Mesir Gelar Pemilihan Presiden

Mesir Gelar Pemilihan Presiden

Riaumandiri.co - Rakyat Mesir memberikan hak suara mereka ke dalam pemilihan presiden di mana Abdel Fattah al-Sisi siap untuk memenangkan masa jabatan ketiga. Di saat Mesir sedang bergulat dengan krisis ekonomi dan perang di perbatasannya dengan Gaza.

Kemenangan akan memberi Sisi masa jabatan enam tahun di mana prioritas utamanya adalah mengendalikan inflasi, mengelola kekurangan mata uang asing yang kronis, dan mencegah dampak dari konflik antara Israel dan Hamas di Gaza.

Pemungutan suara, yang berlangsung dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam waktu setempat pada Ahad (10/12) akan berlangsung selama tiga hari. Hasilnya akan diumumkan pada tanggal 18 Desember.


Para kritikus melihat pemilu ini sebagai pemilu palsu setelah penindasan terhadap perbedaan pendapat selama satu dekade. Badan media pemerintah menyebutnya sebagai sebuah langkah menuju pluralisme politik

Tidak ada satupun dari tiga kandidat memenuhi syarat untuk melawan Sisi dalam pemilu yang merupakan tokoh terkenal. Calon penantang paling menonjol menghentikan pencalonannya pada Oktober lalu, dengan mengatakan pejabat dan preman menekan pendukungnya.

Otoritas pemilu nasional Mesir membantah tuduhan tersebut. Pihak berwenang dan komentator di media lokal yang dikontrol dengan ketat mendesak warga Mesir untuk memberikan suara mereka, meskipun pada hari-hari sebelum pemungutan suara beberapa orang mengatakan mereka tidak mengetahui kapan pemilu berlangsung. Yang lainnya mengatakan memberikan suara tidak akan membuat banyak perbedaan.

"Saya tahu bahwa ada pemilihan umum, tapi saya tidak tahu kapan. Saya hanya tahu karena kampanye besar-besaran Sisi di jalan-jalan," kata seorang eksekutif pemasaran  Aya Mohamed yang berusia 35 tahun.

"Saya merasa acuh tak acuh dengan pemilu karena tidak akan ada perubahan yang nyata," katanya.

Sebagai panglima militer, Sisi memimpin penggulingan presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin pada 2013. Sebelum akhirnya terpilih menjadi presiden pada tahun berikutnya dengan 97 persen suara.

Sejak saat itu, ia memberlakukan penindakan tegas yang menyapu aktivis liberal dan kiri serta kelompok Islam. Menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia langkah ini menyebabkan puluhan ribu orang dipenjara. Ia terpilih kembali pada tahun 2018, lagi-lagi dengan perolehan suara sebesar 97 persen.

Sisi dan para pendukungnya mengatakan tindakan keras tersebut diperlukan untuk menstabilkan Mesir dan melawan ekstremisme. Ia menampilkan dirinya sebagai benteng stabilitas karena konflik yang meletus di perbatasan Mesir di Libya, dan awal tahun ini di Sudan dan Gaza.