerah itu dengan melarang masyarakat untuk melakukan perburuan.
"Dulu masyarakat di sini sering mencari burung ke kawasan TNKS, kemudian kami larang dan syukur sampai sekarang tidak ada lagi yang berburu ke TNKS," katanya.

KKM Bangun Rejo, yang dulunya merupakan kelompok Integrated Conservation and Development Program (ICDP), juga pernah melakukan pengusiran pemburu rusa yang masuk dalam kawasan TNKS pada tahun 2005.

"Alhamdulliah sekarang tidak ada perambahan dan perburuan satwa liar di TNKS yang berada di dekat Bangun Rejo," katanya.
Keberhasilan andil mereka dalam menjaga kawasan TNKS, mendapat apresiasi dari perbagai pihak. Salah satu adalah para mahasiswa yang belajar ke daerah tersebut. Bukan saja dari Indonesia, bahkan mahasiswa luar negeri, seperti dari Kalifornia Amerika Serikat dan Swiss.

"Kami tidak menerima mahasiswa yang tidak membawa surat rekomendasi dari TNKS," katanya.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Kerinci Sebelat IV, M. Zainudin, menyebutkan pola pembinaan kepada masyarakat yang bermukim di perbatasan dengan kawasan TNKS dengan cara mengalihkan mereka agar tidak tergantung dari hasil hutan.

"Selama ini masyarakat di dekat TNKS menggantungkan kehidupannya kepada hutan. Hal ini yang kami ubah agar mereka turut menjaganya," katanya.

Salah satu pola pembinaan tersebut dengan memberikan bantuan sapi yang merupakan usulan dari masyarakat. Bantuan tersebut pertama kali pada tahun 2012 di Bangun Rejo, Kecamatan Sangir dan Lolo Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok.

Kemudian Sungai Aro Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh pada 2013, sementara 2014 di Bukit Malintang, dan tahun 2015 di Wono Rejo.
"Saat ini kami terus melakukan monitoring dan evaluasi bantuan tersebut," katanya. (ant/rin)