Banyak Pegawai Terkena PHK, Industri Ban RI Mengkhawatirkan

Banyak Pegawai Terkena PHK, Industri Ban RI Mengkhawatirkan

Riaumandiri.co - Sejumlah pabrik ban lokal saat ini mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagian karyawannya. Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI), Aziz Pane, menuturkan bahwa kondisi industri saat ini semakin memprihatinkan.

"Di salah satu pabrik di dekat Bogor itu, Cileungsi, ada 100 orang. Tapi kayak yang di Cileungsi itu ataupun di pabrik-pabrik yang lain itu negosiasi sama karyawan, kamu saya keluarin dulu, tiga bulan saya panggil lagi. Tapi gajinya itu di-stop," kata Aziz kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/11/2025).

Kebijakan merumahkan karyawan ini kini mulai terjadi di berbagai daerah penghasil ban di Indonesia. Walaupun belum ada pabrik yang menutup operasionalnya secara permanen, kebijakan efisiensi tersebut telah berdampak pada ribuan pekerja di sektor ini.


Dilansir dari CNBC Indonesia, Aziz mengungkapkan bahwa terdapat sekitar 20 pabrik ban kendaraan bermotor di Indonesia yang terdampak situasi ini. Ia memperkirakan jumlah pekerja di industri ban mencapai 60 hingga 70 ribu orang, yang berarti jutaan orang turut merasakan dampaknya karena tanggungan keluarga.

"Ada 20 pabrik ban motor dan mobil, belum ada yang ditutup, hanya merumahkan, kira-kira 60-70 ribu orang pekerja di industri ban, dikali 3 aja yang jadi tanggungan. Tapi the real thing betul-betul kita itu ada problem," ujarnya.

Lebih lanjut, Aziz menyebut bahwa permasalahan di industri ban tidak hanya disebabkan oleh penurunan produksi, tetapi juga melemahnya permintaan pasar dan ketidakpastian kondisi global. Ia menyoroti bahwa hambatan ekspor serta daya beli masyarakat yang menurun turut memperburuk keadaan industri.

Ia juga menilai bahwa sistem ketenagakerjaan di Indonesia menjadi salah satu faktor yang menghambat investasi baru di sektor ini. Menurutnya, kenaikan upah tahunan yang terus berlangsung membuat beban biaya meningkat dan mengurangi minat investor untuk menanamkan modal.

"Di samping daya beli rendah, pasar nggak ada, ekspor terganggu karena ketidakpastian tarif Trump yang belum beres, lalu juga akibat sistem tenaga kerja Indonesia, makanya salah satu faktor investor itu nggak mau masuk adalah gajinya yang naik terus tiap tahun, tiap tahun. Pada suatu saat, gaji seorang pegawai bisa sama dengan gaji Direksi lho, karena itu, mereka mencari jalan," kata Aziz.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar turut menekan industri ban nasional. Aziz menjelaskan bahwa kondisi ini membuat biaya produksi semakin tinggi karena sebagian besar bahan baku masih harus diimpor.

APBI berharap agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menyelamatkan sektor ini dari keterpurukan. 

"1 US$ sekarang Rp16 ribu, sedangkan 70% bahan baku ban itu impor, ada carbon black, silica, steel untuk bahan radial, jadi karet alami cuma 27%, total yang bisa disiapkan oleh domestik 30%, karena yang kecil-kecil bisa dari dalam negeri," tegasnya.(MG/AND)



Berita Lainnya