Rusia Sebut AS Suplai Uranium ke Ukraina Tindakan Kriminal

Rusia Sebut AS Suplai Uranium ke Ukraina Tindakan Kriminal

Riaumandiri.co – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyatakan, suplai senjata uranium yang dilakukan AS untuk Ukraina merupakan tindakan kriminal. Amunisi itu dikirim guna memperkuat serangan balik Ukraina terhadap Rusia.

‘’Ini bukan hanya langkah yang membuat eskalasi bertambah, tetapi juga mencerminkan Washington tak memikirkan konsekuensi penggunaan amunisi semacam itu di zona perang. Ini, faktanya, sebuah tindakan kriminal,’’ kata seperti dikutip TASS, Kamis (7/9).

Ia menambahkan, tak bisa memberikan penilaian lain bahwa AS memang melakukan tindakan kriminal dengan langkahnya itu. Sehari sebelumnya, Departemen Pertahanan AS mengumumkan paket bantuan keamanan baru ke Ukraina senilai 175 juta dolar AS.


Bantuan itu termasuk depleted uranium ammunition untuk tank Abrams. Untuk pertama kalinya AS mengirimkan senjata kontroversial yang biasa disebut depleted uranium munitions ke Ukraina.

Senjata ini bisa membantu Ukraina menghancurkan tank-tank Rusia dan menjadi bagian dari janji bantuan terbaru AS. Pekan depan AS akan mengumumkan apa saja paket bantuan ini yang bertujuan memperkuat serangan balik melawan Rusia.

Penggunaan depleted uranium munitions memicu perdebatan. Pihak yang menentang, International Coalition to Ban Uranium Weapons menyatakan senjata ini membahayakan kesehatan karena debunya dapat terhirup manusia dan bisa menyebabkan kanker serta kelahiran yang cacat.

Depleted uranium yang dibuat untuk amunisi merupakan produk sampingan dari pengayaan uranium. Kepadatannya yang ekstrem membuatnya dapat melakukan penetrasi dan bisa memicu diri sendiri meledak di gumpalan debu dan bahan metal yang panas.

AS menggunakan depleted uranium munitions secara masif pada 1990 dan 2003 saat mereka mengobarkan Perang Teluk. NATO menggunakannya pada 1999 ketika mereka melakukan pengeboman wilayah bekas Yugoslavia.

International Atomic Energy Agency mengatakan, studi di negara bekas Yugoslavia, Kuwait, Irak, dan Lebanon mengindikasikan residu depleted uranium yang menyebar di lingkungan tak memiliki bahaya radiologi ke penduduk yang wilayahnya terdampak.

Namun, bagi Ukraina, material radio aktif yang masif ini akan menambah pekerjaan setelah perang usai. Beberapa bagian negara telah dipenuhi bom-bom kecil dari bom tandan yang tak meledak, demikian pula dengan ranjau serta amunisi lain.