Cina Buka Suara Soal Peta Baru Filipna

Cina Buka Suara Soal Peta Baru Filipna

Riaumandiri.co - China buka suara usai Filipina disebut tengah menyelesaikan peta baru mereka mencakup Laut China Selatan (LCS). Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang mengetahui rencana Filipina tersebut dan memahami selalu ada beberapa perbedaan terkait batas wilayah di LCS.

"Selalu ada perbedaan yang terjadi di sini dan terjadi di mana pun. Yang paling penting, kita bisa bekerja sama untuk membuat perbedaan," kata Lu Kang saat hadir dalam Festival Kue Bulan di Kedutaan Besar China di Jakarta, Rabu (27/9).

Filipina disebut-sebut sedang menyelesaikan peta baru meliputi Laut China Selatan. Sejumlah pengamat menilai peta mereka akan lebih diakui komunitas internasional, demikian dikutip CBN News.


Ribut-ribut soal peta mencuat usai China merilis peta baru. Peta tersebut menunjukkan garis berbentuk U mencakup 90 persen Laut China Selatan. China mengklaim garis tersebut sesuai history mereka.

Peta berbentuk U tersebut membentang sejauh 1.500 km di LCS. Negara tetangga yang memiliki zona eksklusif ekonomi (ZEE) yang bersinggungan dengan perairan itu pun melayangkan protes, termasuk Filipina.

"Upaya terbaru untuk melegitimasi kedaulatan dan yurisdiksi China atas wilayah dan zona maritim Filipina tak berdasarkan hukum internasional," demikian menurut Kementerian Luar Negeri Filipina, dikutip Reuters.

Hubungan kedua negara tengah memanas. Filipina mengecam pemasangan penghalang di wilayah sengketa Laut China Selatan yang diduga dilakukan oleh penjaga pantai Tiongkok.

Penghalang berbentuk bola-bola terapung itu menyebabkan kapal-kapal Filipina terhalang memasuki wilayah tersebut untuk menangkap ikan.

Juru bicara penjaga pantai Filipina Jay Tarriela mengatakan penghalang terapung itu ditemukan oleh kapal-kapal Filipina selama patroli maritim rutin pada Jumat (22/9). Ia mengatakan penghalang ini berukuran sekitar 300 meter (984 kaki).

Tarriela juga membagikan foto-foto yang diduga sebagai penghalang terapung. Ia mengklaim tiga kapal penjaga pantai China dan sebuah kapal dinas milisi maritim Tiongkok memasang penghalang terapung itu setelah kedatangan kapal Filipina di daerah tersebut.

"Berlanjutnya aktivitas penangkapan ikan ilegal dan destruktif yang dilakukan milisi maritim Tiongkok di Rozul Reef dan Escoda Shoal secara tidak pandang bulu mungkin menyebabkan degradasi dan kehancuran lingkungan laut di wilayah [Laut Filipina Barat]," kata Tarriela.

Kementerian Luar Negeri China menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai sesuatu yang salah dan tidak berdasar.

"Kami menyarankan pihak berwenang Filipina untuk tidak menggunakan informasi palsu untuk membuat lelucon politik," kata juru bicara Mao Ning kepada wartawan.