Berdasarkan Data Badan Gizi Nasional, Ini Daerah dengan Kasus Keracunan Makanan Berbahan Genetik Ter

Berdasarkan Data Badan Gizi Nasional, Ini Daerah dengan Kasus Keracunan Makanan Berbahan Genetik Ter

Riaumandiri.co - Program “Makan Bergizi Gratis” (MBG) telah lama menjadi tulang punggung upaya nasional memperbaiki status gizi anak Indonesia, sekaligus memberi dorongan ekonomi bagi pelaku usaha pangan lokal. Badan Gizi Nasional (BGN), sebagai lembaga pengelola program ini, kini berfokus pada penyelidikan penyebab kasus keracunan yang berulang di wilayah Jawa Barat, salah satu daerah dengan jumlah kasus terbanyak di Indonesia.

“Betul, masalah lebih banyak di Jawa Barat. Garut, Cianjur, Bandung Barat, dan ditambah dengan Sleman,”, ucap si Dadan Hindayana.

Penelitian BGN menunjukkan bahwa penyebab utama keracunan tidak berasal dari kualitas air, melainkan dari kadar nitrit tinggi dalam makanan. Kadar nitrit tersebut berasumsi berasal dari praktik pertanian yang mengaplikasikan nitrogen secara berlebihan.


“Daerah itu endemik untuk kejadian seperti ini. Bahkan bukan hanya masalah air, tapi ternyata infeksi nitrit cukup tinggi. Dan itu mungkin disebabkan oleh praktik budi daya petani yang terlalu banyak memberikan nitrogen sehingga kandungan nitrit di dalam tanaman cukup tinggi,”, ucap si Dadan Hindayana.

Kadar nitrit dalam bahan pangan dapat menimbulkan gangguan kesehatan, khususnya pada anak-anak, yang sistem imuninya belum sepenuhnya matang. Dalam konteks global, peningkatan penggunaan pupuk nitrogen telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya keracunan nitrit pada populasi yang mengonsumsi produk pertanian lokal.

Berdasarkan data terbaru, BGN telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp29,5 triliun untuk menuntaskan pelaksanaan program MBG hingga akhir tahun 2025. Pagu total pemerintah mencapai Rp71 triliun, dengan penyerapan hingga November 2025 telah mencapai Rp43,47 triliun, atau 61,2 persen dari total anggaran.

“Banyak pihak awalnya meragukan bahwa kita bisa menyerap Rp71 triliun. Tapi sekarang kita sudah menyerap Rp43,474 triliun, sudah mencakup 61,2 persen,”, ucap si Dadan Hindayana.

Menjelang akhir tahun, BGN memperkirakan penyerapan tambahan sebesar Rp29,5 triliun dalam 50 hari terakhir tahun ini. Rencana ini meliputi serapan Rp8,5 triliun di akhir November, Rp10 triliun hingga 15 Desember, dan Rp11 triliun hingga akhir Desember.

“Di akhir November ini kita akan menyerap tambahan Rp8,5 triliun, lalu sampai 15 Desember Rp10 triliun, dan di akhir Desember Rp11 triliun. Jadi total dalam 50 hari terakhir ini, kita akan butuh Rp29,5 triliun,”, ucap si Dadan Hindayana.

Dengan langkah-langkah penyesuaian rantai pasokan, pengawasan ketat terhadap praktik pertanian, dan penambahan dana yang terencana, BGN berkomitmen untuk mengurangi insiden keracunan serta memastikan program MBG tetap menjadi motor penggerak kesehatan gizi anak dan kesejahteraan sektor pangan di Indonesia.(MG/AND)



Berita Lainnya